Pages

Saturday, April 18, 2009

UJIAN HARTA BAGI PENGUASA


“ Sesungguhnya harta kamu dan anak-anak adalah suatu ujian ” ( QS.Anfal :27)

Imam Baihaqi meriwayatkan hadis yang disampaikan oleh Ibrahim bin Abdul Rahman menceritakan bahwa pada suatu hari Khalifah Umar bin khattab menerima khazanah ( harta kekayaan negara ) negeri Kisra. Seorang sahabat Abdullah bin Arqam az Zuhri berkata kepasa khalifah : “ Adakah tidak kamusimpan kesemua harta ini di dalam Baitul Maal ? “. Mendengar ucapan itu, Umar bin Khatab menjawab : “ Kita tidak akan menyimpannya di dalam Baitul Maal sehingga kita selesai membagi-bagikan harta tersebut kepada mereka yang membutuhkannya “. Kemudian khalifah Umar bin Khattab menangis. Melihat khalifah menangis, Abdurahman bin Auf berkata : “ Apa yang menyebabkan kamu menangis wahai Amirul Mukminin ?”. Umar bin Khattab menjawab : “ Sesungguhnya harta ini tidak akan dikaruniakan Allah kepada sesuatu kaumpun melainkan Allah akan mencampakkan di kalangan mereka permusuhan dan kebencian “.

Dalam riwayat lain juga menceritakan bahwa pada waktu harta kekayaan dari kerajaan Kisra di Parsi tersebut dibawa ke hadapan Khalifah Umar bin Khattab, di depan khalifah terdapat Suraqah bin malik bin Ja’sam. Suraqah, pada waktu sebelum masuk Islam adalah seorang pemuda pasda waktu jahiliyah pernah mengejar nabi sewaktu berhijrah , dimana ditengah jalan kudanya tersungkur, danmeminta nabi untuk menolongnya. Setelah ditolong oleh nabi, pemuda Suraqah tadi meminta kepada nabi untuk diberikan gelang raja Kisra dari Parsi jika seandainya nabi dapat menaklukkan Kisra. Khalifah Umar bin Khattab mengambil gelang raja Kisra yang terdapat dalam harta khazanah tersebut, dan memberikannnya kepada Suraqah bin Malik. Gelang itu diambil oleh Suraqah dan segera dipakai ke lengannya, memenuhi lengan sampai ke bahu. Melihat gelang tersebut telah berada di tangan Suraqah, maka Khalifah Umar berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan gelang penguasa kerajaan Kisra dari negeri parsi, telah berada di tangan Suraqah bin malik,seorang pemuda kampong dari Bani Mudlij “.

Setelah itu Khalifah Umar bin Khattab berkata : “ Ya Allah, sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa Rasul-Mu Muhammad saw sangat gembira sewaktu menerima harta kekayaan, tetapi beliau segera membelanjakannya di jalan-Mu dan dipergunakan untukmenolong hamba-hambaMu. Walau bagaimanapun, Engkau telah memelihara beliau dengan mengalihkan pandangan beliau dari merasa bangga dengan harta tersebut, dan memberikan kebaikan kepadanya melalui harta tersebut ( dengan cara membelanjakan harta itu untuk jihad dan mebagi-bagikan kepada semua orang ). “.

Khalifah Umar melanjutkan ucapannya :”Ya Allah Sesungguhnya aku mengetahui bahwa khalifah sebelumku, Abubakar Shiddiq,juga amat suka kepada harta benda, tetapi setiap harta itu dating kepadanya maka dia segera membelanjakan harta itu untuk jihad fi sabilillah dan membantu orang lain. Hal itu berarti Engkau telah memeliharanya dari ujian harta sehingga mengalihkan pandangannya dari rasa bangga kepada harta kepada perbuatan segera membelanjakanharta tersebut di dalamjalanMu dan perintahMu. Oleh sebab itu Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari segala cobaan dan ujian dari harta benda ini.

Kemudian Khalifah Umar bin Khattab membacakan ayat suci Al Quran ayat 55-56 dari Surah Al Mukminun : “ Apakah kamu semua menyangkan dan mengira bahwa harta kekayaan dan anak-anak yang Kami berikan kepadamu itu merupakan kebaikan-kebaikan bagi mereka ? Tidak, sesungguhnya mereka itu tidak sadar ( atas ujian harta dan anak tersebut ). ”.

