Pages

Thursday, April 28, 2016

AL Hikam 120


AL HIKAM 120

مَتَى جَعَلَكَ فِى الظَّاهِرِ مُمْتَثِلاً لأَمْرِهِ وَرَزَقَكَ فِى الْبَاطِنِ الاسْتِسْلاَمَ لِقَهْرِهِ فَقَدْ أَعْظَمَ الْمِنَّةَ عَلَيْكَ

Terjemahan : Apabila Allah telah menjadkan engkau pada zahirnya menurut perintahNya dan dalam hatimu menyerah bulat kepadaNya, berarti Tuhan telah memberi sebesar-besar nikmat kepadamu (  Ibnu Athailah Sakandary /AL Hikam 120 )

Penjelasan : 

Tujuan manusia hidup adalah penghambaan  kepada Allah, sebagaimana dinyatakan dalam kitab suci al Quran : “ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKU “( QS. Dzariyat/51 : 56 ).

Penyembahan yang sempurna adalah penyembahan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, penyerahan diri kepadaNya : “ Tidaklah aku ( Muhammad ) diperintahkan kecuali hanya untuk menyembah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan agama “ ( QS. Al Bayyinah/98 : 5)

Penyerahan diri kepada Allah secara zahir adalah dengan menjalankan segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya : “ Apakah mereka mencari selain agama Allah padahal seluruh langit dan bumi telah menyerahkan dirinya kepada Allah “ ( QS. Ali Imran :83 ).

Dalam ayat yang lain dinyatakan juga bahwa “ Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah agama Islam “ ( QS. Ali Imran/19) “ Dan siapa yang mencari selain agama Islam, maka Allah tidak akan menerimanya “ ( QS. Ali Imran : 85 )”. Maka siapa yang dikehendaki Allah untuk diberi  petunjuk maka Allah akan melapangkan dadanya dalam menjalankan   Islam “ ( QS. Al An’am/6 : 125).

Menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, itulah ibadah secara zahir, sedangkan keikhlasan menyerahkan diri dengan ridha dalam menerima segala ketentuanNya, itu merupakan ibadah secara batin, serta mendapat kedua-duanya dalam kehidupan itu merupakan kenikmatan hidup yang terbesar.  Ramadhan al Bouty berkata bahwa sifat ubudiyah ( penghambaan ) kepada Allah akan sempurna dengan dua perkara (1) melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya (2) penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dalam segala segala keadaan. Itulah sebabnya Rasulullah mengajarkan umatnya agar membaca kalimat zikir : Aku Ridha  menjadikan Allah sebagai Tuhanku, Aku ridha  menajdikan Islam sebagai agamaku dan Aku ridha akan  Muhammad sebagai Nabi dan Rasul “.

Melakukan amal ibadah dengan penyerahan diri, dan hati yang ikhlas hanya mengharapkan keridhaanNya itulah kenikmatan hidup yang diberikan kepada hambaNya. Sedangkan ada sebagian manusia  yang beribadah kepadaNya bukan untuk mencari keredhaanNya, tetapi untuk mendapatkan tujuan dan kesenangan tertentu. “ Dan diantara  manusia ada yang menyembah Allah hanya ditepi, maka jika dia memperoleh kebajikan, dia puas dan tenang,  tetapi jika dia ditimpa kesusahan, maka dia balik ke belakang. Dia mendapatkan kerugian dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata “ ( QS. al Hajj/ 22 : 11 ).

Ibnu Ajibah dalam menerangkan kalimat alhikam ini menyatakan : “ Pelaksanaan ibadah zahir dan batin ini merupakan sebesar-besar pemberian dan nikmat sebab jika seseorang itu dapat melaksanakan perintahNya dan meningalkan larannganNya, dengan penghambaan, keridhaan, penyerahan diri, dan keikhlasan hati dalam menjalankan kehidupan sesua dengan petunjukNya berarti orang tersebut telah makrifat ( mengenal ) Allah dengan sebenar-benar makrifat, sebab melaksanakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya itu menunjukkan pada kesempurnaan dalam menjalankan syariat, dan penyerahan diri kepadaNya di dalam batin itu merupakan kesempurnaan tharikat ( jalan menuju kepadaNya ), dan menyatukan keduanya dalam kehidupan itu merupakan hakikat kehidupan, dan itulah puncak kesempurnaan. Oleh sebab itu jika Allah telah menghiasi  zahir dengan ketaatan atas perintahNya, dan menghiasi batin engkau dengan mengenal ( makrifat ) segala ketentuanNya yang dinampakkan dengan  penyerahan diri kepada segala ketentuan dan takdirNya, dan keridhaan dalam menjalankan perintahNya dengan penuh keikhlasan, itu merupakan nikmat terbesar dalam kehidupan yang harus disyukuri sehingga keadaan tersebut dapat membuat dirimu melihat kebesaran Tuhan dengan penuh kecintaan dan kerinduan.

