Pages

Sunday, August 29, 2010

CARA RASULULAH MENYAMBUT HARI RAYA

CARA RASULULAH MENYAMBUT HARI RAYA

“ Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan puasa ramadhan , kemudian bertakbir mengagungkan Allah “ ( QS. AlBaqarah : 185 )

Biasanya menjelang hari raya Idul Fitrie , masyarakat kita membuat sekian banyak persiapan. Ada yang sibuk membeli baju baru, sepatu baru, celana baru, dan segala perlengkapan diri lainnya. Ada lagi yang sibuk mengganti perabot rumah dari kursi sampai tempat tidur yang baru, dan ada yang sibuk mengecat rumah. Ada lagi kelompok yang sibuk dengan membuat kue , dan membeli segala persiapan makanan dan minuman yang beraneka ragam dengan alasan menghadapi lebaran. Tanpa disadari kesibukan itu semua kadang-kadang menganggu kekhusyukan suasana bulan ramadhan. Sepatutnya di hari-hari terakhir bulan ramadhan kita lebih bergiat dalam beribadah, bertadarus, beri’tikaf, dan lain sebagainya; ternyata di saat akhir itulah kita bergiat dalam berbelanja dan menghabiskan uang yang kadang-kadang terkesan mubazir.

Puasa sepatutnya membentuk kita menjadi manusia yang sederhana, ternyata di akhir puasa kita bersiap-siap menjadi manusia yang mempamerkan kekayaan melalui pakaian, perabot rumah tangga dan lain sebagainya. Dengan puasa kita dibentuk menjadi manusia pemurah, manusia pemberi, bukan manusia yang rakus, yang hanya memikirkan perut dan diri sendiri. Ternyata suasana hari raya sering membuat kita lupa diri, sehingga kita hanya sibuk membeli makanan dan minuman dan segala sesuatu hanya untuk diri sendiri, sementara disana masih sekian banyak orang yang memerlukan bantuan. Kita beranggapan sudah ada yang mengurus keperluan hidup mereka , dan kita beranggapan bahwa mereka itu sudah cukup diberi zakat fitrah yang hanya berjumlah lima ringgit, sementara kita dapat menghabiskan uang sebanyak lima puluh atau seratus ringgit dalam sekejap mata. Inikah sikap manusia ramadhan..?

Tanpa terasa persiapan menghadapi hari raya yang seharusnya lebih banyak bersifat ibadah, ternyata telah berubah menjadi budaya dan tradisi yang bersifat foya-foya, pamer kekayaan materi, dan hanya memikirkan diri sendiri. Dalam sebuah hadis , rasulullah menganjurkan kita agar mempersiapkan diri pada waktu hari raya dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan sabda beliau : “ Zayyinu A’yaadakum bittakbiir “, hiasilah hari rayamu dengan mengagungkan nama Allah “. Dalam hadis lain beliau juga menyatakan : “ Layyinu al I’daini bittahlil, wattaqdis, wattahmid, wattakbir “, Lunakkanlah dua hari raya idul fitri dan idul Adha dengan banyak membaca ucapan tahlil , tahmid ( memuji Allah ) dan taqdis ( mensucikan nama Allah )”. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan diri menjelang hari raya :

1. Memperbanyak takbir di malam hari raya. Setelah terbenam matahari di akhir bulan ramadhan, kita dianjurkan untuk memperbanyak mengucapkan takbir “ Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar....Laa ilaaha illallah wallahu Akbar ..Allahu Akbar walillahilhamd “, dengan penuh penghayatan akan makna yang terkandung di dalamnya. Sepatutnya setiap individu pada malam hari raya tersebut selalu mengumandangkan ucapan takbir ini, baik di rumah, di atas kenderaan, di masjid, dan dimana saja . Takbir ini dibaca dengan penuh perasaan mengangungkan nama Allah, bukan asal teriak memakai pengeras suara. Ucapan takbir tersebut juga tidak boleh dikotori oleh perbuatan yang tidak baik, seperti sambil duduk-duduk lepak, tetapi harus dilakukan dengan penuh ketenangan dan kesyahduan. Sehingga yang membaca dan yang mendengar benar-benar merasakan kebesaran Allah subhana wataala. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda : “ Barangsiapa yang menghidupkan malam yang lima maka wajiblah baginya surga : Malam tarwih ( malam 8 Dzulhijjah ), malam hari Arafah ( malam 9 Dzulhijjah ), malam Hari Qurban ( malam 10 Dzul hijjah ) , malam hari raya Idul Fitri, dan malam nisfu sya’ban. ( Hadis riwayat Asfahani / kitab Targhib wa t tarhib , jilid 2 , ms 152 ).

