Pages

Thursday, November 18, 2010

MAKNA IDUL ADHA : ANTARA HAJI DAN QURBAN

Hari Raya Haji atau Idul Adha merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang muslim, sebab hari tersebut berkaitan dengan sejarah kemanusiaan yang direkam lewat ibadah Haji dan Qurban. Ibadah haji yang terdiri dari umrah dan haji merupakan titik kulminasi dari proses pencarian kesempurnaan hidup baik secara individu dan sosial. Ibadah umrah adalah gambaran tahapan yang harus ditemnpuh seseorang untuk mencapai tingkat kesempurnaan diri secara personal sebgai seorang muslim, dan ibadah haji adalah tahapan dan proses yang harus dilakukan oleh umat Islam untuk mencapai kesempurnaan hidup secara berjamaah, umat yang berkualitas, umat terpandang dalam sejarah kemanusiaan. Itulah sebabnya dalam al Quran, perintah haji dan umrah diawali kalimat : " Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah " ( QS. Al Baqarah : 196 ). Hal ini berbeda dengan perintah shalat dengan ucapan : “ Dirikanlah” atau perintah zakat dengan ucapan : “ Tunaikanlah”. Dalam haji perintahnya adalah “sempurnakan” Mengapa bukan “tunaikan”, atau “dirikan”m tetapi “sempurnakan” ? Sebab dalam ibadah umrah dan haji ada nilai-nilai kesempurnaan hidup yang dapat diambil baik secara individu maupun secara sosial, sehingga dengan ibadah haji dan umrah setiap muslim menjadi individu terbaik dan menjadi umat terbaik (khairu ummah), dan kesempurnaan itu diikuti dengan jiwa pengorbanan yang harus ada dalam setiap perjuangan untuk mencapai kemenangan dan kesuksesan.

PELAJARAN DARI IBADAH UMRAH DAN HAJI

Mari kita meneliti apakah tahapan dan proses kesempurnaan hidup yang dapat kita petik dalam proses pelaksanaan haji di Tanah suci. Ibadah haji melalui dua tahapan yaitu umrah dan haji. Umrah adalah ibadah yang dilakukan secara berturut-turut dari Ihram ( ditandai dengan memakai pakaian ihram ) , Tawaf berkeliling ka'bah, Sai yaitu berjalan antara bukit safa dan Marwa , dan Tahallul ( menggunting rambut ). Sedangkan haji dilakukan dengan melaksanakan prosesi Wukuf di Arafah, Mengambil batu di Muzdalifah pada waktu malam hari, Melontar Jumrah di Mina, Thawaf Ifadah, diikuti dengan menyembelih hewan Qurban Banyak orang menyangka bahwa ibadah ini hanya bersifat ritual, padahal al Quran menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji dan umrah sehingga dapat dijadikan model hidup yang sempurna sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : " Dan serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengenderai unta dari segenap penjuru yang jauh, agar supaya mereka menyaksikan manfaat mereka " ( QS. Al Hajj : 27-28 ). Dalam ayat ini Allah menyuruh umat manusia untuk melakukan haji dan melihat serta memperhatikan manfaat, hikmah daripada prosesi ibadah haji tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan haji manusia harus dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah hidup, sehingga meraka dapat menjadi individu sempurna ( perfect personality ), dan menjadi umat dan jamaah yang terbaik (Khairu umah). Pribadi terbaik inilah yang harus dibuktikan dalam sikap sehingga dapat menjadi " insan mabrur ", baik mabrur secara individu, dan mabrur secara sosial berjamaah. Untuk mendapatkan mabrur tersebut, maka mansuia harus memenuhi syarat dan rukun yaitu :



1. Ihram : Kesucian diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.

Langkah pertama untuk menjadi manusia sempurna adalah keupayaan diri untuk mengontrol diri, dari keinginan dan hawa nafsu. Dalam ihram seseorang diharamkan dari memakai sesuatu yang halal. Ini merupakan gambaran bahwa seorang individu harus dapat mengontrol antara keperluan dan keinginan. Seorang yang sukses adalah individu yang dapat melihat antara keperluan dan keinginan. Berarti Ihram adalah bagaimana seseorang dapat mengontrol diri dari memakai kekayaan yang berlebihan, memakai kekuasaan semau-gue, memakai sesuatu milik dengan tidak berguna , mubazir, dan lain sebagainya. Konglomerat ihram adalah konglomerat dan orang kaya yang memakai kekayaan tanpa kemewahan Pemimpin , pejabat dan penguasa ihram adalah pemimpin, dan penguasa yang dapat memakai wewenang kekuasaan hanya untuk kemaslahatan rakyat, bukan untuk meraih keuntungan pribadi. Angota dewan yang ihram adalah angota dewan yang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan diri, partai atau kelompok tertentu. Kontraktor ihram adalah kontraktor yang tidak melakukan mark-up dalam proyek, dan lain sebagainya. Pribadi yang ihram adalah pribadi yang selalu memakai waktu dengan sebaik-baiknya, bukan untuk permainan dan hiburan, mempergunakan kekayaan dengan sebaik-baiknya, bukan berbelanja sepuas-puasnya, selalu memperhatikan mana yang merupakan keperluan dan mana yang bersifat keinginan, terhindar dari sifat " mubazir" dan " lagha " ( perbuatan, perkataan sia-sia ). Inilah kunci dan syarat pertama untuk menjadi manusia 'mabrur", manusia sempurna.

2. Thawaf : Hidup dalam lingkaran ibadah.

Thawaf adalah mengelilingi ka'bah tujuh kali. Ini merupakan gambaran dari setiap individu yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat menjadikan seluruh kegiatan dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan diri kepada Tuhan. Thawaf juga bermakna bahwa segala gerak dan langkah hanya dilakukan dalam kerangka syariah, hukum-hukum dan perintah Tuhan. Manusia adalah bagian daripada alam semesta, dan alam dengan seluruh planetnya malakukan thawaf demikian juga malaikat melakukan thawaf di Baitul Makmur, maka manusia juga secara fisik, rohani, pemikiran, kejiwaaan dan sistem kehidupan harus tawaf kepada Allah. Thawaf dalam tujuan mencari petunjuk Ilahi untuk meniti kehidupan. Thawaf juga bermakna selalu melihat dan memperhatikan ( muhasabah ) diri apakah seluruh aktifitas keduniaan kita dari belajar, mengajar, berniaga, berpolitik, berbudaya, apakah sudah dalam kerangka hukum-hukum Allah dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apakah setiap langkah yang kita lakukan selama tujuh hari tujuh malam, baik di atas bumi ataupun diatas langit semuanya mengacu kepada mencari keridhaan Allah. Individu yang dapat melakukan thawaf kehidupan ini merupakan manusia sempurna di depan Allah, sebab semua gerak dan langkah hanya untuk beribadah kepadaNya, sebab tujuan hidup seorang muslim adalah untuk beribadah kepadaNya dalam arti yang seluas-luasnya. Politikus tawaf adalah politikus yang melakukan segala langkah politik untuk tujuan yang suci, sehingga politik mrupakan ibadah. Bisnisman thawaf adalah peniaga yang mengembangkan ekonomi dalam sistem syariah dan menjadikan kegiatan bisnis bagian daripada ibadah. Pendidik dan ilmuwan yang thawaf adalah mereka yang melakukan aktifitas keilmuan sebagai ibadah kepada Allah.. Demikianlah makna thawaf dalam kehidupan sehingga seluruh langkah merupakan bagian daripada pendekatan diri kepada Tuihan, sehingga aktifitas tersebut bukan saja merupakan asset dunia tetapi menjadi asset untuk kehidupan lebih panjang dan kekal di akhirat kelak.