Ibnu Abbas berkata bahwa pada suatu hari khalifah Umar bin Khattab memanggilnya datang menghadap. Sewaktu Ibnu Abbas sampai di tempat Umar, Ibnu Abbas melihat sehelai kain dari kulit terbentang di hadapan khalifah dimana di atas kain tersebut terdapat emas yang penuh bertaburan.Khalifah Umar berkata kepada IbnuAbbas : Marilah kemari, ambillah emas ini dan segera bagi-bagikan kepada orang-orang yang ada di luar sana. Demi Allah, Dia lebih mengetahui mengapa Dia memberikan emas ini semasa akumenjadi khalifah, dan tidakmemberikannya kepada NabiNya dan khalifah Abubakar sebelumku. Aku tidaklah mengetahui apakah Allah dengan emas ini berarti memberikan kebaikan kepadaku atau menjadi awal daripada kejahatan dan keburukan. Khalifah Umar menangis dan melanjutkan ucapannya :” Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah yang memegang nyawaku di dalamgenggamanNya. Dia tidak mengaruniakan harta ini kepada Nabi dan Abubakar dengan tujuan adalah merupakan kebaikan untuk mereka berdua , dan sekarang Allah memberikan harta ini kepada Umar juga dengan tujuan bagaimana aku dapat memberikan kebaikan kepadanya”. Demikianlah sikap Umar terhadap harta yang didapatnya sewaktu dia menjadi khalifah, dimana dia tidak melihat itu merupakan kenikmatan, atau kesempatan untukmemperkaya diri, tetapi itumerupakan ujian Allah kepadanya. Jika dia dapat mempergunakan harta dan kekuasaan tersebut untuk kebaikan dan melaksanakan keadilan, maka dia lulus dariujian harta dan kuasa; tetapi jika dia tidak dapat memakai harta kakayaan dan kedudukan tersebut untuk kebaikan, tetapihanya untuk memperkaya diri, maka itu berarti keburukan yang didapatnya.

Ujian demi ujian dilalui oleh Umar bin Khattab, tetapi akhirnya beliau tetap lulus dari ujian tersebut. Demikian juga pada suartu hari menurut Abdurahman bin Auf, Umar bin Khattab mengantarkan orang suruhannya untukmemangilku ke hadapan khalifah. Sewaktu Abdurahman bin Auf sampai di tempat khalifah, dia mendengar tangisan Umar sehingga Abdurahman bin Auf segera berkata : ”Inna Lillahi wa Inna ilaihi raji’un ”. Abdurahman segera masuk menghampiri khalifah Umar ingin bertanya musibah apa yang membuatnya sedih dan menagis. Khalifah Umar bin Khattab menjawab : ” benar, ada musibah besar, sambil menunjuk ke sebuah ruangan ”. Khalifah Umar segera mengajak Abdurahman melihat apadi dalamruangan tersebut, ternyata di dalam ruangan itu terdapat bungkusan harta kekayaan yang banyak, tersusun di dalam ruangan ”. Umar berkata : ” Wahai Abdurahman, inilah yang membuatku sedih dan menangis, sebab dengan datangnya harta kekayaan ini maka terhinalah keluarga al Khattab. Sesungguhnya jika Allah mengyhendaki sudah pasti sudah memberikannya harta ini kepada Nabi dan Abubakar khalifah sebelumku. Kedua sahabatku itu telah meninggal dan aku juga harus mengikuti sunnah (cara mensikapi harta ini ) yang juga harus aku ikuti. Maka sekarang aku memanggilmu untukberfikir apa yang harus kita buat dengan harta yang banyakini ”. Akhirnya, Khalifah segera membagi-bagikan harta kekayaan yang banyak itu kepada seluruh rakyatnya, sehingga beliau memberikan empat ribu kepada setiap ummahatul mukminin ( istri-istri nabi ) dan memberikan empat ratus kepada setiaporang dari rakyatnya sehingga kesemua harta bungkusan itu habis tidak ada yang tersisa sepeserpun ”. Demikianlah sikap khalifah Umar binKhattab dengan harta kekayaan yang didapatnya sewaktu beliau menjabat khalifah umat Islam. Bagaimanakah dengan sikap wakil raklyat yang menang, presdiden yang akan datang, dan setiap orang yang menduduki jabatan.