2. Pada malam hari raya diharapkan kita semua dapat menjaga diri agar kita semua tidak terjebak oleh bisikan dan rayuan syetan yang akan menyuruh kita berbelanja tanpa mengenal batas, atau membeli sesuatu yang kurang bermanfaat seperti lilin, mercon, dan lain sebagainya. Ini semua bukan tradisi Islam. Tradisi Islam adalah kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah kepada Allah, seperti melakukan shalat tasbih, shalat tahajjud , berdoa, membaca Al Quran, bertakbir, bertahmid, membaca tahlil dan lain sebagainya. Jika di zaman dahulu, masyarakat kita selalu berkumpul di masjid untuk bertakbir atau shalat tasbih di malam hari raya, ternyata saat sekarang kita lihat lebih banyak masyarakat kita berkumpul di plaza, di pasar, di shoping centre daripada di masjid. Rasulullah saw bersabda : “ Barangsiapa melaksnakan qiyamullail ( beribadah ) di malam hari raya idul fitri dan idul adha denghan penuh muhasabah diri, maka hatinya tidak akan mati di saat hati semua orang akan mati “ ( hadis riwayat Ibnu Majah ).

3. Di mulai dari malam hari sampai pagi hari raya kita dianjurkan bersegera untuk mengeluarkan zakat fitrah, sebagai simbol agar kita peduli dengan nasib orang lain , para faqir miskin yang ada di samping kita. Rasulullah saw bersabda : “ Diwajibkan zakat fitrah sebagai pembersihan bagi yang berpuasa, daripada sikap sia-sia ( lagha ) dan perkataan yang tidak berguna ( faras ), dan merupakan pemberian kepada faqir miskin, maka barangsiapa yang melaksanakannya sebelum menunaikan shalat idul fitri maka dia menjadi zakat yang akan diterima, tetapi jika dikeluarkan setelah shalat maka dia menjadi sedekah biasa “ ( riwayat Abu daud , Ibnu Majah, dan Hakim ). “ Satu sha’ daripada biji-bijian dan gandum wajib bagi setiap orang yang kecil, besar, merdeka, hamba sahaya, lelaki , perempuan, kaya dan miskin, jika kamu kaya maka Allah akan membersihkan kamu, dan jika kamu faqir maka Allah akan mengembalikan kepadamu lebih daripada apa yang kamu berikan “ ( riwayat Ahmad dan Abu daud ). “ Puasa ramadhan yang tidak dilanjutkan dengan membayar zakat fitrah maka puasanya tidak akan diangkat ke langit, tergantung antara bumi dan langit “ ( riwayat Abu hafas ).

Alhamdulillah kita telah menunaikan kewajiban zakat fitrah tersebut tetapi kadang-kadang sangat disayangkan jika hati kita belum tersentuh untuk peduli dengan nasib mereka. Hal ini terbukti dimana kita masih dengan seenaknya berbelanja sepuas hati , membeli pakaian yang mahal tanpa memikirkan disana masih ada orang yang tidak punya pakaian, kita masih dapat menikmati makanan yang mahal dan lezat di restoran dan café tanpa memikirkan bahwa disana masih ada orang yang sedang kelaparan. Memang kita telah menunaikan zakat fitrah, tapi sayangnya hati kita belum juga tersentuh.