3. Sai : Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.

Manusia mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan alam dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia Khalifah adalah menguasai bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah Sai, berjalan dan berlari-lari kecil dari bukit Safa menuju bukit Marwa. Sudah menjadi sunatullah, siapa yang mempunyai etos kerja yang tinggi maka dia akan menguasai dunia, baik dia itu seorang muslim, kafir, atau atheis. Penguasan dunia (khalifah) tidak mungkin di dapat dengan beribadah, berzikir, dan berdoa semata-mata tetapi harus dilakukan dnegan penguasaan ilmu , kerja yang professional, bekerja keras, disiplin dan ketabahan, dengan manajemen yang rapi, dan semangat pantang menyerah. Penguasaan dunia hanya dapat dicapai dengan landasan keilmuan, yang diperoleh melalui riset dan penelitian, ( istikhlaf ) diaplikasikan dalam inovasi teknologi ( taskhir ) yang dipergunakan untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat global ( isti'mar ). Hal ini hanya dapat dicapai dengan etos kerja yang tinggi, semangat membaja, sebagaimana Siti Hajar berusaha untuk menaklukkan bukit safa dan marwa seorang diri di tengah padang pasir yang tandus.

Insan Sa’i adalah insan yang berusaha dengan sungguh-sungguh, disiplin tinggi, semangat membara, pantang menyerah, dalam bidang dan profesi masing-masing, sebagaimana dicontohkan oleh para nabi dan rasul. Nabi Adam menjadi khalifah sebagai pembuat roti yang handal. Nabi Nuh menjadi khalifah sebagai pembuat kapal. Nabi Idris menjadi khalifah sebagai perancang dan penjahit baju. Nabi Musa sebagai khalifah sebagai peternak professional. Nabi Daud sebagai khalifah dalam industri baju besi, sehingga dia dapat memproduk 25 baju besi dalam sehari. Nabi Isa menjadi khalifah dalam bidang perubatan. Nabi Sulaiman menjadi khalifah dalam bidang komunikasi, sebab beliau dapat berkomunikasi dengan semua makhluk.

Nabi Muhammad menjadi khalifah dalam semua bidang baik dalam pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan militer. Masyarakat muslim terdahulu menjadi masyarakat khalifah sebab menguasai ilmu dan teknologi yang dicontohkan oleh Ibnu Sina dalam bidang Kedokteran, Al Khawarizmi dalam bidang Matematika, Ibnu Haytam dalam bidang optik, Ibnu Majid dalam bidang Maritim, Ibnu Khaldun dalam sosiologi, Al Mawardi dalam bidang politik, Ibnu Baitutah dalam bidang pariwisata, Abu Hasan Asyari, Fakhrurazi dalam bidang theology, dan Imam Syafii, Maliki, Hanbali dalam bidang fiqih, dan lain sebagainya. Ini semua disebabkan mereka mempunyai semanagt dan etos kerja yang tinggi , semangat ibadah Sai, semangat untuk menguasai kehidupan dunia sebagai aplikasi tugas khalifah Allah dimuka bumi. Dengan aplikasi ibadah Sai dalam menghadapi dan menjalani kehidupan inilah maka umat Islam terdahulu menjadi umat teladan, umat terbaik, umat yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan, dan menjadi umat yang tercatat dengan catatan emas dalam sejarah kemanusiaan.

4. Tahalul : Pelayanan sosial secara individual.

Tahalul adalah menggunting rambut bagi jamaah yang telah melakukan prosesi sai dalam umrah. Sai adalah bagaimana seorang individu dapat mencapai prestasi tertinggi di dlam bidang masing-masing. Sorang ilmuwan yang sai adalah ilmuwan yang dapat terus berprestasi dalam disiplin ilmunya sehingga menemukan teori-teri yang baru. Seorang teknokrat yang Sai adalah teknokrat yang dapat melakukan inovasi teknologi. Seorang busnismen yang Sai adalah busnismen yang dapat sukses dalam terobosan baru dalam bidang ekonomi. Politisi yang sai adalah politisi yang handal dalam bidangnya. Itu semuanya harus dapat di " tahalul "kan dalam arti , seluruh kepandaian, keilmuan, pemikiran, kerja politik, kerja ekonomi, harus dapat menjadi sumbangsih kepada individu yang lain dan kepada kemaslahatan masyarakat yang lain, sehingga seorang ilmuwan akan mendapat pahala jariyah dari teori keilmuan yang dihasilkan, seorang teknokrat dapat pahala jariyah dari inovasi teknologinya, seorang politisi dapat pahala jariyah dari terobosan politiknya, dan seorang peniaga dapat pahala jariyah dari sumbangan sedekah, infaq kepada orang yang memerlukan dari kekayaan yang dimilikinya. . Inilah yang dimaksudkan dengan "tahalul" profesi, dan keilmuan dalam berbagai bidang kehidupan, dalam arti ilmu, profesi, kekayan, karier yang dimilinya tersebut bukan hanay dinikmati oleh dirinya secara individu, tetapi juga dapat membantu orang yang lain, sehingga secara individu dia telah mealkukan kewajiban sosial secara personal. Itulah sebabnya Rasulullah bersabda : " Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidupnya berguna dan bermanfaat bagimanusia yang lain ".

Dengan demikian barulah seorang muslim menjadi manusia sempurna secara individu, sebab kehidupan , kekayaan, bukan hanya dipakai untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmunya, kekayaannya, profesi dan kepakarannya, kedudukan dan pangkatnya, kekuasaan dan karier politiknya juga dapat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan makhluk dan manusia yang lain. Kesempurnaan hidup manusia secara individu tergantung pada kualitas dan prestasi serta berapa banyak manfaat profesi yang dimiliknyasebagai bantuan dan sumbangannya bagi kehidupan manusia yang berada disekelilingnya, sebagai pengabdian kepada Allah Taala.

Dengan Umrah, manusia sedang berproses manjadi manusia sempurna secara individu. Tetapi kesempurnaan individu tidak berguna jika tidak dilengkapi dengan kesempurnaan sosial dalam berjamaah. Sebab itulah kesalehan individual harus diikuti dengan kesalehan jamaah. Tugas individu telah selesai, tetapi ada tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan jamaah, umat islam. Seorang ilmuwan, negarawan, bisnismen, teknokrat, politisi, konglomerat muslim mempunyai tanggungjawab agar profesi yang ada pada diri mereka dapat menjadi potensi bersama, potensi jamaah, sehingga kekuatan individu jika terkumpul akan menjadi potensi jamaah. Potensi jamaah merupakan sunatullah untuk mencapai kemenangan tingkat jamaah. Individu muslim yang berkualitas harus dapat menjadi bagian daripada umat yang berkualitas. Umat yang berkualiats hanya dapat dicapai jika adanya komunikasi, jaringan kerjasama, perpaduan potensi, program bersama, strategi yang terpadu, dalam menghadapi ancaman dan gangguan lawan, serta menghadapi tantangan masa depan. Inilah yang dimaksud dengan Ibadah haji, yang melakukan prosesi wukuf di Arafah, mengambil batu di mina, melontar jumrah dan menyembelih hewan Qurban di Mina.

5. Wukuf : Menggalangpotensi dan jaringan, menyusun langkah dan program umat, mengatur strategi, menghadapi tantangan dan masa depan.

Wukuf adalah berhenti. Wukuf berarti individu muslim yang telah berprestasi dalam bidang masing-masing diharapkan dapat berhenti sejenak, bukan berhenti untuk tidak berkarya, tetapi berhenti untuk menyatukan langkah, menggalang jaringan dan potensi, menyusun program untuk menghadapi tantangan dan masa depan. Wukuf berarti membentuk jaringan inter disiplin dan antar disiplin. Wukuf berarti membangun kerjasama antar kelompok umat, antar jamaah, antar firqahh, menyususn program bersama untuk satu tahun mendatang. Wukuf adalah kongres umat islam sedunia dalam dibang dan profesi masing-masing.

Dengan wukuf, maka setiap individu dapat mengenal bagaimana hubungan dirinya dengan Allah. Dengan wukuf berarti setiap muslim harus mengenal dirinya, mengadakan refleksi kehidupan dalam profesi masing-masing. Dengan wukuf berarti seorang itu mengenal potensi dirinya masing-masing, dan juga mengenal kelemahan dan kekurangan dirinya. Dengan wukuf, berarti setiap orang dapat mengenal kelebihan orang lain, sehingga dia dapat menjalin kerjasama. Dengan wukuf juga berarti antar kelompok dan jamaah umat dapat duduk bersama menyusun program terpadu. Dengan wukuf juga berarti setiap muslim mengenal dan mencari informasi bagaimana strategi musuh umat islam yang selalu berusaha menghancurkan islam di setiap kawasan. Itulah sebabnya wukuf tersebut berada di bumi Arafah.. Arafah dalam bahasa arab artinya mengenal, diharapkan dengan wukuf, setiap muslim dalam melakukan analisa " SWOT " sebagaimana dilakukan dalam bidang manajemen.