Sebesar-besar nikmat karunia Tuhan kepada hambanya ialah jika Allah memberikan taufik dan hidayah kepada hambaNya untuk melakukan segala perintah kemudian ditambah dengan kekuatan menyerahkan diri, tawakal kepadaNya di dalam batinnya. Dengan kedua nikmat zahir dan batin tersebut maka seseorang itu telah mencapai keperluan hidup di dunia dan di akhirat, sebab manusia itu hanya diperintahkan supaya beribadah dengan tulus ikhlas menuju kepada Allah, sedangkan segala keperluan hidupnya yang lain akan dicukupkan oleh Allah, sebagaimana dinyatakan Wahab bin Munabbih : “ Aku telah membaca dalam sebagian kitab-kitab suci terdahulu dimana Allah berfirman : “ Hai hambaKu, patuhlah kepadaKu pada apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan engkau mengajar Aku dengan segala keperluanmu. Aku memuliakan siapa yang memuliakanKu, dan Aku menghinakan siapa yang merendahkan perintahKu kepadanya, dan Aku tidak melihat kepada hak seorang hamba sehinga hamba itu melihat kepada hakKu. “.

Wallahu A'lam bissawab.





ALHIKAM 119

AL HIKAM 119

 لاَ تُطَالِبْ رَبَّكَ بِتَأَخُّرِ مَطْلَبِكَ ، وَلَكِنْ طَالِبْ نَفْسَكَ بِتَأَخُّرِ أَدَبِكَ

Terjemahan : “ Jangan menuntut Tuhan karena terlambatnya permintaan yang telah engkau minta kepada Tuhan, tetapi hendaklah engkau betulkan dirimu, tuntut dirimu supaya tidak terlambat melaksanakan kewajipan-kewajipanmu terhadap Tuhanmu “ ( AL HIKAM 119 )

Penjelasan :

Ibadah dan Doa

Dalam surah al fatihah , Allah berfirman : Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan “ ( Surah al Fatihah/1 : 5 ) Dari pemahaman ayat ini, sebagian ulama menyatakan bahwa sebaiknya doa dimulai dengan ibadah seperti membaca ayat-ayat al Quran, zikir, shalawat , sedekah, berbuat kebajikan dan lain sebagainya.

Doa dan Percaya

Dan apabila hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi [segala perintah] Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ( Surah al Baqarah/2 : 186 )

Rasulullah bersabda: Jika seseorag dari kamu berdoa maka janganlah kamu mengucapkan Ya Allah, ampunkanlah dosaku kalau Engkau Berkehendak, Ya Allah, kasihanilah aku jika Engkau berkehendak, untuk menetapkan permintaan itu, sebab sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksakan sesuatu kepada Allah Taala “( riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ).
Rasululah bersabda : “ Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan diterima, dan ketahuilah bahwa Allah Taala tidak akan menerima doa dari hati yang lalai “ ( riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah )

Doa, kebaikan dan khusyu

Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas.  Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. ( Surah al Anbiya : 90)

Rendah diri dan tanpa kesombongan diri

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku  akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". ( Surah Ghafir/40 : 60 )“ Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan penuh kerendahan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas  (Surah al A’raf/7 : 55)

Doa dan membaca bacaan zikir

Salmah bin Akwa berkata : Belum pernah aku mendengar Rasulullah memulai doanya, selan dimulanya dengan membacakan :        سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَلِىِّ الأَعْلَى الوَهَّابِ
 Subhana Rabbiyal Aliyyil A’la Wahhab , artinya  Mahsuci Tuhanku, Dzat Yang Tinggi, Dzat Yang Tertinggi, Dzat Yang Maha Memberi

Doa dan bacaan shalawat

Abu Sulaiman Darani berkata : Barangsiapa bermaksud berdoa kepada Allah untuk suatu keperluan, maka hendaklah dimulanya dengan membaca shalawat kepada Nabi, kemudian meminta keperluannya, kemudian ditutp dengan membaca shalawat kepada Nabi, sesungguhnya Allah akan menerima dua shalawat dan Dia Maha Pemurah daripada meninggalkan (tidak menerima) doa diantara dua shalawat tersebut. 