Bandingkan dengan sikap nabi muhammad saw dipagi hari raya, di saat keluar dari rumahnya, beliau melihat ada seorang anak yang menangis , maka beliau segera bertanya kepada anak tersebut: “ Mengapa engkau menagis..?”. Dia menjawab : “ saya menangis sebab semua kawannya berbaju baru sedangkan dia tidak mempunyai apapun “? Setelah diselidik ternyata dia itu adalah seorang anak yatim. Nabi berkata : “ Maukah kamu jika Muhammad menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu.? Nabi segera membawa anak itu ke rumah, di mandikan, diberi pakaian dan diberi makanan, sehingga hati si anak terhibur karena mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad. Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa yang utama di pagi hari raya adalah adanya perhatian dari mereka yang memiliki kaya kepada mereka yang miskin, perhatian dari atasan kepada bawahan, perhatian dari pihak yang berkuasa kepada rakyat biasa, bukan sebaliknya.

4. Di pagi hari raya, sebaiknya kita bersiap-siap untuk menunaikan shalat hari raya dengan penuh khidmat. Disunatkan memakai pakaian yang baik, memakai wangi-wangian. Ini sebagai pendidikan agar kita selalu menghormati ibadah shalat, menghormati masjid . Kalau memang mempunyai pakaian yang baru, maka pakailah pertama kali untuk pakaian shalat. Sangat disayangkan kadang-kadang masih ada dalam masyarakat muslim yang tidak pernah peduli dengan pakaian shalat. Sewaktu shalat hari raya dia memakai pakaian yang biasa saja, tetapi setelah pulang shalat mulailah segala pakaian kebesaran dipakai. Sepatutnya waktu shalat itulah dia disunatkan untuk memakai pakaian yang baik.

Rasulullah saw bersabda : “ Pada pagi hari Idul Fitri, malaikat akan berdiri di setiap jalan-jalan dan menyerui : Wahai kaum muslimin, segeralah kamu keluar dari rumahmu menuju kepada Tuhanmu yang akan memberikan kepadamu nikmat sebanyak-banyaknya dan memberikan pahala kepadamu sekalian. Kamu telah diperintahkan untuk qiyamullail, dan kamu telah mengerjakannya. Kamu diarahkan untuk berpuasa di siang hari, dan kamu telah melaksanakannya, dan kamu telah mentaati tuhanmu maka kamu berhak untuk mendapat hadiah”. Apabila umat muslimin tersebut berdiri melaksanakan shalat idul fitri, maka berserulah malaikat tersebut : “ Ketahuilah bahwa sesungguhnya Tuhan kamu relah memberikan ampunanNya kepada kamu sekalian, maka kembalilah kamu dengan penuh petunjuk dariKu ke rumah-rumah kamu karena hari ini adalah hari pemberian hadiah, dan pada hari raya Idul Fitri bagi penduduk langit disebut dengan hari pemberian hadiah “ ( riwayat Thabrani ).

5. Setelah selesai melaksanakan shalat , kita juga dianjurkan untuk mendengarkan khutbah hari raya, sehingga kita dapat menilai bagaimanakah hasil pelaksanaan puasa selama bulan ramadhan yang baru saja berlalu. Kemudian dengan khutbah tersebut diharapkan kita dapat mempunyai semangat baru untuk memulai hidup sebelas bulan mendatang. Dengan khutbah tersebut diharapkan kita dapat merenungkan diri kita, apakah saya telah lulus dengan keputusan yang memuaskan dari ujian bulan ramadhan..? Atau hanya lulus dengan keputusan cukup, sedang atau kurang. Hanya diri kita sendiri yang dapat menilai hasil dari puasa kita sendiri.




6. Selesai proses pelaksanaan shalat dan khutah, kita segera bersalam-salaman. Dengan berpuasa kita berharap agar dosa kita kepada Allah telah diampuni, tetapi bagaimana dengan dosa dan kesalahan kita dengan sesama manuisa..? Maka untuk menjadi manusia yang suci, lahir dan bathin, kita harus bersegera saling bermaaf-maafan., Dalam hadis disebutkan bahwa “ Setiap anak Adam mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertobat , memohon ampun dan memohon maaf “ Budaya saling kunjung-mengunjungi antar keluarga, antar tetangga, antar kawan sekerja, antar jamaah, perlu ditingkatkan lagi. Budaya ini telah hampir punah dan telah berganti dengan mengunjungi tempat hiburan, mengunjungi plaza, shoping center, mengunjungi objek wisata dan tempat rekreasi. Dahulu, kita selalu mengenang dan melihat baik anak-anak kecil maupun orang dewasa semuanya berlomba untuk saling mengunjungi, dan malu rasanya kalau ada rumah yang belum terkunjungi di saat hariraya seperti ini.

