Pages

Sunday, July 15, 2007

MASYARAKAT TERBAIK


“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman kepada Allah “. ( Q.S. Ali Imran : 110 ).

Dalam suatu hasil angket yang dilakukan oleh Globe Foundation di London terhadap pendatang asing maka hasil angket menyatakan bahwa masyarakat muslim di negara tersebut merupakan masyarakat terbaik dari seluruh pendatang asing. Hal ini karena terbukti masyarakat muslim di negara barat tersebut merupakan masyarakat yang terbaik dalam sikap, akhlak, cara hidup, dibandingkan dengan masyarakat pendatang yang lain. Sehingga menurut surat kabar Times di London masyarakat muslim merupakan masyarakat terbaik, dan masyarakat teladan bai seluruh masyarakat di negeri inggeris. “ Mereka merupakan masyarakat yang pandai menyesuaikan diri dalam masyarakat yang majemuk, berlainan agama, budaya dan keturunan, tanpa menghadapi seedikitpun kesulitan”. Surat kabar itu juga menyatakan bahwa masyarakat muslim “ adalah masyarakat yang sabar menghadapi tekanan, dan penindasan yang terjadi terhadap mereka akibat isu-isu negatif yang dilontarkan kepada mereka oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab “.

Masyarakat muslim di negeri Inggeris juga merupakan masyarakat mandiri, yang dapat hidup dengan baik tanpa meminta bantuan dari pihak lain, atau meminta belas kasihan penguasa, sehingga mereka menjadi masyarakat yang tangguh, ulet, kerja keras, bekerja dengan penuh disiplin. Mereka juga berpegang teguh dengan sistem kehakiman , sehingga mereka menjadi masyarakat yang sangat patuh terhadap hukum, menghormati undang-undang, dan selallu aktif dalam pilihan umum negara tersebut. Angket itu juga menyatakan bahwa empat dari lima orang daripada masyarakat muslim dengan penguasaan bahasa inggeris yang baik telah membuktikan mereka mampu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan masyarakat inggeris baik dalam bidang pendidikan, politik, dan sosial kemasyarakatan. Surat kabar Times, mengkritik pihak pemerintah Inggeris yang selalu bertindak keras kepada orang-oranfg Islam disana padahal masyarakat muslim telah menunjukkan sifat-sifat terbaik dalam bernegara, dan telah memperlihatkan sikap dan akhlak yang baik, di tengah masyarakat yang lain.

Itulah gambaran masyarakat muslim di salah satu negara barat, merupakan masyarakat terbaik, masyarakat contoh. Sangat disayangkan mbahwa masyarakat muslim di negara muslim belum dapat bersikap seperti masyarakat muslim di negara barat; malahan banyak kita dapati bahwa masyarakat muslim di negara-negara yang lain merupakan masyarakat yang tidak berkualitas. Perhatikanlah gambaran masyarakat muslim di negeri arab yang kaya, menjadi masyarakat yang hidup dengan kemewahan, disamping itu jika berjumpa dengan orang muslim di negara Bangladesh, Indonesia, Pakistan, yang yang terlihat masyarakat yang dalam kesusahan, kemiskinan, hidup dalam kemalasan, tidak berdisiplin. Generasi muda sibuk dengan hiburan, permainan, narkoba, minuman keras. Masyarakat yang tegambar adalah masyarakat yang dalam hidup kekerasan, pembunuhan, penipuan, pemerkosaan, pertikaian, perkelahian, sampai kepada peperangan antar kelompok. Masyarakat atas, masyarakat yang sibuk dengan salah guna kuasa, korupsi, hidup foya-foya, tidak menghargai hukum, dan undang-undang. Disaat yang lain, media barat menggambarkan masyarakat muslim sebagai masyarakat teroris, disebabkan ulah dan sikap sekelompok kecil muslim yang terlalu fanatik dan tidak mengenal toleransi dalam bersikap.

Padahal Islam adalah agama yang penuh dengan kedamaian, kesejahteraan, dan menjunjung akhlak-akhlak mulia. Alhamdulillah, disaat keadaan masyarakat muslim dalam keadaan yang demikian, muncul sekelompok muslim yang di jantung negeri Eropa, menjadi masyarakat terbaik, sebagai bukti bahwa sebenarnya masyarakat muslim yang lain jika mereka direkan dalam sikap yang amoral , tidak disiplin, dan lain sebagainya, itu bukanlah cermin daripada ajaran islam yang mulia. Ternyata jika umat islam dapat menjalankan ajaran agama islam dengan sebaik-baiknya maka mereka akan menjadi masyarakat terbaik, malahan dapat menjadi masyarakat percontohan, masyarakat teladan bagi masyarakat dunia, sebagaimana firman Allah dalam kitab suci Al Quran : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman kepada Allah “. ( Q.S. Ali Imran : 110 ).