Dengan adanya kerjasama antar individu dan kelompok, dengan mengenal diri, mengenal kawan, mengenal musuh, mengenal potensi, maka barulah setiap individu menjadi "rahmat " bagi suatu umat. Seorang ilmuwan dapat menjadi rahmat bagi umat, dengan ilmunya. Seorang konglomerat dapat menjadi rahmat dengan kekayaannya. Seorang teknokrat dapat menjadi rahmat bagi umat Islam dengan inovasi teknologinya. Seorang politisi dapat menjadi rahmat bagi umat dengan terobosan dan partai politiknya. Inilah yang dimaksudkan dengan adanya Jabal Rahmah, di Arafah. Dengan wukuf, setiap individu dapat menjadi rahmat ( bukan musibah ) bagi kelangsungan umat, dan kemanusiaan. Dengan wukuf, setiap kelompok masyarakat, mazhab, firqah, menjadi " sparing partner " bagi kelompk yang lain, untuk berlomba dalam kebaikan ( fastabiqul khairat ) bukan menjadi musuh dan lawan yang saling bermusuhan. Dengan wukuf, setiap kelompok berbagi tugas dalam membangun umat, bukan berebut mencari jamaah dengan menghina dan merendahkan kelompok yang lain. Wukuf adalah pertemuan tahunan yang dihadiri oleh utusan berbagai profesi , dan kelompok umat untuk menganalisa situasi umat dan menysuun langkah-langkah strategis dalam menghadapi tantangan masa depan. Inilah kekuatan haji, dan keutamaan wukuf sehingga dalam sebuah hadis rasulullah saw telah bersabda : “ Haji itu adalah Wukuf di Arafah ". ( hadis riwayat Muslim )

6. Muzdalifah : Persiapan menghadapi ancaman dan tantangan.

Dari prosesi wukuf maka umat islam harus dapat melihat apa saja tantangan baik secara internal maupun eksternal. Ancaman dan tantangan tersebut harus dihadapi dengan kekuatan lahir dan batin. Kekuatan jiwa dan batin dengan mendekatkan diri kepada Allah, melakukan qiyamul lain, bermunajat kepadaNya. Itulah sebabnya mengambil batu di Muzdalifah dilakukan di malam hari lewat tengah malam, bukan disiang hari. Setiap individu, seorang pemimpin dalam menghadapi tantangan dan problematikan kehidupan harus mendekatkan diri kepada Tuhan meminta pertolongan, petunjuk, dan kekuatan. Tetapi kekuatan batin harus diikuti dengan kekuatan lahir, yaitu mempergunakan senjata apapun yang mungkin dapat dipakai sesuai dengan bentuk tantangan dan serangan. Batu adalah melambangkan manusia harus berinisiatif mencari alat untuk melawan kekuatan lawan, baik dengan inovasi teknologi dan sistem. Serangan ekonomi,harus dilawan dengan kekuatan ekonomi, serangan teknologi dengan kekuatan teknologi, serangan budaya dengan kekuatan budaya, serangan keilmuan dengan kekuatan keilmuan dan lain sebagainya. Melawan musuh dengan strategi yang tepat itulah yang disebut dalam al Quran : " Dan persiapkanlah dirimu dengan kekuatan apa saja untuk menghadapi musuh ".( QS. Al Anfal : 60 ). Dengan semangat batu di Muzdalifah berarti umat Islam harus mempersiapkan diri dengan kekuatan ilmu dan teknologi, kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, kekuatan politik dan kekuatan militer sehingga umat Islam tidak dipermaikan oleh umat yang lain, sehingga umat Islam sebagaimana yang terjadi selama ini, di Irak, Palestina, Kashmir, Kurdistan, dan lain sebagainya.

7. Melontar Jumrah di Mina : Semangat perjuangan

Setelah dari Muzdalifah, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk melontar Jamrah. Sebaik sampai, jamaah melontar Jamrah Aqabah, dan hari-hari selanjutnya melontar Jamrah Ula, Jamrah Wustha, dan Jamrah Aqabah. Apakah maksud dan hikmah dari melontar Jumrah tersebut. Melontar Jumrah adalah lambang perjuangan yang harus dilakukan oleh umat Islam secara bersama, dengan bidang profesi , kepakaran masing-masing dengan memakai kekuatan yang dimiliki. Semuanya harus ikut berperan dalam perjuangan umat dengan profesi masing-masing. Perjuangan tersebut harus dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan, sebagaimana melontar Jumrah dilakukan dengan teratur dari Jamrah ula , Jumrah wustha dan jamrah Aqabah. Perjuangan juga dilakukan dengan terus berkesinambungan sebagaimana melontar Jamrah tersebut dilakukan pada hari pertama, kedua dan ketiga. Perjuangan juga harus mempersiapkan generasi pelanjut, sebagaimana melontar jumrah dapat dilakukan dengan nafar awwal ( melakukan pada 10,11,12 Dzul Hijjah sahaja ) atau juga dengan nafar tsani ( melakukan lontar sampai 13 Dzul hijjah ), sehingga ini menunjukkan setiap perjuangan harus memiliki estafet, yang berkesinambungan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya.

Dengan melontar Jaumrah di Mina juga berarti bahwa kekayaan yang dimiliki, kepakaran teknologi, kekuatan ekonomi, budaya dan politik setiap individu dan kelompok muslim, harus dapat dipakai sebagai alat perjuangan umat Islam, bukan sebaliknya sebagaimana sekarang ini, dimana kekuatan ekonomi umat islam merupakan pendapatan dan kekayaan bagi umat yang lain.
Sebagai contoh, pada hari-hari ini seluruh jamaah haji dan umat Islam melakukan penyembelihan hewan kambing, sapid an unta. Sepatutnya hewan tersebut disediakan oleh peternak muslim untuk umat islam sehingga proses penyembelihan qurban merupakan mata-rantai ekonomi umat. Tetapi sekarang ini yang terjadi bahwa sebagian besar hewan tersebut dipasok dari negeri Australia, sehingga umat islam yang berqurban, akan menambah kekayaan dan kekuatan ekonomi kelompok yang lain. Mengapa demikian terjadi, sebab umat islam tidak menjadikan okonomi sebagai pendukung kekuatan umat, padahal Imam Nawawi dalam kitab al Majmu' menyatakan bahwa umat islam wajib memproduk segala keperluan hidupnya walaupun membuat sebatang jarum yang kecil. Inilah perjuangan ekonomi umat yang harus dilakukan agar umat menjadi kuat. Dengan perjuangan melontar Jumrah di Mina sepatutnya menyadarkan kita bahwa umat islam harus berjuang dalam segala bidang dan profesi. Inilah yang disebut dengan jihad ekonomi, jihad teknologi, jihad media , jihad pfofesi, jihad budaya, jihad politik, bukan hanya jihad emosi sebagaimana yang terjadi selama ini.