7. Dalam bulan syawal nanti, kita juga disunatkan untuk berpuasa enam hari di antara hari-hari bulan syawal. Orang yang sukses dalam berpuasa adalah mereka yang dapat melaksanakan nilai-nilai puasa dalam bulan-bulan setelah ramadhan. Jangan sampai dengan berlalunya ramadhan kita segera melupakan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Agar kita tidak lupa , maka dalam bulan syawal tersebut kita disunatkan untuk melaksanakan puasa sunat syawal selama enam hari. Dalam hadis disebutkan bahwa barangsiapa berpuasa ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari dalam bulan syawal, maka pahalanya bagaikan berpuasa selama satu tahun penuh.

Dengan berakhirnya bulan ramadhan bukanlah berarti telah berakhir pula tradisi ramadhan , tetapi diharapkan kita dapat meneruskannya tradisi ramadhan dalam sepanjang tahun. Tradisi tarawih dalam ramadhan kita lanjutkan dengan tradisi shalat jamaah setiap waktu. Tradisi tadarus al quran dilanjutkan dengan tradisi membaca Al Qur an setiap hari. Tradisi bangun sahur diteruskan dengan tradisi bangun sebelum subuh, untuk melakukan shalat malam, shalat tahajjud dan qiamullail atau membaca Al Quran dan beristighfar. Tradisi puasa di siang hari, kita teruskan dengan tradisi menjaga diri dari segala hawa nafsu dan memelihara diri dari berbuat dosa. Tradisi-tradisi ramadhan tersebut perlu kita budayakan sepanjang tahun, sehingga di siang hari, kita beraktifitas dan bekerja dengan penuh kesucian diri, terhindar dari noda dan dosa; dan di malam hari kita selalu bermunajat kepada-Nya.

Dengan tradisi ramadhan kita berharap di siang hari menjadi pemimpin , menjadi khalifah Allah; dan di malam hari menjadi ahli ibadat, hamba yang selalu bermunajat kepada-Nya. Inilah profil seorang muslim sebagaimana digambarkan dalam ucapan Rasulullah sawmenerangkan cara hidup yang dilakukan oleh beliau dan sahabatnya “ Nahnu Asadan finnahari wa ruhbaanan fillail “, kami ini laksana singa padang pasir ( panglima perang ) di siang hari, dan menjadi rahib yang selalu beribadat di malam hari “. Semoga pendidikan ramadhan memberi kesan dalam kehidupan kita, sehingga kita menjadi manusia yang kembali kepada fitrah yang suci, fitrah sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.


8. Wasapada terhadap gangguan syetan setelah berakhirnya puasa ramadhan. Wahab bin Munabbih menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadis pernah bersabda : “ Jika tiba hari raya Idul fitri maka Iblis, si raja jin akan berteriak memanggil seluruh pasukan dan anakbuahnya. Seluruh anak buah dan pasukan Iblis bertanya : Wahai pemimpin kami, apakah yan telah terjadi..sehingga engkau memanggil kami semua berkumpul disini..? Iblis berkata : “ Aku kumpulkan kalian karena ada sesuatu yang penting. Ketahuilah bahwa pada hari ini , hari raya Idul Fitri, Allah Taala telah memberikan ampunan-Nya kepada umat Muhammad. Maka sekarang tugas kalian semua adalah menggoda mereka semua sehingga mereka kembali sibuk dengan kehidupan yang berfoya-foya, berpesta pora dengan segala kesenangan dunia, sehingga mereka tenggelam dalam nafsu birahi serta minuman yang memabukkan sehingga akhirnya Allah Taala kembali marah terhadap keadaan mereka yang sedemikian rupa”.