Doa dan kebajikan

Abu Dzar berkata : “ Cukupkanlah doa itu dengan perbuatan kebajikan, sebagaimana dicukupkan makanan itu dengan garam “.

Doa dan kesabaran

Rasulullah bersabda : “ Mintalah kepada Allah dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Taala itu sangat suka jika diminta, dan termasuk daripada ibadah adalah menantikan kelapangan dari doa tersebut “ ( Hadis riwayat Thabrani, dari Ibnu Mas’ud ).

Rasulullah bersabda : Doa kamu akan diterima selama tidak minta disegerakan, dimana ia mengatakan : Aku telah berdoa, maka doaku tidak diterima, maka apabila kamu berdoa, maka mintalah yang banyak kepada Allah, karena engkau berdoa kepada Allah Yang Maha Pemurah “ ( riwayat Bukhari dan Muslim ).

Jawaban Doa

Rasululah bersabda : “ Sesungguhnya seorang hamba itu, jika berdoa maka jawabannya tidak akan terlepas daripada tiga hal, adakalanya dosa itu diampunkan dengan doa tersebut, adakalanya permintaan itu disegerakan dan adakalanya disimpankan baginya kebajikan di masa mendatang “.


Rasulullah bersabda : “ apabila kamu berdoa dan meminta dikabulkan, maka hendaklahmembaca  الحَمْدْ لِلِّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّلِحَاتُ Segala puji bagi Allah dimana dengan segalanikmatnya sempurnalah semua kebaikan, Dan sesiapa yang terlambat membacanya, maka bacalah الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ    Segala puji bagi Allah atas segala keadaan  ( Hadis riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah ) 

Sofyan bin Uyainah berkata : Tidaklah seseorang itu dilarang dari berdoa, walau bagaimana keadaan dirinya, sesungguhnya Allah menerima doa makhluk yang terjahat, Iblis yang telah dikutuk Allah, karena Iblis berkata : Wahai Tuhanku, beri tangguh aku sampai hari kebangkitan , maka Allah menjawab : “ Sesungguhnya engkau termasuk orang yang diberi tangguh “ ( Surah al Hijr : 36-37).

Wallahu A'lam.

AL HIKAM 118

AL HIKAM 118

         سُبْحَانَ مَنْ سَتَرَ سِرَّ الْخُصُوصِيَّةِ بِظُهُورِ الْبَشَرِيَّةِ ،
                        وَظَهَرَ بِعَظَمَةِ الرُّبُوبِيَّةِ فِى إِظْهَارِ الْعُبُودِيَّةِ
Maha Suci Allah yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang hamba (khususiyah ) dengan terlihatnya sifat-fifat kemanusiaan. Dan Maha Suci Allah yang telh memperlihatkan kepada hambaNya kebesaran Rububiyah dalam nampaknya penghambaan manusia kepadaNya.

Maksud daripada pernyataan diatas adalah kadang kala ada seseorang yang memiliki  keistimewaan ( wali Allah ) dengan memiliki  ilmu pengetahuan, makrifat, dan pemahaman terhadap kebesaran Allah yang diberikan Allah kepadanya, tetapi manusia sekitarnya tidak mengetahui keistimewaan tersebut sebab secara lahir orang tersebut sama seperti manusia awam biasa baik dalam perbuatan maupun dalam amal ibadah.

Siapakah wali Allah ?
Dalam kitab suci al Quran dinyatakan : “ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka itu orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan  di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Hal yang demikian itu adalah kemenangan yang besar “. (Surah Yunus : 62-64)
Dalam hadis dinyatakan :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُع
Rasulullah bersabda , Allah berfirman : Siapa yang memusuhi waliKu maka aku akan berperang dengannya. HambaKu mendekatkan diri  kepadaKu yang dengan sesuatu yang wajib, dan senantiasa dia mendekatkan diri dengan sesuatu yang sunat sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya untuk memegang, kakinya untuk berjalan, dan jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku memberinya dan jika dia berlindung kepadaKu, Aku akan melindunginya ( Riwayat Bukhari/6502 )
Dalam al Quran dinyatakan bahwa Rasul itu adalah ,manusia biasa, melakukan apa yang manusia lakukan, demikian juga para wali-wali Allah, “ Dan Kami tidak mengutus rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan mereka sungguh makan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat “(Surah al Furqan : 20) 

Dari Anas bin Malik berkata bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda : “ Ada orang yang rambutnya kusut, badannya berdebu, mempunyai pakaian yang buruk, jika dia bersumpah kepada Allah niscaya Allah menganugerahkan kebaikan kepadanya “. Hadis riwayat Muslim.