8. Menyembelih Qurban : Pengorbanan.

Perjuangan yang dilakukan baik secara individu, apalagi secara kolektif, dalam segala bidang diats, memerlukan pengorbanan yang tinggi. Tanpa pengorbanan yang tinggi mustahil suatu perjuangan akan berhasil, sebagaimana diungkapkan dalam surah al Kausar : " Sesunguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka lakukanlah shalat dan berqurbanlah. Sesungguhnya ( dengan pengorbanan tersebut) maka musuh engkau akan hancur " ( QS. Al kautsar : 1-3). Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa pengorbanan merupakan syarat untuk dapat mengalahkan pertahanan dan kekuatan musuh. Saya contohkan, jika seorang bekerja tiga jam, maka jika seseorang yang lain ingin mengalahkannya, maka dia harus dapat bekerja lebih dari orang tersebut, emat atau lima jam. Inilah pengorbanan yang dapat mengalahkan pertahanan lawan. Demikian juga umat islam jika ingin menang , maka mereka harus melakukan pengorbanan dalam setiap bidang perjuangan. Pengorbanan tersebut bukan untuk kepentingan pribadi , bukan untuk kepentingan kelompok, mazhab, dan partai, tetapi untuk kepentingan umat islam seluruhnya. Hari ini banyak umat islam yang berpotensi, tetapi potensi mereka tidak dipakai untuk perjuangan umat islam. Banyak negara islam yang kaya, tetapi kekayaan mereka tidak bermanfaat bagi negara islam yang lain , habis untuk memperlihatkan kemewahan dan kesombongan. Banyak umat islam berkualitas, sebagai pemimpin tetapi kepemimpinan mereka bukan untuk umat islam seluruhnya tetapi hanya untuk kelompokmya masing-masing, dan setelah menjadi pemimpin juga hanya memikirkan dirinya, dan kelompoknya masing-masing. Padahal silakan berpacu dalam ekonomi, budaya, politik dan pilkada, tetapi ingat bahwa itu semua merupakan alat untuk perjuangan umat. Banyak calon yang ikut pilkada mengorbankan kekayaannya tetapi tidak menguntungkan umat secara menyeluruh, hanya menguntungkan sebagian team-sukses dan simpatisannya masing-masing. Padahal setiap individu, kelompok dengan semangat Mina diajar bagaimana pengorbanan tersebut bukan untuk hawa nafsu, bukan untuk diri sendiri, bukan untuk kelompok dan partai tertentu, tetapi untuk seluruh umat, semua rakyat. Itulah sebabnya dalam hukum fiqih, daging korban tidak boleh dimakan sendiri, atau untuk keluarga saja, tetapi juga harus kepada semua orang, baik itu faqir miskin, atau kepada jiran tetangga, atau sanak saudara, malahan juga boleh dibagikan penganut agama lain.

Demikianlah nilai-nilai ibadah umrah dan haji yang harus menjadi pedoman umat islam dalam proses mencapai kesempurnaan hidup baik secara individu maupun secara berjamaah. Mungkin kalau dibandingkan dengan kursus motivasi, maka ibadah Umrah adalah kursus pencapaian prestasi ( Achievement motivation training ) , dan ibadah haji adalah kursus kerja dalam berjamaah ( team-work ). Jika seorang individu dapat berkualitas secara pribadi, dan dapat bekerja sama dalam jamaah maka suatu perusahaan akan mencapai kegemilangan, demikian juga dengan umat Islam. Jika umat islam secara individu berkualitas, kemudian dapat berkerja bersama-sama dalam satu jamaah dalam segala bidang dan profesi, baik kerjasama antar individu dan antar kelompok, barulah umat islam menjadi umat yang teladan. Semoga ibadah haji dan Qurban ini dapat membuat kita lebih tercerahkan sehingga merupakan alat untuk muhasabah diri, menilai kembali kerja dan langkah yang telah dilakukan, dan mempersiapkan program-program untuk menghadapi tantangan di masa depan, lengkap dengan "action-plan" perjuangan dan pengorbanan, sehingga umat Islam menjadi umat yang mabrur, umat teladan sepanjang zaman.



