Pages

Thursday, April 28, 2016

AL Hikam 120


AL HIKAM 120

مَتَى جَعَلَكَ فِى الظَّاهِرِ مُمْتَثِلاً لأَمْرِهِ وَرَزَقَكَ فِى الْبَاطِنِ الاسْتِسْلاَمَ لِقَهْرِهِ فَقَدْ أَعْظَمَ الْمِنَّةَ عَلَيْكَ

Terjemahan : Apabila Allah telah menjadkan engkau pada zahirnya menurut perintahNya dan dalam hatimu menyerah bulat kepadaNya, berarti Tuhan telah memberi sebesar-besar nikmat kepadamu (  Ibnu Athailah Sakandary /AL Hikam 120 )

Penjelasan : 

Tujuan manusia hidup adalah penghambaan  kepada Allah, sebagaimana dinyatakan dalam kitab suci al Quran : “ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKU “( QS. Dzariyat/51 : 56 ).

Penyembahan yang sempurna adalah penyembahan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, penyerahan diri kepadaNya : “ Tidaklah aku ( Muhammad ) diperintahkan kecuali hanya untuk menyembah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan agama “ ( QS. Al Bayyinah/98 : 5)

Penyerahan diri kepada Allah secara zahir adalah dengan menjalankan segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya : “ Apakah mereka mencari selain agama Allah padahal seluruh langit dan bumi telah menyerahkan dirinya kepada Allah “ ( QS. Ali Imran :83 ).

Dalam ayat yang lain dinyatakan juga bahwa “ Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah agama Islam “ ( QS. Ali Imran/19) “ Dan siapa yang mencari selain agama Islam, maka Allah tidak akan menerimanya “ ( QS. Ali Imran : 85 )”. Maka siapa yang dikehendaki Allah untuk diberi  petunjuk maka Allah akan melapangkan dadanya dalam menjalankan   Islam “ ( QS. Al An’am/6 : 125).

Menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, itulah ibadah secara zahir, sedangkan keikhlasan menyerahkan diri dengan ridha dalam menerima segala ketentuanNya, itu merupakan ibadah secara batin, serta mendapat kedua-duanya dalam kehidupan itu merupakan kenikmatan hidup yang terbesar.  Ramadhan al Bouty berkata bahwa sifat ubudiyah ( penghambaan ) kepada Allah akan sempurna dengan dua perkara (1) melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya (2) penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dalam segala segala keadaan. Itulah sebabnya Rasulullah mengajarkan umatnya agar membaca kalimat zikir : Aku Ridha  menjadikan Allah sebagai Tuhanku, Aku ridha  menajdikan Islam sebagai agamaku dan Aku ridha akan  Muhammad sebagai Nabi dan Rasul “.

Melakukan amal ibadah dengan penyerahan diri, dan hati yang ikhlas hanya mengharapkan keridhaanNya itulah kenikmatan hidup yang diberikan kepada hambaNya. Sedangkan ada sebagian manusia  yang beribadah kepadaNya bukan untuk mencari keredhaanNya, tetapi untuk mendapatkan tujuan dan kesenangan tertentu. “ Dan diantara  manusia ada yang menyembah Allah hanya ditepi, maka jika dia memperoleh kebajikan, dia puas dan tenang,  tetapi jika dia ditimpa kesusahan, maka dia balik ke belakang. Dia mendapatkan kerugian dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata “ ( QS. al Hajj/ 22 : 11 ).

Ibnu Ajibah dalam menerangkan kalimat alhikam ini menyatakan : “ Pelaksanaan ibadah zahir dan batin ini merupakan sebesar-besar pemberian dan nikmat sebab jika seseorang itu dapat melaksanakan perintahNya dan meningalkan larannganNya, dengan penghambaan, keridhaan, penyerahan diri, dan keikhlasan hati dalam menjalankan kehidupan sesua dengan petunjukNya berarti orang tersebut telah makrifat ( mengenal ) Allah dengan sebenar-benar makrifat, sebab melaksanakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya itu menunjukkan pada kesempurnaan dalam menjalankan syariat, dan penyerahan diri kepadaNya di dalam batin itu merupakan kesempurnaan tharikat ( jalan menuju kepadaNya ), dan menyatukan keduanya dalam kehidupan itu merupakan hakikat kehidupan, dan itulah puncak kesempurnaan. Oleh sebab itu jika Allah telah menghiasi  zahir dengan ketaatan atas perintahNya, dan menghiasi batin engkau dengan mengenal ( makrifat ) segala ketentuanNya yang dinampakkan dengan  penyerahan diri kepada segala ketentuan dan takdirNya, dan keridhaan dalam menjalankan perintahNya dengan penuh keikhlasan, itu merupakan nikmat terbesar dalam kehidupan yang harus disyukuri sehingga keadaan tersebut dapat membuat dirimu melihat kebesaran Tuhan dengan penuh kecintaan dan kerinduan.

Sebesar-besar nikmat karunia Tuhan kepada hambanya ialah jika Allah memberikan taufik dan hidayah kepada hambaNya untuk melakukan segala perintah kemudian ditambah dengan kekuatan menyerahkan diri, tawakal kepadaNya di dalam batinnya. Dengan kedua nikmat zahir dan batin tersebut maka seseorang itu telah mencapai keperluan hidup di dunia dan di akhirat, sebab manusia itu hanya diperintahkan supaya beribadah dengan tulus ikhlas menuju kepada Allah, sedangkan segala keperluan hidupnya yang lain akan dicukupkan oleh Allah, sebagaimana dinyatakan Wahab bin Munabbih : “ Aku telah membaca dalam sebagian kitab-kitab suci terdahulu dimana Allah berfirman : “ Hai hambaKu, patuhlah kepadaKu pada apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan engkau mengajar Aku dengan segala keperluanmu. Aku memuliakan siapa yang memuliakanKu, dan Aku menghinakan siapa yang merendahkan perintahKu kepadanya, dan Aku tidak melihat kepada hak seorang hamba sehinga hamba itu melihat kepada hakKu. “.

Wallahu A'lam bissawab.





No comments:

Post a Comment