Menjadi masyarakat yang terbaik dalam akhlak, sikap hidup merupakan karakteristik seorang muslim, sehingga sikap itulah yang membedakan seorang muslim dengan yang lain. Sewaktu Ja’far bin Abi Thalib ditanya oleh Negus, raja Habasyah tentang apakah yang diajarkan Muhammad kepada mereka, maka ja’far menjawab : Wahai raja negus, kami ini pada mulanya adalah masyarakat jahiliyah yang menyembah berhala, memakan bangkai (memakan binatang tanpa disembelih), melakukan kemaksiatan, memutuskan silaturahmi (selalu berparang), tidak menghormati hak-hak bertetangga, sehingga mereka yang kuat menindas mereka yang lemah, tetaplah kami dalam keadaan jahiliyah seperti itu sehingga datanglah kepada kami seorang nabi dari kalangan kami sendiri, kami mengetahui dia dari keturunan yang baik, dan memperlihatka kepada kami kejujurannya, amanahnya, seorang yang mempunyai akhlak mulia, mengajak kami kepada menyembah Tuhan Yang Esa, Allah subhana wataala, menyuruh kami untuk menepati janji, menunaikan amanah, melkukan hubungan silaturahim, menghormati hak-hak orang lain seepprti hak bertetangga, mencegah diri daripada perbuatan yang dapat merusakkan harta dan jiwa orang lain, melarang kami dari melakukan maksiat, melarang kami daripada melakukan perbuatan dusta dan sumpah palsu, melarang kami daripada memakan harta orang lain seperti memakan harta anak yatim dengan cara yang dzalim, melarang kami daripada menuduh orang lain dengan tuduhan yang hina, menyurh kami hanya menyembah Allah, dengan melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat harta, berpuasa, dan ajaran islam yang lain. Kami mengikuti perintah Rasul tersebut, mengharamkan apa yang diharamkan dan menghalalkan apa yang dihalalkan oleh rasul allah tersebut “.

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa yang membedakan antara masyarakat jahiliyah dan masyarakat muslim, bukan hanya masalah penyembahan berhala dan penyembahan Allah, tetapi juga sikap hidup yang penuh dengan aturan sehingga masyarakat msulim merupakan masyarakat yang berakhlak mulia, sedangkan masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang tidak bermoral, masyarakat yang suka berperang, memakan harta orang lain secara dzalim, masyarakat yang tidak menghormati hak-hak orang lain, masyarakat yang melakukan mkemaksiatan, perjudian, penipuan, dan lain sebagainya. Sangat disayangkan, banyak masyarakat muslim hari ini, hanya menjadi masyarakat muyslim dengan melakukan shalat, puasa dan zakat, sedangkan akhlak yang moral mereka hamper sama dengan akhlak dan moral serta cara hidup masyarakat jahiliyah, masyarakat yang suka berperang, memakan harta dengan dzalim seperti korupsi, melakukan kemaksiatan dengan pelacuran, hiburan, minuman keras, dan narkoba, menghalalkan pornograpi dan pornoaksi, dan lain sebagainya. Masyarakat muslim hanya dalam ibadah, tetapi masih belum menjadi masyarakat muslim dalam akhlak, dalam budaya, dalam cara hidup, dalam sikap sosial, dalam pendidikan, dalam ekonomi, apalagi dalam berpolitik.