B. QURBAN : SUNATULAH PENGOBANAN.
Pada pagi hari raya , tanggal sepuluh Dzul Hijjah takbir dan tahmid bergema di seluruh pelosok tanah air dan seluruh penjuru dunia sebagai pernyataan tauhid, sebagai pernyataan identitas seorang muslim dalam menghadapi hidup dan kehidupan. Sejak pagi hari sara Idul Adha sampai waktu ashar hari 13 Dzulhijjah umat Islam melaksanakan takbir, dan menyelbelih qurban. Hal ini merupakan symbol dan pendidikan kepada umat Islam bahwa sunatullah kemenangan dalam perjuangan yang harus dilakukan dengan landasan tauhid sebagimana ucapan takbir yang terus bergema, dilakukan dengan penuh ukhuwah persaudaraan antar umat yang dilambangkan dalam jamaah, dengan perjuangan semaksimal mungkin sampai tingkat pengorbanan. Tauhid, ukhuwah dan pengorbanan inilah merupakan sunnah kemenangan bagi setiap umat dalam kehidupan. Inilah pesan utama daripada hari raya idul adha, dan disunatkannya menyembelih qurban bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji.
Kita mulai segala aktivitas kehidupan dengan ucapan takbir “ Allahu Akbar “, agar kita dapat merasakan kehadiran Allah Yang Maha Kuasa dalam setiap sisi kehidupan. Dengan tahmid “ walillahilhamd “, kita menyatakan bahwa tiada kehidupan tanpa rahmat dan nikmat daripada Allah, sebab Allah sebagai “rabbul alamin “. Dengan takbir dan tahmid, kita mengakui bahwa tiada kehidupan yang kita nikmati tanpa rahmat dan karunia daripada Allah, dan dengan takbir kita siap menghadapi segala resiko dan tantangan sebab Allah akan bersama kita dimanapun kita berada, memberikan hidayahNya, pertolonganNya, dan taufiqNya.Tidak ada suatu gerakanpun di unia yang lepas dari kekuasaan Allah, dan bagaimanapun hebatnya otak manusia dan canggihnya teknologi tetap manusia tidak dapat lepas dari kuasa Allah. Sebagai bukti kekuasan Allah, baru-baru ini kita dikejutkan dengan bencana Tsunami yang menelan jiwa ratusan ribu manusia, menghancurkan bangunan dan segala yang ada dia atas bumi; tetapi di saat yang sama kita saksikan bagaimana Allah menjaga masjid-masjid terhindar daripada bencana tersebut.
Setelah kita meyakini bahwa kekuasan Allah yang tak dapat ditandingi walau dengan teknologi secanggih apapun, dan kemustahilan manusia untuk lepas dari rahmat dan nikmat Allah, barulah kita sadar dan insaf bahwa segala kenikmatan yang telah Allah berikan, segala kehidupan ini sepatutnya kita pergunakan hanya dengan tujuan beribadah kepadaNya. “ Laa Na’budu Illa Iyyah “,.Kami tidak menyembah selain kepada Allah, “ Walau karihal kafirun “, walaupun orang kafir, akan membenci kami akan mengatakan kami sebagai kolot, fundamentalis, teroris, dan lain sebagainya hanya disebabkan oleh iman kami, ibadah kami, keyakinan kami . Ini adalah sikap dan identitas seorang muslim. Sudahkah kita selama ini mempergunakan segala kenikmatan hidup kita untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Apakah akal dan ilmu pengatahuan yang telah diberikan kepada kita dipergunakan untuk beribadah kepadaNya, ataumenjadikan kita kafir kepadaNya sebab kita mengagungkan akal sehingga hukum Tuhan dirobah, sebagaimana dilakukan oleh kelompok Islam liberal dan lain sebagainya. Harta kekayaan diberikan agar kita dapat beribadah kepadaNya dengan infaq dan sedekah bukan untuk bersenang-senang memuaskan hawa nafsu di tempat-tempat maksiat. Kekuasaan yang diberikan sepatutnya dipergunakan untuk ibadah, menolong masyarakat, beramal jariyah bukan untuk menindas dan memeras rakyat, dengan melakukan kolusi, korupsi dan lain sebagainya. La Na’budu Illa Iyyah, Ya Tuhan , segala nikmatMu hanya untuk beribadah kepadaMu.
Inilah makna daripada “ Labbaikallahumma Labbaik”…Ya Allah kami datang dengan segenap jiwa, harta, pangkat, kuasa, hanya untuk memenuhi panggilanMu, menjalankan perintahMu…”Laabbaika Laa Syariika laka labbaik”, kami beribadah kepadaMu tanpa ada sedikitpun unsur kemusyirikan Ya Allah, kami beribadah dengan niat ikhlas, tanpa riya, tanpa tujuan yang lain. Kami bekerja, membantu , membangun, hanya untukMu, bukan untuk mencari populeritas,mencari nama, tujuan politis agar terpilih menjadi kepala daerah, dan lain sebagainya. “Innal hamda.”.segala nikmat yang Engkau berikan seperti kesehatan, tenaga, tanah, bumi, anak, keluarga, pekerjaan, semuanya datang dariMu dan akan kami pergunakan hanya untuk menyembahmu. “Wannikmata” demikian juga segala kenikmatan seperti kekayaan, gaji, kenderaan, rumah , semuanya berasal dari anugerah dan rahmatMu, bukan karena kehebatanku, bukan karena kepintaranku, bukan karena kecanggihan teknologi, tetapi semua berdasarkan rahmat dan kasih sayangMu. “Wal Mulk “ demikian juga pangkat, jabatan, kedudukan, menjadi lurah, bupati, direktur, walikota, menteri, anggota parlemen , presiden, semuanya adalah anugerahMu kepadaku. Oleh karena itu sebagai hambaMu, maka aku mempergunakan itus emua hanya untuk beribadah kepadaMu, bukan untuk riya, “ La syarika laka “ bukan untuk mencari populeritas, prestise, kesombongan dan lain sebagainya.
Pernyataan diri untuk beribadah secara totalitas inilah yang dimaksudkan dalam kalimat “ Mukhlisin lahuddin “, kami menyembah dan beribadah, melakukan segala aktivitas, bekerja, berpolitik, bermasyarakat, berkeluarga, dan seluruh kehidupan kami hanya kami lakukan dengan penuh keikhlasan mencari dan mengharapkan ridha Allah, bukan untuk gengsi, bukan karena mencari pangkat, kedudukan, harta dan populeritas. Inilah sikap tauhid yang menafikan dan menghilangkan segala “ personal interest “, kepentingan diri , kepentingan kelompok , kepentingan dunia, kepentingan hawa nafsu dalam berbuat dan beramal, jika kita inginkan segala perbuatan tersebut akan mendapat predikat ibadah kepada Allah. Mengapa demikian, sebab tidak ada nilai suatu perjuangan dan pengorbanan jika kita masih mendahulukan kepentingan diri dan kelompok daripada kepentingan yang lebih besar, kepentingan kesejahteraan umat manusia . Untuk ini diperlukan pendidikan hati yang bersih, nurani yang jernih, niat yang suci, dan tujuan yang luhur, dalam melakukan setiap aksi dan aktivitas kehidupan.
Untuk menghadapi tantangan dan segala macam ujian, godaan dan maka seorang muslim diharapkan hanya meninta pertolongan kepada Allah, tanpa mencemarinya dengan kemusyrikan. Inilah yang dituntut dalam kalimat takbir : “ Shadaqa wa’dah….Dia adalah Tuhan yang pasti akan melaksanakan segala janji Allah…Janji kemenangan bagi mereka yang beriman. Janji pertolongan bagi mereka yang berbuat mencari ridhaNya.. Ini merupakan pembentukan motivasi untuk berani menghadapi segala tantangan dan godaan sebesar apapun dari pihak luar, sebab Allah pasti akan menepati janjiNya.
“ Wa nashara ‘abdah .” (Dan Dia akan menolong hambaNya). Ini memberikan keyakinan bahwa J\jika hambaNya berada dalam kesulitan, kesusahan, ataupun dalam ancaman musuh; selama hambaNya telah beriman kepadanya dan benar-benar telah melaksanakan segala perintahNya, pasti Allah akan memberikan pertolongan dalam setiap langkah perjuangan menghadapi setiap tantangan ini merupakan kekuatan diri untuk mencapai kemenangan. Dengan keyakinan akan pertolongan Allah maka apapun yang akan menghalangi kita, janganlah gentar dan takut sebab Allah akan menghancurkan mereka “ Wa Hazamal Ahzaaba wahdah “ Dia akan menghancurkan segala potensi lawan jika kita telah melakukan ikhtiar, berusaha, dengan juga bekerja keras dengan mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan, potensi dan tenaga, dalam melakuan aktivitas kehidupan. Keyakinan akan kekuatan dari Allah yang akan menghancurkasn segala potensi lawan ini merupakan motiovasi diri yang paling utama untyuk mencapai kemenangan. Inilah makna firman Allah dalam Al Quran “ Sungguh kewajiban kami untuk memberikan kememangan kepada orang yang beriman “ ( QS. Ar Ruum (30 ) : 48 ).