Rasulullah bersabda bahwa Allah telah berfirman : “ Sesungguhnya waliKu yang paling aku suka adalah hamba yang mukmin, sedikit harta, mempunyai kesenangan dengan shalat, membaikkan ibadah kepada Tuhannya, dan mentaatinya pada waktu tersembunyi. Dia tertutup pada manusia, tidak ditunjukkan kepadanya anak jari, kemudian dia bersabar atas yang demikian. ( riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah )

Rasulullah bersabda : “ Apakah tidak aku tunjukkan kepadamu siapakah iantara penduduk surga ? Iaitu orang yang lemah dan dipandang lemah, jikalau ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah mencurahkan kebaikan kepadanya. Dan penduduk neraka iaitu orang yang sombong dan terpandang sombong, dan angkuh dalam gerak-geriknya “ ( riwayat Bukhari dan Muslim ).

Rasulullah bersabda : “ Sedikit dari riya itu adalah sebagian dari syirik. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang yang taqwa dan menyembunyikan amal perbuatannya. Mereka jikalau tidak datang, orang tidak mencarinya. Jika hadir, orang tidak mengenalnya. Hati mereka itu lampu petunjuk. Mereka terlepas dari setiap bumi yang gelap (Thabrani )

Rasulullah bersabda : “ Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah riya dan nafsu syahwat yang tersembunyi, dimana dia lebih tersembunyi daripada merangkaknya semut hitam atas batu besar yang hitam di dalam malam yang gelap “ ( hadis sahih, riwayat Ibnu Majah dan Hakim )

Rasulullah bersabda : “ Tidaklah dua ekor serigala yan buas yang dilepaskan dalam kandang kambing, lebih cepat membat bencana kepada agama daripada kecintaan seseorang terhadap kemuliaan ( ingin dikenal ) dan kecintan terhadap harta “ ( Riwayat Tirmidzi ).

Fudhail bin Iyadh berkata : “ Jika engkau sanggup untuk tidak dikenal, maka lakukanlah : Tidaklah atas engkau untuk dikenal, tidklah atas engkau untuk dipuji, dan tidaklah engkau itu tercela jika engkau itu terpuji di sisi Allah subhana wa taala “.

Rasulullah bersabda : “ Cukuplah seseorang itu daripada kejahatan, bahwa manusia menunjuk kepadanya dengan anak jari tentang agama dan dunianya, kecuali orang yang dipelihara oleh Allah “ ( riwayat Baihaqi dari Anas bin Malik ).


Wallahu A’lam.




AL HIKAM 116

AL HIKAM 116


مَنْ ظَنَّ انْفِكَاكَ لُطْفِهِ عَنْ قَدَرِهِ فَذَلِكَ لِقُصُورِ نَظَرِهِ

Siapa yang mengira terlepasnya hikmat karunia Allah daripada bala ujian yang ditaqdirkan oleh 
Allah, maka yang demikian itu disebabkan karena pendeknya pandangan imannya


Penjelasan :

Setiap yang dijadikan dan ditakdirkan itu mempunya maksud dan tujuan sebagaimana dinyatakan dua kali dalam kitab suci al Quran dengan ayat yang sama : Dan (ingatlah) tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antaranya, secara main-main. (QS. Al Anbiya/21 : 16 / QS. ad Dukhan/44 : 38 )

Oleh sebab itu Rasulullah saw melarang umatnya untuk mencaci maki  taqdir musibah dan kejadian yang telah terjadi, sebagaimana dinyatakan dalam hadis yang  : “ Janganlah kamu menuduh Allah dengan suatu tuduhan yang tidak baik pada setiap kejadian yang sudah ditaqdirkanNya “.
Seorang mukmin harus meyakini bahwa didalam setiap musibah yang telah ditakdirkan itu pasti ada kebaikan, sebagaimana sabda Rasululah : “ Siapa yang dikehendaki Allah untuknya kebaikan maka orang tersebut akan diuji dengan musibah dan bala “ . Abu Hurairah dan Abu Said r.a. menceritakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan atau kelelahan, atau kerisauan hati dan pikiran melainkan itu semua akan menjadi penebus dosa bagi orang tersebut” ( riwayat Bukhari dan Muslim ).

 Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah bersabda :” Tiada seorang muslim yang terkena musibah dan bala bencana atau penyakit atau sesuatu yang lebih ringan daripada itu melainkan Allah akan menggugurkan dosanya bagaikan daun yang gugur “ . Oleh sebab itu dalam setiap musibah terdapat hikmah kebaikan dan rahmat Allah, dan jika seseorang tidak dapat melihat kebaikan dan rahmat dalam suatu musibah, maka itu disebabkan dangkalnya pandangan orang tersebut atas musibah yang telah ditetapkan Allah kepadanya.
Iman itu mempunyai dua sendi, yaitu yakin dan sabar, sebagaimana dinyatakan oleh sahabat nabi, Syahar bin Hausyab bahwa : “ Sesuatu yang paling sedikit yang diberikan kepada kamu adalah yakin dan sabar “. Artinya di dalam melihat sesuatu kejadian kita meyakini bahwa iu semua datang dari Allah dengan penuh kebaikan dan ahmatNya, oleh sebab itu kita harus menghadapinya dengan penuh kesabaran, sebab di dalam kejadian musibah dan bencana tersebut kita akan mendapatkan pahala, mendapatkan ampunan dosa, dan kenaikan pangkat dan kedudukan di depan Allah subhana wa ta’ala. Jika kita meyakini bahwa musibah itu mendatangkan kebaikan maka kita akan bersyukur dengan bencana dan musibah tersebut. Oleh sebab itu sahabat nabi Ibnu Mas’ud berkata : “ Iman itu memiliki dua sisi, sabar dan syukur “. Diantara doa yang diajarkan nabi kepada kita adalah meminta keyakinan dan kesabaran : “ as’aluka minal yakini ma tuhawwinu alayya bihi min masaibad dunya , Aku bermohon kepada Engkau Ya Allah suatu keyakinan yang dapat memudahkan aku untuk menghadapi musibah-musibah dunia “ ( riwayat Tirmidzi ).

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata dalam pidatonya : “ Apa yang dianugerahkan Allah kepada seorang hamba daripada nkmat, lalu dicabutnya nikmat tersebut dan digantikannya dengan sabar maka apa yang digantikan Allah tersebut (sabar ) lebih utama daripada nikmat yang dicabutNya “ kemudian dia membaca ayat : “ Sesungguhnya bagi orang yang sabar itu akan disempurnakan Allah ganjaran pahala atas kesabaran tersebut dengan balasan  pahala yang tiada terhingga “ ( QS.az Zumar : 10 ).

Diriwayatkan ada diantara orang-orang salaf ( terdahulu ) berjalan dengan membawa duit yang diletakkan di kantong bajunya. Di tengah jalan, uang tersbeut dicuri oleh seseorang, maka dia berkata : “ Semoga Allah memberikan keberkatan kepada orang yang mengambil uang tersebut, dan semoga orang itu lebih memerlukan uang itu daripada dirinya “. Demikian juga, seorang wanita, istri dari Fatah bin Syukruf al Mosuli jatuh terpeleset, sehingga tercabut kuku kakinya, kemudian dia tertawa dan bergembira. Sewaktu ditanyakan kepadanya mengapa dia bergembira dengan kejadian tersebut, dan tidak merasa sakit, maka dia menjawab : “ Sesungguhnya kelezatan pahala yang terdapat pada musibah ini menghilangkan rasa sakitnya “.