Rasulullah saw bersabda : “ Jika datang kepadamu hari raya Idul fitri, maka bersungguh-sungguhlah kamu pada hari itu untuk memberikan sedekah , dan melakukan perbuatan yang baik, seperti mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, membaca tasbih, membaca tahlil, karena pada hari itu Allah akan memberikan ampunan-Nya atas dosa-dosamu , dan menerima setiap doa – doa kamu, serta melihat kamu sekalian dengan pandangan penuh rahmat “.

Itulah sebabnya seorang sahabat Nabi bernama Anas bin Malik berkata bahwa ada lima Hari Raya bagi seorang muslim : Hari Raya pertama jika seseorang itu dapat melalui hari-harinya tanpa melakukan suatu dosa. Maka hari yang suci itu menjadi hari raya baginya. Hari Raya kedua jika seseorang itu meninggalkan dunia dengan keimanan dan mati syahid, serta terlepas dari godaan syetan. Maka hari itu menjadi hari raya kedua baginya. Hari Raya ketiga jika seseorang itu nanti di hari akhirat dapat melintas di atas shirat atau jembatan di akhirat dengan selamat dari api neraka dan terhindar dari siksaan kiamat. Itu merupakan hari raya ketiga baginya. Hari raya ke-empat adalah hari dia akan masuk ke dalam syurga. Sedangkan hari raya ke-lima adalah hari dia dapat melihat Tuhannya Allah subhana wataala di hari akhirat kelak.

Semoga setelah ramadhan berlalu kita dapat menghadapi kehidupan di masa mendatang dengan pribadi taqwa dan suci, pribadi yang mengamalkan Islam dalam seluruh dimensi, sehingga kita menjadi pribadi yang suci , pribadi Minal Aidin..( pribadi yang kembali kepada fitrah yang suci ) sehingga kita menjadi pribadi “ Faizin “ pribadi yang dapat meraih kemenangan di masa-masa mendatang. Amien Amien Ya rabbal Alamin.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus
Selamat Hari Raya Idul Fitri….Mohon Maaf lahir dan Batin..
Taqabalallahu minnaa wa minkum….Minal Aidin wal Faizin

IJAZAH RAMADHAN

IJAZAH RAMADHAN
" Puasa adalah milikKU dan AKU akan membalasnya " ( Hadis riwayat Bukhari )

Ka'ab bin Ujzah menceritakan bahwa pada suatu hari nabi Muhammad saw memerintahkan seluruh sahabat untuk hadir ke masjid, dan tak lama kemudian nabi naik ke atas mimbar. Pada waktu nabi Muhammad saw naik satu anak tangga, maka beliau berhenti sejenak dan berkata " Amien ", setelah itu beliau naik ke anak angga kedua dan berhenti sejenak sambil berkata "Amien "; dan selanjutnya beliau naik ke anak tangga ketiga dan berhenti sejenak mengucapkan kalimat "Amien". Setelah nabi selesai berkhutbah, dan turun dari mimbar, maka sahabat datang bertanya : Ya rasulullah, tadi kami mendengar engkau mengucapkan sesuatu yang kami tidak pernah dengar sebelumnya. Nabi Muhammad saw menjawab : Benar, sesungguhnya tadi telah datang malaikat Jibril dan berkata kepadaku : Celakalah orang yang mendapat kesempatan bulan ramadhan tetapi tidak mendapat ampunan Tuhan, maka aku mengatakan : Amien. Sewaktu naik ke anak tangga kedua, malaikat Jibril berkata lagi : Celakalah orang yang menyebut namamu ( nama nabi Muhammad ) tetapi tidak menyambung ucapannya dengan shalawat kepadamu. Aku menjawab : Amien. Sewaktu aku naik ke atas tangga ketiga, Jibril berkata lagi : Celakalah orang yang mempunyai kedua orangtua yang telah renta atau mempunyai salah seorang dari kedua orangtuanya, tetapi kesempatan itu tidak dapat membuat dia masuk ke dalam surga. Aku menjawab : Amien. Demikianlah tiga hal yang dinyatakan oleh Jibril kepada nabi, dan nabi mengucapkan Amien , artinya nabi setuju dengan ketiga hal tersebut. Hadis ini diriwayatkan oleh Al hakim, dan merupakan hadis sahih.