Identitas tauhid dengan ucapan takbir, sehingga menjadi manusia yang ikhlas, melakukan sesuatu dengan tujuan mulia, hati yang suci tanpa dicemari oleh kepentingan pribadi, mencari kedudukan, pangkat dan dunia dan diikuti dengan motivasi keyakinan akan pertolongan Allah dalam segala keadaan inilah yang merupakan tongak utama pribadi tauhid, sebagai landasan dasar dalam kehidupan untyuk mencapai kemenangan dan kejayaan dalam aktivitas kehidupan. Bekerja karena Allah, berkeluarga karena Allah, bermasyarakat karena Allah, berorganisasi karena Allah, berpolitik karena Allah. Inilah yang wajib ada dalam pribadi setiap muslim. Inilah yang sekarang telah hilang di tengah masyarakat; sebab banyak umat islam yang sibuk bekerja hanya karena mencari kenikmatan dunia, aktif dalam partai politik karena ingin dapat kursi dan posisi, berniaga karena ingin cepat kaya, berkiprah dan berkarya untuk mencari nama dan populeritas dan lain sebagainya. Jika motivasi tauhid ini telah berganti menjadi motivasi nafsu, motivasi dunia, maka umat islam tidak akan pernah dapat menang sebab sebab dilakukan bukan dengan niat ikhlas, bukan untuk kepentingan umat, tetapi untuk kepentingan diri, hawa nafsu dan kelompok yang mengakibatkan timbulnya persaingan tidak sehat, jegal menjegal, sikut menyikut, fanatik buta, dan lain sebagainya. Inilah sebabnya mengapa umat islam sampai hari ini belum menunjukkan kemenangan dalam segala bidang, dalam ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakat dan politik; sebab motivasi utama adalah prestasi kelompok dan diri bukan berprestasi untuk mendapat ridha Ilahi.
Pada pagi hari ini juga, sekian banyak umat islam melakukan ibadah qurban , menyembelih hewan qurban sebagai rasa dan sikap taqwa kepada Allah dan aplikasi daripada ukhuwah , tanggungjawab sesama umat manusia. Motivasi tauhid merupakan kunci mendapatkan pahala ibadah kepada Allah. Persatuan dan Ukhuwah merupakan jalan untuk mencapai kemenangan. Ukhuwah tersebut harus dapat dibuktikan dengan kesiapan untuk menghadapi segala cabaran dengan memberikan perlawanan, dan pengorbanan sekuat tenaga. Mereka yang tidak berani berkorban dalam perjuangan maka mustahil akan mendapat kemenangan, sebab kehancuran musuh, hanya akan dicapai jika kita dapat berbuat lebih banyak daripada lawan, dan saingan. Untuk mencapai kemenangan, setiap umat harus dapat berbuat secara bersama dengan kepakaran masing-masing dan pembagian tugas yang telah dimusyawarahkan secara bersama “ wukuf “, dengan tujuan yang sama, dengan jalan yang berbeda. Inilah makna daripada jamaah haji yang berangkat ke Mudzdalifah setelah berwukuf. Mereka berangkat mencari batu di tengah malam sesuai dengan kelompok dan kloter masing-masing. Umat islam harus dapat mempersiapkan diri dengan senjata ilmu, pendidikan, ekonomi, politik, dan lain keahlian apa saja sesuai dengan bidang masing-masing; kemudian semua potensi ini dikerahkan untuk menghadapi lawan dan musuh. Inilah makna mengapa jamaah haji diharuskan mencari batu kemudian melempar ke Jamrah Aqabah. Mencari batu sendiri dan berkelompok. Kemudian berjalan menuju Mina juga secara berkelompok, tetapi menuju tempat yang satu, Jamrah Aqabah melemparkan batu dari berbagai sudut yang mungkin dapat melempar. Umat islam harus berbuat sesuai dengan bidang dan kepakaran masing-masing, kemudian mempergunakan kepakaran dan keahliannya sesuai dengan profesi dan kemampuan dengan berbagai cara dan jalan tetapi dengan tujuan musuh yang satu. Segala kepakaran, kepandaian, bidang dan potensi dari individu dan kelompok umat hanya diarahkan untuk menghadapi musuh bersama, bukan untuk menghadapi kawan sendiri. Inilah makna melempar batu Jumrah di Mina. Sayangnya, filsafat dan strategi menghadapi musuh ini tidak diamalkan umat islam tetapi oleh umat yang lain..Lihat bagaimana kelompok yahudi, salibi, walaupun mereka berbeda tetapi dalam menghadapi Islam mereka bersatu dan bergandengan tangan. Sedangkan umat islam yang katanya bersatu, tetapi sewaktu menghadapi musyuh mereka saling cakar-cakaran, musuh utama tidak ketahuan, kawan sendiri akhirnya menjadi lawan.
Menghadapi tantangan walaupun telah dilakukan secara bersama dengan berbagi tugas dan fungsi serta keahlian masing-masing, tidak akan membawa kepada kemenangan sebelum setiap orang bersedia untuk mengorbankan apa yang dimilikinya untuk perjuangan. Inilah makna mengapa setelah melontar Jumrah jamaah haji diharuskan untuk menyembelih hewan qurban; demikian juga mengapa umat islam juga disunatkan untuk menyembelih hewan qurban di waktu hari raya idul Adha yang mulia ini. Sebab setiap strategi yang telah dirancang, program yang telah tersusun, dan kerja bersama yang telah dilakukan oleh semua kelompok umat islam tidak akan mencapai kemenangan jika seandainya tidak ada jiwa dan semangat berkorban untuk umat , bukan berkorban untuk kelompok, bukan berkorban untuk diri, tetapi berkorban yang dapat dinikmati oleh seluruh umat. Mengapa harus demikian ? Sebab kadangkala yang sangat memerlukan bantuan, dan pengorbanan adalah kelompok yang lain, maka kewajiban setiap kelompok untuk berlomba untuk memberikan bantuan dan pengorbanan kepada mereka walaupun mereka bukan dari kelompoknya. Pengorbanan harus dapat dilakukan dengan menghilangkan nepotisme kelompok dan golongan. Pengorbanan harus dapat dilakukan dengan mendahulukan kepentingan bersama, kepentingan umat, bangsa dan negara daripada kepentingan diri, kelompok dan golongan.
Kalau kita melihat kepada sejarah umat, maka akan terlihat bahwa pengorbanan merupakan syarat kegemilangan. Rasululah mengorbankan diri, harta dan segalanya untuk Islam, sehingga sejarah mencatat beliau pernah memberikan delapan ratus kuda untuk perjuangan,sedangkan beliau cukup dengan tidur diatas tikar dan makan apa adanya. Abubakar memberikan seratus persen kekayaannya untuk islam. Umar bin Khattab memberikan separuh harta kekayaannya untuk perjuangan, sedangkan dirinya rela dengan makan roti kering selama berhari-hari. Penguasa dan konglomerat muslim di zaman kegemilangan Islam di Baghdad dan Cordova berlomba-lomba unruk memberikan wakaf untuk pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan, perpustakaan, dan pelayan sosial; sehingga tercata di Cordova ribuan sekolah, perpustakaan, pusat riset, rumah sakit, jalan, sampai kamar mandi yang diwakafkan untuk umat. Bayangkan sekarang konglomerat muslim bukan memberikan wakaf sekolah, rumah sakit, tetapi menjadikan sekolah, rumah sakit menjadi lahan bisnis yang baru selain dari perusahaan yang dimilikinya.
Sikap pengorbanan untuk masyarakat inilah yang juga dilakukan oleh konglomerat Amerika . Sebagai mana dalam majalah “ Business Week “ terbitan awal desember 2003 yang lalu disebutkan bahwa konglomerat Amerika berlomba-lomba untuk memberikan sumbangan sosial untuk kesehatan, pendidikan, riset, dan pelayanan sosial. Bill Gate mendermakan empat puluh persen kekayaannya yang bernilai triryunan rupiah untuk kesehatan dan pendidikan. George Soros mendermakan enam puluh dua persen kekayaannya untuk masyarakat liberal. Pemilik Pizza Hutt mendermakan delapan puluh dua persen kekayaannya untuk sekolah-sekolah katholik. Mengapa pendidikan,riset,ilmu pengetahuan masyarakat barat menjadi terunggul ? Ini disebabkan sekian banyak konglomerat Amerika berani berkorban sebagian besar dari kekayaan untuk hal tersebut. Bagaimana dengan konglomerat muslim? Berapa persen kekayaan mereka yang telah mereka berikan kepada umat untuk program pendidikan, kesehatan, riset, dan pelayan sosial..? Dimanakah semangat berkorban yang dianjurkan dan dicontohkan oleh nabi dan sahabat. Padahal semangat berkorban inilah rahasia kegemilangan suatu peradaban dalam masyarakat dunia. Mengapa umat islam zaman dahulu dapat mencapai kemenangan ? Ini disebabkan mereka siap dan sedia mengorbankan apa yang dimilikinya dalam berbagai bidang untuk kejayaan umat. Mengapa tamadun dan peradaban umat Islam di masa Rasulullah, masa Khulafa Rasyidin, Dinasti Abbasiyah, Kerajan Islam di Cordova mencapai zaman keemasan? Karena penguasa, dan intelektual, profesional dan konglomerat umat berkorban untuk membangun peradaban umat dan kejayaan Islam. Setiap individu muslim berpikir tantang apa yang akan disumbangkan untuk kejayaan umat, sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing.Abubakar Shiddiq telah mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam. Umar bin Khattab mengorbankan setengah dari harta kekayaannya untuk perjuangan Islam. Usman bin Affan mengorbankan harta kekayaannya untuk membantu dan menolong umat dan perjuangan Islam. Salman memberikan kepakarannya dalam perang Khandaq. Malahan sewaktu turun ayat al Quran : “ Kamu tidak akan sampai kepada kebaikan sebelum kamu memberikan yang paling kamu sayangi dari apa yang diberikan kepadamu “ ( QS.Ali Imran : 92) Mendengar ayat tersebut, setiap sahabat memberikan harta kekayaan yang terbaik dan paling dicintainya untuk perjuangan Islam sehingga Umar bin Khattab segera memberikan kebun kurma yang terbaik di kawasan Khaibar ( lihat kitab Hayatus Sahabah, hal. 377, bab. “infaq apa yang dicintai” ).