Padahal sejarah mencatat, Islam berkembang di Spanyol karena masyarakat muslim masuk ke negeri spanyol dengan akhlak mulia, dimana masyarakat yang lain merupakan amsyarakat yang kasar dan ganas; Islam diterima masyarakat afrika, sebab masyarakat muslim yang datang dengan sikap ramah, sopan dan santun, agama Islam sampai ke nusantara adalah dengan pedagang muslim yang memperlihatkan akhlak mulia , Pendeta Jerusalem rela meneyrahkan pintu masjidil aqsha kepada umat islam, sebab pada waktu itu khalifah umar bin Khattab memperlihatkan akhlak yang mulia. Islam adalah akhlak, oleh sebab itu rasululah dalam sebuah hadis bersabda : Sesunguhnya aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia “. Rasulullah sendiri sebelum dilantik menjadi rasuyl, telah memperlihatkan akhlak yang mulia, sehingga beliau digelar dengan nama “ al Amien “, orang yang dipercaya. Semoga masyarakat muslim di negeri ini dsapat belajar dari masyarakat muslim di negeri Inggeris. Jika masyarakat muslim Inggeris yang merupakan masyarakat minoritas dapat membuktikan diri mereka menjadi masyarakat teladan, bagaimana dengan masyarakat muslim yang merupakan mayoritasa di negeri muslim terbesar di dunia ? Fa’tabiru ya Ulil albaab.

Muhammad Arifin ismail
Kuala lumpur, 15 Juni 2007

INTISARI ILMU


" Tidaklah seorang itu berilmu sebelum berbuat dengan ilmunya "
( hadis riwayat Baihaqi )

Pada suatu hari Syekh Syaqiq al Balaghi bertanya kepada muridnya Hatim al-Asham : Sejak kapan engkau berguru kepada aku ? Hatim menjawab : Sejak tiga puluh tahun. Syekh Syaqiq bertanya lagi : " Apakah yang engkau dapatkan daripada aku dalam waktu yang sekian lama itu ? Hatim menjawab : " Aku mendapatkan delapan masalah ".Mendengar itu, si guru terperanjat dan berkata : Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun..terbuang waktuku sekian lama sedangkan engkau hanya mendapat delapan perkara ". Si murid, Hatim menjawab : " Wahai guru, benar, aku tidak mempelajari hal yang lain, dan aku tidak berdusta, atau main-main ". Si Guru, Syaqiq kemudian berkata lagi : " Okeylah, sekarang terangkan kepadaku apa yang delapan perkara tersebut ".

Hatim berkata : " Aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mempunyai kekasih dan ingin bersama dengan kekasihnya sampai ke kuburan. Maka apabila telah sampai ke kuburan, niscaya ia berpisah dengan kekasihnya. Maka aku mengambil perbuatan baik menjadi kekasihku. Maka apabila aku masuk ke dalam kuburan nanti, akan masuk juga kekasihku bersamaku ". Mendegra itu, si guru berkata : Benar sekali, apa yang engkau katakana wahai muridku, sekarang apa pula perkara yang kedua.

Hatim melanjutkan : " Aku memperhatikan firman Allah " Dan adapun otrang yang takut di hadapan kebesaran Tuhannya dan menahan jiwanya daripada hawanafsumaka sesungguhnya taman surga tempat kediamannya " ( Surah Nazi'ai : 40-41 ). Aku yakin bahwa firman Allah itu benar, maka aku memperjuangkan diriku untuk menolak hawa nafsu, sehingga tetaplah aku taat kepada Allah ". Si Guru berkata : Benar, katamu, apa pula yang ketiga..?"

Hatim berkata : Perkara yang ketiga, aku memandang kepada makhluk semuanya, maka aku melihat bahwa tiap-tiap orang yang ada padanya sesuatu benda pasti akan menghargai, menilai dan memelihara benda yang dimilikinya tersebut. Kemudian aku teringat firman Allah : " Apa yang ada di sisi kamu akan hilang dan binasa sedangkan apa yang ada di sisi Allah , itulah yang akan kekal " ( Surah an Nahl : 96 ). Oleh sebab itu setiap kali aku memiliki harta yang mempunyai harga dan bernilai, maka segera aku serahkan dan simpankan kepada Allah, semoga harta itu akan kekal dan terpelihara disisiNya.". Guru Syaqiq berkata : benar engkau wahai muridku, dan apa lagi yang ke-empat ? '.

Hatim berkata : " Hal yang ke-empat, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka kembali kepada harta, kebangsawanan, kemuliaan, dan keturunan. Kemudian aku memandang dan perhatinan pada semuanya empat perkatra itu , tiba-tiba tampaknya padaku itu semua tak ada apa-apa. Kemudian aku perhatikan firman Allah : Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu " ( surah al hujurat : 13 ). Oleh karena itu aku melakukan sesuatu dengan penuh ketaqwaaan sehingga manjadi orang yang paling mulia disisi Allah". Guru Syaqiq berkata : "Benar engkau wahai muridku, lanjutkan ".