Dari tiga hal tersebut, pertama nabi nyatakan bahwa celaka orang yang mendapatkan kesempatan berada dalam bulan ramadhan tetapi tidak mendapatkan ampunan Allah. Mengapa demikian? Sebab bulan ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan, yang Allah berikan sejak pada awal puasa sampai akhir ramadhan. Allah memberikan kesempatan untuk mendapatkan ampunanNya bagi siapa saja yang berpuasa dngan penuh iman dan perhitungan di bulan ramadhan; tetapi orang itu sebab tidak dapat menjaga puasanya maka ampunan tersebut tidak didapatkan. Seperti orang yang sedang lewat di pasar yang sedang jual murah dengan potongan harga yang besar, tetapi orang itu tidak membeli barang yang diinginkannya di pasar yang ada potongan tetapi malah mencari ke pasar lain yang tidak menjualnya au membeli barang yang diinginkan dengan harga yang tingi di pasar yang lain; maka orang itu adalah orang yang rugi dan bodoh. Rugi karena sepatutnya dia dapat harga murah tetapi dia tidak pergunakan kesempatan itu. Demikianlah juga dengan kesempatan ramadhan yang begitu mulia tetapi disia-siakan, padahal kesempatan tu tidak datang kecuali setahun mendatang. Di akhir ramadhan ini marilah kita lihat diri kita, apakah kita layak mendapat ampunan Allah dengan ramadhan yang kita jalani, atau malah kita menjadi orang yang rugi, sebab ramadhan telah rusak dan ampunan Allah luput dan terlepas.

Banyak orang sebelum masuk ramadhan bersiap untuk ramadhan , sehingga pada malam satu ramadhan setiap masjid penuh; tetapi sangat kita sayangkan di akhir ramadhan kita banyak yang lengah dan lalai. Seperti orang yang sedang mengikuti lomba lari, pada waktu mulai berlomba, di garis "start ", siap menghadapi lawan, berlari dengan kencang, tetapi sewaktu di tengah dan di akhir, malah bukan berlari kencang, tetapi berjalan santai, tengok sana, tengok sini, terlena oleh pemandangan, sehingga sewaktu orang sudah masuk garis" finish ", dia masih tengok sana sini. Demikian juga pada waktu awal ramadhan, semangat beribadah begitu tinggi; tetapi di akhir ramadhan yang seharusnya lebih tinggi lagi sebab ada bonus "lailatul qadar ", dan ada suasana "itikaf :, tetapi banyak umat islam malahan terlena oleh persiapan harui raya, sibuk berbelanja ke shoping complek, sehingga suasana ibadah berubah menjadi suasana belanja; dan hari raya yang seharusnya merupakan suasana ibadah, manjadi suasana pesta , hariraya adalah hari silaturahmi saling memaafkan menjadi suasana pamer kemewahan dan riya.

Dalam sebuah hadis dari Abi Umamah menyebutkan bahwa nabi Muhammad saw bersabda : Barangsiapa yang mendirikan malam hari raya dengan penuh perhitungan maka hatinya tidak akanmati pada hari dimana hati-hati manusia akan mati ". Haddis riwayat Ibnu Majah. Dalam hadis lain yang diceritakan oleh Muadz bin Jabal disebutkan : " Barangsiapa yang menghidupkan malam yang lima yaitu malam "tarwiyah " (malam ke dkedelapan dari bulan Dzulhijjah), malam arafah ( malam kesembilan Dzul Hijjah ), malam idul adha, malam idul fitri, dan malam nisfu syaban (malam lima belas sya'ban ), maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga . Hadis riwayat Isfahan. Dalam hadis lain yang disampaikan oleh Ubadah bin samith disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa yang menghidupkan malam idul fitri dan malam idul adha, maka hatinya tidak akan mati dimana hati manusia akan mati ".