Mengapa umat islam pada hari ini masih kalah dalam segala bidang ? Hal ini disebabkan karena penghayatan tauhid masih lemah, ibadah kita masih parsial dan setengah-setengah dan yang lebih utama lagi umat Islampada hari ini, belum berani berkorban dengan memberikan sebagian besar kekayaan dan potensi diri yang dimilikinya untuk kepetingan dan kemajuan umat baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, sosial, pendidikan , pelayanan sosial dan lain sebagainya. Semangat berkorban dalam perjuangan dalam semua bidang dan lini sesuai dengan kemampuan dan posisi masing-masing inilah yang merupakan makna melempar jumrah dan berkorban di Mina. Itulah juga sebabnya mengapa umat Islam berhari raya Idul Adha pada waktu jamah haji berada di Mina, bukan sewaktu mereka wukuf di padang Arafah. Semangat ketaqwaan pengorbanan inilah yang merupakan inti dari pada Idul Adha dan penyembelihan qurban sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah : “ Sesungguhnya Allah tidak menerima darah dan daging hewan sembelihan qurban tersebut, tetapi Allah hanya menerima ketaqwaan daripada kamu sekalian “( QS. AlHaj : ) . Semangat ketaqwaan dalam mengorbankan segala potensi dalam berbagai profesi untuk perjuangan umat merupakan kunci kemenangan sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmanNya: “ “ Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu AlKausar, nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat dan berkorbanlah. Sesungguhnya ( dengan pengorbananmu tersebut) maka musuh-musuhmu akan hancur “. ( QS. Al Kautsar : 1-3 ).
Inna a’tahinaka al Kausar “, Kami telah memebrikan kepada engkau al Kausar. Apa itu al Kausar. Banyak hadis meriwayatkan bahwa makna al Kausar disini adalah telaga al Kausar yang diberikan nanti di dalam surga ( Hadis riwayat Bukhari, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah ). Al Kaustar dapat juga bermakna nikmat yang banyak, sebab kalimat Kausar berasal dari Kasura yang berarti “banyak :. Sahabat nabi, Ibnu Abbas menyatakan bahwa Al Kausar juga bermakna “ al khair al kastir “, kebaikan yang banyak, nikmat yang banyak. dan Mujahid juga menyatakan bahwa Kausar adalah “ kebaikan di dunia dan di akhirat “ ( tafsir Ibnu Kasir, Juz 4, hal. 628). Oleh karena itu ayat “ Inna A’thainaka kal kausar “ juga dapat diterjemahkan dengan redaksi : “ Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak “. Dalam ayat ini Allah menekankan kepada kita bahwa segala nikmat yang didapat adalah pemberinan Allah. Artinya jika engkau mendapat nikmat, mendapat rezeki, mendapat kekuasaan, mendapat pekerjaan, mendapat kesenangan, mendapat kesehatan, maka ingatlah bahwa itu semua merupakan pemberian Allah kepadamu. Kerja keras, ketrampilan dan kepakaran, adalah merupakan ikhtiyar, sebab manusia diwajibkan berusaha dan bekerja. Tetapi hasil yang didapat, itu semua hanya kita dapatkan dari rahmat, nikmat dan pemberian Allah.
“ Fa shalli li rabbika wanhar “ , maka dirikanlah shalat kepada Tuhanmu dan berkorbanlah. Kalimat Fa shalli menurut sahabat bukan saja bermakna dirikanlah shalat, tetapi juga bermakna : “ bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang engkau dapatkan tersebut.”. Ayat ini adalah mendidik manusia bagaimana mempergunakan nikmat yang telah didapat. Nikmat terebut tidak boleh disia-siakan pada kegiatan yang tidak berguna, tetapi harus dapat dipakai secara positif dan produktif. “ Fa shalli” artinya dirikanlah shalat, dengan maksud jika engkau menyedari bahwa pemberi nikmat adalah Allah, maka dirikanlah shalat sebagai bukti pengabdianmu kepada Allah. Menurut sahabat nabi Ikrimah “ Fa shalli li rabbika“ juga bermakna “ usykur li rabbika , bersyukurlah kepada Tuhanmu “. ( Tafsir Durarur Mansur, Jilid 6, hal. ) Oleh karena itu ayat tersebut, dapat juga diterjemahkan dengan redaksi : “ Jika engkau telah mendapat nikmat yang banyak, maka bersyukurlah kepada Tuhanmu”. Bersyukur maksudnya adalah mempergunakan nikmat tersebut dengan cara yang baik, tidak mubazir, tidak untuk maksiat, tetapi untuk beribadah kepada Tuhan yang mencipta alam.
Pemakaian nikmat tersebut selain untuk keperluan diri sendiri dan keluarga, juga harus dapat dipergunakan untuk kepentingan orang lain dan masyarakat. Oleh karena itu maka Allah menyambung ayat “Fa shalli li rabbika” dengan kalimat “ wan Har “ , yang bermakna “ dan berkorbanlah “, sebab dalam harta kekayaan tersebut terdapat hak orang lain sebagaimana dinyatakan dalam ayat ” Fi amwalihim haqqun lissail wal mahrum ”, dalam harta kekayan mereka itu terdapat hak orang yang meminta dan orang yang memerlukan walaupun otang itu tidak meminta ”.( Surah Dzariyat : 19 ). Kekayan dan kenikmatan yang diberikan Allah adalah dimaksudkan untuk dapat dipergunakan bagi memnuhi keperluan indovidu, keluarga dan juga keperluan orang lain, sebaagimana dinyatakan dalam hadis nabi : “ Sesungguhnya Allah telah mengkhususkan suatu kaum dengan nikmat yang diberikan kepada mereka agar mereka dapat memberi manfaat bagi orang lain “ ( hadis riwayat Thabrani daripada Abdullah bin Umar ).
Pemberian dan pengorbanan kepada orang lain tersebut sesuai dengan kenikmatan yang didapat, sehingga tidak dapat dinilai dengan bilangan tetapi diukur dengan besarnya nikmat, sebagaimana dinyatakan dalam hadis : “ Bertambah besar nikmat Allah yang diberikan kepada seseorang itu, maka bertambah besar keperluan manusia kepada orang yang memiliki nikmat tersebut “ ( Hadis dari Aisyah diriwayatkan oleh Thabrani ). Oleh sebab itu sebuah hadis menyatakan : “ Sedekah satu dirham dapat mengalahkan seratus dirham “. Sahabat nabi bertanya : “ Bagaimana mungkin ya Rasulullah hal tersebut dapat terjadi ?. Rasulullah menjawab : “ Seseorang yang memiliki dua dirham, dan dia bersedekah dengan satu dirham, sedangkan seorang lagi mempunyai seribu dirham, dan dia bersedekah dengan seratus dirham; maka sedekah satu dirham tersebut, lebih utama dan lebih besar pahalanya daripada sedekah seratus dirham “ ( hadis riwayat ) Mengapa demikian, sebab sedekah satu dirham dari dua dirham adalah limapuluh persen daripada harta yang dimilikinya, sedangkan sedekah seratus dirham dari harta seribu dirham adalah sepuluh persen dari kekayaannya. Oleh sebab itu pahala sedekah satu dirham ( dari dua dirham ) lebih besar dari pahala sedekah seratus dirham.
Setiap muslim yang memiliki kemampuan dan kekayaan mempunyai tanggungjawab sosial kemasyarakatan, apalagi terhadap kelangsungan dan perjuangan agama, dengan memberikan sebagian harta kekayaan tersebut untuk keperluan orang lain dan keperluan perjuangan agama. Itulah sebabnya dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda : “ Siapa yang memiliki kelapangan pada hari ini ( harui raya Idul Adha ) dan dia tidak mau berkorban, maka janganlah dia dekat-dekat dengan tempat shalat kami ini ( masjid nabi ). “.Hadis riwayat Ahmad,dan Ibnu Majah. Maksud hadis ini adalah jika seorang muslim memiliki kekayaan dan kelapangan, maka hendaklah dia melakukan pengorbanan kepada agama dengan melaksanakan korban. Jika dia tidak mau berkorban sedangkan dia memiliki kekayaan berarti dia bukan bagian dari umat Islam ( dalam arti jamaah ), sebab dia tidak memiliki tanggungjawab sosial. Oleh sebab itu lebih baik dia tidak datang ke masjid, sebab kedatangan ke masjid adalah sebagai tanda memiliki kepedulian sosial dan sedia untuk berkorban demi agama. Sebab tujuan shalat jamaah adalah untk memperkuat jamaah dan umat, sedangkan kekuatan jamaah hanya dengan pengorbanan umatnya terhadap agama dan keoedulian terhadap jamaah yang lain.