Rumaisha, Ummu Salim menceritakan : Anakku yang laki-laki meninggal dunia, sedang suamiku sedang keluar. Aku bangun berdiri dan menutup muka anakku dan kuletakkan di sudut rumah. Tak lama kemudian datanglah suamiku Abu Talhah, dan aku segera  menyiapkan makanan buka puasa untuknya. Sedang makan, suamiku bertanya : Bagaimana anak kita ? Aku menjawab : “Alhamdulillah, dia dalam keadaan baik ”. Kulihat suamiku senang dengan jawaban tersebut, kemudian aku bertanya : “ Tidakkah engkau heran dengan tetangga kita “, dan dia bertanya : “ Ada apa dengan mereka ? “. Aku menjawab : “ Mereka dipinjamkan dengan suatu pinjaman, tetapi tatkala pinjaman itu diminta kembali, ereka bersusah hati “. Suamiku menjawab : “ Itu adalah akhlak yang buruk “. Kemudian aku melanjutkan pembicaraan : “ Anak lelaki kita itu adalah pinjaman Allah kepada kita, dan sekarang Allah telah mengambilnya dan kembali kepadanya “. Suamiku segera memuji Allah dan bersikap redha dengan keadaan tersebut. Keseokan harinya suamiku menjumpai Rasulullah dan menceritakan keadaan itu, maka Rasul berdoa : “ Allahuma barik lahuma fi lailatihima…Ya Allah berikanlah berkah kepada keduanya dengan sikap mereka berdua pada malam tersebut “. Anas yang menceritakan kisah ini selanjutnya menyatakan : “ Kemudian, aku melihat kedua suami istri tersebut memiliki tujuh orang anak. Semua anak tersebut  pandai membaca al Quran “. Sahabat Jabir jga menceritakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah bersabda : “ Aku bermimpi masuk surga, dan dalam mimpiku tersebut aku bertemu dengan istri Abu Talhah “ ( hadis riwayat Thabrani ).

Pada suatu hari, Rasulullah ditanya: “ Apakah iman ? “,  Rasulullah bersabda : “ Iman itu adalah bersikap sabar dan suka memaafkan “.  Ali bin Abi Thalib  berkata : “Iman itu dibangun atas empat tiang, yakin, sabar, jihad, dan adil”. Kemudian Ali melanjutkan : “ sabar itu dari iman adalah sebagaimana kedudukan kepala dari badan. Tiada badan yang tidak memiliki kepala, dan tiada iman bagi orang yang tidak memiliki kesabaran “. Oleh sebab itu dalam suatu hadis, Rasulullah bersabda : “ Lakukan ibadah kepada Allah dengan penuh keridhaan. Jika kamu tidak sanggup untuk ridha, maka sabarlah kamu atas apa yang kamu tidak suka “ ( Tirmidzi ).

Seorang lelaki menjumpai ulama Sahal Tustary berkata : “ Seseorang telah ke dalam rumah dan mencuri hartaku “. Sahal menjawab : “ Bersyukurlah kepada Allah, sebab yang hilang itu hanya hartamu. Jikalau syetan yang datang dan masuk ke dalam hatimu, dan merusak tauhidmu, apakah yang dapat engkau perbuat..? “. 

Khalifah Umar bin Khattab berkata : “ Tidaklah aku mendapat bencana melainkan ada padanya empat nikmat : (1) Bencana itu bukan bencana yang merusak agamaku, (2) Tiada terjadi bencana yang lebih besar daripadanya (3) Dengan bencana , aku mendapatkan sikap redha kepada takdirNya (4) Dengan bencana, aku bersabar dan mendapatkan pahala dari bencana tersebut.


Wallahu A’lam bis sawaab.

AL HIKAM 115

AL HIKAM 115

 لِيُخَفِّفْ أَلَمَ الْبَلاَءِ عَلَيْكَ عِلْمُكَ بِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُبْلِى لَكَ فَالَّذِى وَاجَهَتْكَ مِنْهُ الأَقْدَارُ هُوَ الَّذِى عَوَّدَكَ حُسْنَ الاَخْتِيَارِ 
Terjemahan :
Seharusnya terasa ringan kepedihan bala yang menimpa kepadamu, kerana engkau mengetahui bahwa Allah yang menguji padamu, maka Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu. Dia pula yang telah memberi kepadamu sebaik-baik apa yang dipilihkan untukmu ( Ibnu Athaillah )

Penjelasan :

 1. Hidup adalah ujian 

Segala sesuatu dalam kehidupan ini, baik dan buruk adalah merupakan ujian daripada Allah untuk melihat bagaimana sikap kita sebagai hamba kepada Tuhannya. Dalam al Quran dinyatakan : “ Kami jadikan kebaikan dan keburukan itu suatu ujian bagi kamu “ ( QS. Al Anbiya/21 : 35 )  “ Dan Kami jadikan sebagian kamu dengan sebagian yang lain itu merupakan ujian, apakah kamu dapat bersabar “ ( QS. Furqan/25 : 20 ). “ Sesungguhnya harta kekayaan dan anak-anak yang kamu miliki itu semua merupakan ujian bagi kamu, dan apa yang ada pada sisi Allah itu pahala yang besar “ ( QS. At Taghabun/64 : 15 ).