Hatim berkata : Perkara yang kelima, aku memandang kepada makhluk ini semua, dimana mereka tusuk menusuk satu sama lain, kutuk mengutuk satu sama lain, dan ini semuanya berasal dari sifat dengki. Kemudian aku perhatikan firman allah saw : " Kamilah yang membagi-bagikan penghidupan diantara mereka dalam kehiduapn ini " ( surah al Zukhruf : 32 ). Maka aku tinggalkan dengki tersebut, dan aku mengetahui bahwa setiap pemberian rezeki dan apa saja itu semuanya pembahagian dari sisi Allah, maka aku tinggalkan serta tidak peduli dengan permusuhan orang lain kepadaku ". Guru Syaqiq berkata ; "benar apa yang engkau katakana itu, dan sekarang lanjutkan dengan perkara yang ke-enam ".

Hatim melanjutkan : " Perkara yang ke-enam, aku memandang kepada makhluk ini, berbuat kedurhakaan satu sama lain dan saling berperang satu sama lain. Maka aku kembali kepada firman Allah : " Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagi kamu maka perlakukanlah dia sebagai musuh " ( Surah al Fathir : 6 ). Maka dengan ayat ini, aku memandang bahwa setan itu adalah musuhku, oleh sebab itu aku selalu berhati-hati dengan setiap langkah dan strategi syetan karena Allah telah memperingatkan bahwa syetan itu adalah musuhku, dan dengan ayat ini juga aku meninggalkan setiap pertengkaran dan permusuhan sebab itu merupakan cara dan sifat syetan. ".Guru Syaqiq berkata : benar sekali apa yang engkau katakana wahai muridku, ".

Hatim melanjutkan : Perkara yang ketujuh, aku memandang kepada makhluk ini semua, maka aku melihat masing-masing mencari sepotong daripada dunia ini, sehingga kadang-kadang untuk mencari dunia itu seseorang menghinakan dirinya dan mencarinya dengan cara yang tidak halal. Kemudian aku perhatikan firman Allah : " Dan tidaklah ada daripada makhluk yang melata di bumi ini kecuali Allah telah menjamin rezekinya " ( Surah Hud : 6 ). Maka dengan ayat ini aku mengetahui bahwa aku ini salah seorang dari makhluk yang melata dia ats muka bumi, oleh sebab itu aku yakin dengan mengerjakan kewajibanku kepada Allah, menjaga perintahNya dan menghindar dari laranganNya, maka rezekiku akan dijamin olehNya. Guru Sayiq berkata ; benar negklau wahai muridku, lanjutkan yang terakhir ".

Hatim berkata : " Perkara yang kedelapan, aku memperhatikan kepada makhluk ini semua, maka aku melihat masing-masing bersandar kepada makhluk. Ada yang bersandar kepada harta bendanya, ada yang bersandar kepada perniagaannya, ada yang bersandar kepada kesehatannya, dan ada yang bersandar kepada perusahaannya, sehingga setiap makhluk hanya mengandalkan kepada makhluk yang lain. Kemudian aku teringat dan memperhatikan firman allah : " Barangsiapa yang menyandarkan dirinya, bertawakkal kepada Allah, maka niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya " ( surah al Thalaq : 3 ). Maka dengan ayat ini aku mengetahui bahwa dengan meyandarkan diri dan bertawakkal kepada Allah, itu semua telah dapat mencukupkan segala keperluanku.

Akhirnya sang guru Syaqiq berkata : " wahai Hatim, kiranya Allah Taala telah memberikan taufiqnya kepadamu. Aku telah memperhatikan segala ilmupengetahuan baik itu di dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al Quran yang mulia, maka aku dapatkan bahwa segala macam kehidupan, kebaikan, dan keagamaan semuanya berkisar kepada delapan perkara yang engkau sebutkan tadi. Barangsiapa yang memakainya, seakan-akan dia telah mengamalkan ke-empat kitab suci tadi ". Begitulah intisari ilmu yang didapat oleh hatim dengan bejara tiga puluh tahun, dan sudahkan ilmu yang kita pelajari selama ini memberikan kepada kita inti kehidupan sehingga kita bahagia di dunia dan di akhirat..Fa'tabiru Ya Ulil albaab.
( Muhammad Arifin ismail ).