Pengorbanan kepada agama dengan harta kekayaan merupakan syarat kemengan suatu agama, sebab itulah dalam kitab suci al Quran, banyak dijumpai ayat yang menyatakan “ “ Jahidu fi sabilillah bi amwalikum wa anfusikum “, berjihadlah, berjuanglah di jalan Allah dengan harta kamu dan diri kamu “. Sikap bersedia untuk berkorban inilah merupakan kunci kemenangan dalam perjuangan. Siapapun yang lebih berkorban, maka dia akan meraih kemenangan; dan dapat mengalahkan perlawanan musuh. Ini merupakan sunatullah, peraturan hidup dalam setiap perjuangan. Itulah sebabnya setelah perintah berkorban, Allah menyatakan dalam ayat selanjutnya “ Inna Syani’aka huwal abtar “, Sesungguhnya musuh-musuh engkau akan kalah “. Seakan-akan makna ayat adalah : Jika engkau telah mengorbankan harta kekayaan engkau, kenikmatan yang engkau terima untuk perjuangan dalam menegakkan agama , maka barulah musuh-musuh engkau akan kalah “. Ini merupakan sunatullah, merupakan hukum bagi kehidupan. Siapa aja, agama apa saja, umat apa saja, yang lebih banyak berkorban, yang lebih banyak mengorbankan segala sesuatu untuk agamanya, maka agamanya akan menang dibandingkan agama-agama yang lain. Umat apa saja yang peduli dengan saudaranya yang lain, maka umat tersebut akan unggul dibandingkan denganumat yang lain.
Baru-baru ini seluruh kita dikejutkan oleh Tsunami di Mentawai, Banjir di Papua, dan Gunung Merapi yang begitu hebat. Itu semua adalah taqdir Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia dengan penuh hikmah. Paling tidak dengan bencana tersebut mengingatkan kita akan kekuasaan Tuhan. Insya Allah bagi mereka yang wafat akibat gempa tsunami, mereka menjadi syahid sebagaimana dalam hadis dinyatakan bahwa : “ Barangsiapa yang mati tenggelam maka kematiannya adalah syahid “( Riwayat Muslim ) Bagi yang terkena musibah, cidera dan lain keluarga yang ditinggalkan, insya Allah mendapat pahala kesabaran dan ketabahan, dan ampunan dosa, sebab dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa : “ Apa saja musibah atau sakit yang dialami oleh seorang mukmin, dia akan mendapat ampunan bagi dosa-dosa yang dilakukan “( riwayat Ahmad ). Semoga bencana dan musibah tersebut dapat memperikan pelajaran agar lebih cepat kembali kepada Alah, membersihkan diri daripada dosa, bertobat, dan meningkatkan kepedulian kepada sesama dan segera membantu mereka yang memerlukan.
Semoga tulisan ringkas ini dapat menjadi bahan renungan kepada kita semua, agar dengan Idul Adha membuat kita sehingga kita terhindar daripada syirik,dan dosa dan dapat menggalang persatuan dan ukhuwah yang dibuktikan dalam program bersama yang dijalankan dengan manajemen yang professional dan rapi, serta meningkatkan pengorbanan diri dalam segala bidang. Keimanan yang kuat , kehidupan yang bersih daripada syirik, dosa dan kemaksiatan, ditambah dengan ukhuwah yang digalang, beserta pengorbanan dalam berjuang inilah yang merupakan syarat kemenangan suatu umat, dan kegemilangan suatu peradaban sebagaimana ditunjukkan sejak dari Nabi Adam dan Siti Hawa di Arafah, dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, Ismail dan Hajar dalam membangun Ka’bah dan melontar Jumrah di Mina, serta perjuangan Nabi Muhammad dari kota Makkah sampai ke Madinah membangun peradaban Madani berlandaskan tauhid, dan ukhuwah. Tantangan umat bertambah lama betambah berat. Serangan terhadap akidah , pemikiran, budaya, akhlak terus mengancam umat Islam dan generasi muslim di masa mendatang. Serangan datang dari berbagai lini, bidang dengan kecanggihan teknologi. Oleh sebab itu umat Islam harus dapat menghadapi tantangan pemikiran, akidah, budaya tersebut dengan perjuangan yang simultan secara bersama. Untuk itu diperlukan ukhuwah dan persaudaraan yang kuat, sehingga umat Islam tidak lagi terpecah belas hanya disebabkan oleh perkara yang remeh temeh seperti maalah khilafiyah dan hal-hal yang sunat. Perjuangan untuk menghadapi serangan liberalisasi pemikiran, pengrusakan akidah, budaya dan akhlak dalam seluruh bidang tersebut memerlukan dana dan pengorbanan yang besar. Jika Soros mengeluarkan sebagian dari kekayaannya untuk mewujudkan masyarakat liberal ( liberal society ), dengan membuat pusat-pusat leberalisasi di seluruh dunia, maka sudah berapa banyak pengorbanan konglomerat muslim untuk menghadapi serangan liberalisasi tersebut ? Dapatkah serangan pemikiran dilawan dengan umrah dan haji berkali-kali, atau membangun surau dan masjid dengan bangunan yang megah. Apakah yang telah dilakukan umat Islam hari ini untuk melawan serangan barat dengan memberikan bantuan keuangan, bantuan pelatihan dan pendidikan kepada lembaga pendidikan dari madrasah, pesantren sampai perguruan tingi Islam, dan memberikan beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa muslim.
Sebagai contoh baru-baru ini di Jakarta sedang dibangun pusat budaya Amerika tercanggih di dunia. Menurut info dari Detiknews dinyatakan bahwa : “Pusat budaya yang diberi nama @america itu merupakan pusat budaya Amerika yang baru, yang menampilkan teknologi tinggi dan desain canggih. Ini merupakan tempat untuk mempelajari budaya Amerika, keragaman, sejarah, pendidikan dan inovasi Amerika.
Bertempat di Pacific Place Mall, Lantai 3, Unit 325, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, @america menempati areal seluas 600 meter persegi. Ini merupakan tempat untuk program-program dan event-event di mana warga Indonesia dan Amerika bisa menjalin hubungan dan memperkuat hubungan. Fasilitas ini akan juga akan menyatukan warga muda Indonesia bersama-sama warga muda Amerika dengan menggunakan teknologi Amerika sebagai kendaraan untuk menciptakan dialog. @america dilengkapi dengan 21 unit proyektor berukuran 1,6 m x 1,2 m hingga 5,22m x 2,25m. Ada pula pula 22 unit monitor berukuran 17” hingga 42”. Ditambah lagi dengan 50 unit iPad berukuran 9,7”. Juga terdapat 1 unit smart board berukuran 50” yang merupakan interactive white board dengan kontrol layar sentuh serta 3 unit Telepresence berukuran 65” yang merupakan tiga layar yang menampilkan video interaktif langsung. @america juga memiliki ruang khusus mirip ruang teater di mana para pengunjung bisa menyaksikan pemutaran film layaknya di bioskop. @america yang baru akan dibuka secara resmi pada bulan depan, merupakan pusat budaya Amerika berteknologi tinggi pertama di dunia. Pemilihan Indonesia sebagai lokasi pusat budaya AS ini tak lepas dari status Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.
"Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Indonesia juga merupakan negara muslim terbesar di dunia. Ditambah lagi Indonesia merupakan jumlah pengguna Facebook terbesar kedua di dunia," kata Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Ted Osius di @america, Rabu (10/11/2010). @america yang pembangunannya dilakukan sejak 1,5 tahun silam ini berada langsung di bawah Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta. Melalui @america, Kedubes AS ingin menjangkau lebih banyak warga muda Indonesia untuk bisa lebih mengenal Amerika. "Indonesia merupakan negara yang penting di mata AS sehingga kami menganggap ini sangat penting dibangun di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan kami akan membangun pusat budaya serupa di negara lain, namun saat ini kami fokus ke Indonesia," ujar Don Q. Washington yang menjabat Penasihat Diplomasi Publik Kedubes AS kepada detikcom saat menyambangi @america. (http://us.detiknews.com/read/2010/11/10/145732/1491409/10/pusat-budaya-berteknologi-tinggi-as-pertama-di-dunia-dibuka-di-jakarta?992204topnews)
Sudah waktunya umat Islam bersatu sebagaimana bersatunya jamaah dalam ibadah haji, dan melakukan pengorbanan yang lebih besar setelah pengorbanan hewan sembelihan di hari saya Idul Adha. Korban hewan di Hari Idul Adha adalah symbol untuk melaksanakan pengorbanan untuk perjuangan Islam dalam bidang pendidikan, social, ekonomi, pemikiran, profesi, keilmuan, teknologi.budaya, informasi dan lain sebagainya. Berbagai kelompok, bukan untuk berpecah tetapi untuk berbagi bidang dalam menghadapi serangan dan tantangan. Semangat Idul Adha harus dapat memicu semangat berjamaah dan berkorban yang terus menyala sepanjang tahun. Itulah sebabnya mengapa ibadah haji dan qurban di bukan terakhir dari kalender hijriyah, supaya setelah itu sejak dari bulan muharam umat Islam segera berjamaah dan berkorban menghadapi tantangan tahun hijriyah mendatang. Semoga semangat Idul Adha, ibadah Haji dan penyembelihan Qurban terwsebut dapat kita aplikasikan dalam kehidupan. Selamat Hari Raya Idul Adha. Selamat berqurban, Taqabbalahhu Mina Wa minkumm, taqabbal Ya Kariim,Wallahu A’lam.( Muhammad Arifin Ismail Kuala Lumpur, 13 November 2010).