 2. Kebaikan juga terdapat dalam sesuatu yang tidak engkau suka. 

“ Dan kadangkala pada sesuatu yang kamu benci itu ada kebaikan bagi kamu, dan pada sesuatu yang kamu suka itu ada keburukan bagi kamu, dan Allah Maha Mengetahui, dan kamu tidak mengetahui “ ( QS. al Baqarah : 216 ) “ Kadangkala pada apa yang kamu benci itu, Allah jadikan kebaikan yang banyak “ ( QS. an Nisa : 19 ) 

 3. Tidak semua kenikmatan itu terdapat kebaikan.

Jika seseorang mendapat nikmat yang banyak, dapat berakibat kepada sikap yang melampau sebagaimana dinyatakan dalam al Quran :  “ Dan jika Allah lapangkan rezeki bagi hambaNya di muka bumi, maka mereka akan bersikap melampau “ ( QS. as Syura : 37 )

Nikmat yang banyak juga dapat menjadkan seseorang itu lupa akan erngatan Tuhan.  “ Pada waktu mereka lupa atas apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami akan bukakan bagi mereka semua pintu-pintu segala sesuatu, dan apabila ereka bergembira dengan apa yang datang kepada mereka, Kami akan ambil apa yang telah Kami berikan tersebut, dan mereka akan gagal sepenuhnya “ ( QS. Al An’am : 44 ) 

Oleh sebab itu dalam kesabaran menunggu jawaban atas permintaan dan dosa atas  itu terdapat kebakan, sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : “ Orang yang sabar itu akan mendapat keselamatan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk “ ( Qs. al Baqarah : 157 ) . Rasulullah bersabda : “ Di dalam kesabaran atas apa yang kamu tidak suka itu terdapat kebaikan yang banyak “ ( riwayat Tirmidzi ) 

 4. Tanda Iman : Syukur, sabar dan ridha 

Ibnu Abbas menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah bertanya kepada sahabat : Apakah kamu termasuk orang yang beriman ? Sahabat terdiam, dan Umar bin Khtaatb menjawab : Ya, Rasulullah, kami orang yang beriman. Rasululah kembali bertanya : Apakah tanda iman kamu ? Sahabat menjawab : Kami bersyukur dengan nikmat, sabar dengan musibah, dan ridha dengan segala ketetapan Allah “. Rasulullah bersabda : Demi Tuhan yang memiliki Ka’bah, jika demikian, kamu adalah orang yang beriman “ ( riwayat Thabrani ). 

 5. Kebaikan di balik kesabaran.

Sabar itu memilki nilai pahala,  “ Sesungguhnya orang yang sabar itu akan mendapatkan balasan dengan pahala yang tidak terhitung “ ( QS. az Zumar : 10 ) “

Dalam kisah dinyatakan,  seseorang lelaki berkata kepada Rasulullah : Ya rasulullah beri aku wasiat, maka Nabi bersabda : “ Janganlah kamu menuduh atas segala yang telah Allah tetapkan “, kemduian Rasul meneruskan : “ Ada perkara yang menakjubkan bagi kehidupan seorang yang beriman keppada Allah : Jika ditakdirkan mendapat kesenangan, dia ridha dan itu adalah kebaikan bagi dirinya, dan jika ditakdirkan baginya suatu keburukan, maka dia juga ridha dan itu juga merupakan kebaikan bagi dirinya ( riwayat Muslim )

 6. Kedudukantinggi dicapai  dengan sabar.

 “ Sesungguhnya seseorang itu akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah yang mana kedudukan itu tidak akan tercapai dengan amal biasa, sehingga dia diuji dengan bala dan musibah pada badannya dan dengan itu dia mendapatkan kedudukan mulia “ ( riwayat Abu Daud ).

 7. Ampunan dosa di balik musibah. 

Sewaktu turun ayat 123 dari surat an Nisa : “ Sesiapa yang mendapat keburukan, maka dia mendapatkan pahala “, maka Abu bakar bertanya : Apakah maksud ayat ini ? Rasulullah menjawab : “ Allah memberikan ampunan kepada engkau wahai Abu bakar, bukankah engkau pernah sakit..? Bukankah engkau pernah dianiaya, bukankah engkau pernah sedih ? Itu semua akan mendapat balasan pahala daripada Allah “ ( riwayat Tirmidzi ) .

Wallaahu A’lam.