Apakah mereka melihat kekdudukan dan kekayaan itu merupakan kenikmatan yang memang Allah berikan kepada mereka untuk dipakai dengan seenaknya,atau mereka melihat itu merupakan ujian Alah yang sedang datang kepadanya. Benarlah pepatah yaman berkata : ” Shalatu a’dah, was shaumu jaladah, fakh tabirunnasa bil mal - Shalat itu adalah ibadah, puasa itu merupakan kemuliaan pribadi seseorang, tetapi jikaengkau ingin mengaahui iman seseorang maka lihatlah diabagaimana mempergunakan harta kekayaan yang datang kepadany ”. Semoga kita semua dapat lulus dari ujian harta yang selalu datang kepada kita. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

TANGUNGJAWAB PEMIMPIN

“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin apakah dia telah menjaga kepemimpinannya atau mensia-siakannya “ ( hadis riwayat Ibnu hibban)

Menurut hadis dari Ibnu Asakir daripada Salim bin Abdullah bin Umar menyatakan bahwa tatkala Khalifah Abubakar Siddiq hampir menemui ajalnya, maka beliau memberikan wasiat : “ Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..Ini adalah sumpah dari Abubakar di waktu saat-saat terakhir dari kehidupan dunia dan disaat awal dari kehidupan akhirat ( sebelum kematian dating ) dimana orang seorang yang kafir dapat berubah menjadi seorang yang beriman, seorang yang jahat dapat berubah menjadi orang yang bertaqwa, dan seorang yang berdusta dapat berubah menjadi orang yang berkata benar. Sesungguhnya aku melantik Umar bin Khattab sebagai khalifah selepasku, maka sekiranya beliau melakukan keadilan, maka itu sebagaimana yang aku harapkan; dan sekiranya dia melakukan kejahatan maka ia akan bertanggungjawab ke atasnya. Aku hanya inginkan kebaikan sebagaimana yang aku harapkan darinya dan aku tidak mengetahui yang ghaib “.

Kemudian Abubakar memanggil Umar bin Khattab dan berkata : “ Wahai Umar, orang yang marah akan menunjukkan kemarahannya kepadamu dan orang yang kash kepadamu akan mengasihimu. Ketahuilah bahwa telah menjadi suatu kebiasaan sejak sekian lama dimana kebaikan akan ditentang dan kejahatan akan disukai “. Mendengar ucapan demikian Umar menjawab : “ Kalau demikian, aku tidak berhasrat dengan jabatan khalifah tersebut “. Abubakar langsung berkata : “ Tetapi jabatan khalifah tersebut memerlukan kamu. Sesungguhnya kamu telah melihat Rasulullah saw melaksanakan amanah dan tanggungjawab kekhalifahan dan kamu telah mendampingi belia. Kamu telah melihat bagaimana Rasulullah lebih diutamakan daripada diri kami sendiri, sehingga kami akan menyerahkan kepada ahli keluarganya sebgaian dari hadiah yang beliau berikan kepada kami. Dan kamu telah mendampingiku dalam menjalankan khalifah ini. Sesungguhnya aku hanya mengikuti orang sebelumku ( rasululah ). Demi Allah, aku tidak berkata kepadamu mengenai suatu mimpi, tidak juga suatu igauan, dan sesungguhnya aku tidak berada di atas jalan yang sesat. Ketahuilah wahai Umar, sesungguhnya terdapat kewajiban kita kepada Allah ( berupa amanah yang harus kita laksanakan langsung ), dimana Dia tidak menerimanya jika hal tersebut di waktu siang dan juga ada tugas dan kewajiban di waktu siang dimana Dia tidak akan menerimanya di waktu malam. “.

Abukara melanjutkan “ Dan ingatlah bahwa mizan ( timbangan amal di hari akhirat nanti ))akan berat pada padang mahsyar nanti jika kita benar-benar mengikuti cara mereka yang terdahulu ( Rasulullah ) dan menjadi kewajiban kepada mizan untuk menjadi berat jika di dalamnya terdapat perbuatan yang benar( hak). Dan sesungguhnya aku takut jika mizan itu nanti menjadi ringan lantaran mereka (penguasa) mengikuti cara-cara yang salah (batil), dan menjadi kewajiban atas mizan untuk menjadi ringan jika di dalam mizan itu terdapat perkara yang batil. Orang yang pertama aku peringatkan adalah dirimu dan aku memperingatkan dirimu agar menjauhkan diri dari manusia yang memandang kepada kebendaan yang memuaskan hawa nafsu dimana mereka mempunyai pilihan untuk mengelakkan diri dari tergelincir ked lam hawa nafsu tersebut. Hendaklah kamu memelihara diri kamu dari tergelincir lantaran mereka akan tetap takut kepadamu selagi kamu takut kepada Allah. Inilah wasiatku dan aku ucapkan selamat kepadamu “.

Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani, daripada AlGhar bin Malik menyatakan bahwa tatkala Abubakar ingin melantik Umar bin Khattab sebagai khalifah, maka beliau mengirim utusan untuk memanggil Umar dan berkata kepadanya : Wahai Umar, aku mengajak kamu kepada suatu tanggung jawab yang meletihkan bagi orang yang memegangnya. Maka takutlah kepada Allah dengan mentaati segala perintahNya dan dengan bertaqwa kepadaNya.karena sesungguhnya taqwa itu adalah pelindung dari segala dosa. Sesungguhnya jabatan dan tanggungjawab ini hanya dapat dipegang oleh mereka yang melaksanakan tanggungjawabnya. Barangsiapa yang menyuruh melakukan kebaikan tetapi ia sendiri melakukan kejahatan dan barangsiapa yang menyuruh melakukan hal yang makruf tetapi dia sendiri melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, maka dia akan kehilangan ganjaran dan segala amalnya akan batal. Maka sekiranya engkau mengurus urusan rakyat maka hendaklah kamu berusaha untuk mengelak daripada sesuatu yang daapt menumpahkan darah dan kamu harus menjauhkan perut kamu daripada tamak kepada harta benda mereka. Begitu juga hendaklah kamu menjaga lidah daripada menghina kehormatan rakyat, dan lakukanlah tanggungjawab tersebut dan tiada kekuatan melainkan pertolongan daripada Allah “.

Demikianlah beberapa wsiat yang disampaikan oleh Abubakar kepada Umar bin Khattab sewaktu Umar dilantik menjadi khalifah, sehingga sejarah telah membuktikan bagaimana Umar dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan sebenar-benarnya. Sejarah membuktikan bagaimana Umar bin Khattab selalu berjalan di tengah malam hanya untuk melihat apakah di sudut-sudut wilayah kekuasaanya ada orang yang masih menderita, sehingga suatu malam dia mendengar rintihan sebuah keluartga yang miskin tidak mempunyai apa-apa, maka dengan segera dia membawa sendiri karung gandum untuk menolong rakyatnya tersebut. Umar juga berusaha untuk melaksanakan keadilan sehingga sejarah mencatat sewaktu Umar bin Khattab berjalan bersama pembantunya dengan mengenderai satu ekor unta menuju bumi Palestina untuk mengambil kunci baitul Maqdis, maka beliau membagi waktu yang adil dengan pembantunya dalam menaiki kenderaan. Jika khalifah diatas, maka pembantu berjalan mengiringi khalifah, dan jika pembantu diatas kenderaan, maka khalifah berjalan mengiringi pembantunya. Sehingga sewaktu mereka sampai ke Baitul maqdis, maka para penjemput Khalifah tidak mengetahui yang mana khalifah sebenarnya, sebab pada waktu itu Khalifah Umar berjalan kaki mengiringi unta khalifah yang sedang ditunggangi oleh pembantunya. Penjemput khalifah Umar juga tidak dapat membedakan mereka sebab pakaian khalifah sama dengan pakaian pembantunya. Umar melakukan hal demikian sebab dia tidak ingin mendzalimi pembantunya dan juga tidak ingin mendzalimi untanya. Sedangkan zuhudnya Umar telah terbukti pada waktu kekhalifahan Islam terbuka ditangannya dengan penaklukan seluruh semenanjung Arab dan berlimpahnya harta kekayaan Negara, tetapi Umar tetap hidup dengan sederhana, sehingga sejarah menyatakan bahwa khalifah Umar setiap kali makan maka beliau hanya makan roti keras dengan minyak samin, dan hanya memakan delapan kali suap.

Begitu takutnya Umar bin Khattab dengan amanah yang dipegang sehingga beliau pernah berkata : “ Seandainya ada seekor unta yang masuk ke suatu lobang di tengah jalan kota Baghdad, maka aku akan bertangungjawa dan akan ditanya oleh Allah Taala pada hari ki8amat nanti “. Bayangkan , khalifah Umar bin Khattab mengurus pemerintahannya dari kota madinah, tetapi kekhalifahannya sampai ke kota Baghdad, dan dia merasa jika ada seekor unta yang terperosok ke dalam lobang di jalan-jalan kota Baghdad, maka nanti walaupun dia berada di madinah, Allah juga akan mempertanyakan tugasnya dan menghukum keteledorannya sebab tidak mengetahuii ada lobahng di kota Baghdad yang telah mencederakan seekor unta. Begitulah keadaan seorang muslim yang merasa bertanggungjawab atas segala amanah yang diterimanya dengan menduduki jabatan khalifah, bagaimana dengan muslim hari ini yang menang dalam pilihan umum dan menduduki jabatan menjadi anggta dewan perwakilan rakyat ? Jika umar yang telah dijamin surga masih takut disoal Allah tentang unta yang masuk ke lobang, bagaimana pertanyaan Allah kepada wakil rakyat yang megaku mewakili rakyat ? Selamat memasuki dewan dan bersiap-siaplah ditanya oleh Allah di hari kemudian kelak. Fa’tabiru ya ulil albab.