Dari hadis tersebut dapat kita simpulkan bahwa malam idul fitri adalah malam untuk bermuhasabah, menilai diri bagaimana menghadapi tahun yang akan datang. Malam idul fitri juga malam untuk bertasbih, bertakbir dan berzikir, sebagai kesiapan diri memasuki hari-hari mendatangh dengan semangat zikir. Kita hadapi masa depan dengan semanat Allahu Akbar, merasakan keagungan Allah dalam menghadapi apa saja, sehingga kita tidak pernah takut terhadap situasi apapun. Dengan semangat takbir, kita masuki hari dan malam dengan kalimat " La ilaaha illallah ", Tiada Tuhan selain Allah. Berarti kita berjalan di bawah kalimat syahadat, kita bekerja, berniaga, berkarier, berkeluarga, bertetangga, bernegara, semuanya kita lakukan dengan konsep syahadat, dengan mengikuti peraturan dan nilai-nilai yang telah Allah tetapkan. Kita hadapi hari-hari mendatang dengan aucapan " Wa lillahilhamd ", berarti kita mengakui bahwa semua nikmat yang kita dapatkan semuanya daripada Allah dan harus kita pergunakan sesuai dengan perintah Allah, sehingga kita akan mendapat nikmat yang lebih banyak lagi. Takbir, tahlil dan tahmid inilah yang menjadi falsafah hidup seorang yang suci , seorang yang fitri untuk menghadapi segala tantangan kehidupan di hari-hari mendtaang. Inilah makna takbir yang kita kumandangkan adi akhir ramadhan. Kita lepaskan ramadhan dengan sambutan takbir, tahlil dan tahmid, bukan dengan sambutan pesta, mercon, petasan, kembang api, dan hiburan yang hanya mengikuti selera nafsu dan materi. Dalam ramadhan kita dilatih menjadi manusia yang dapat mengekang nafsu dan emosi, sehingga jika kita lulus, maka pasti di akhir ramadhan kita menjadi manusia suci, yang dimanifestasikan dalam ucapan takbir di malam lebaran.

Di pagi lebaran, kita bersiap untuk menghadap Tuhan, bersimpuh, bersyukur, bersujud, siap menerima ijazah ramadhan sebagaimana dalam sebuah hadis : " Maka apabila datanglah malam hari raya itulah malam mendapat hadiah, sebab di pagi hari raya Allah mengutus malaikat ke seluruh negei, turun ke bumi, berdiri disetiap simpang jalan sambil berteriak dengan suara yang keras yang didengar oleh semua makhluk keciuali jin dan manusia, mereka malaikat itu berkata : " Wahai umat Muhammad, segeralah kamu keluar ke tempat shalat hari raya, sebab Allah akan memebrimu pemberian yang banyak, mengampunkan dosa=dosamu; maka apabila mereka telah sampai ke tempat shalat mereka, Allah bertanya kepada malaikat : Wahai malaikatku, apakah ganjaran seseorang yang ekerja? Malaikat menjawab : Tuha kami, ganjaran bagi mereka adalah Engkau sempurnakan pahala bagi mereka. Tuhan kemudian berfirman : Sesungguhnya AKU bersaksi kepadamu sekalian bahwa AKU telah berikan pahala dan balasan atas puasa mereka, shalat tarawih dan qiyamul lail mereka dengan keridhaanKu dan ampunanKU …..". Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan juga diriwayatkan oleh Baihaqi.

Dengan hadis diatas dapat disimpulkan egembiraan seorang muslim di hari saya idul fitri, bukan ebab berakhirnay puasa ramadhan, tetapi disebabkan akan mendapat ijazah dari Tuhan yaitu Ijazah Ramadhan berupa balasan pahala, ampunan dan keridhaan yang telah dijanjikan bagi mereka yang menjalanai puasa ramadhan.. Mendapatkan ijazah ramadhan merupakan suatu kemenangan, tetapi mempertahankan ijazah ramadhan dengan tetap menjadi manusia fitrah sepanjang hari-hari mendatang dengan semangat takbir, tahlil dan tahmid, merupakan suatu ujian. Selamat berhari raya semoga Allah menerima semua amalan kita, selamat mendapat Ijazah dan menjadi sarjana ramadhan. Fa'tabiru ya Ulil albaab.

LAILATUL QADAR

LEBIH BAIK DARIPADA SERIBU BULAN
“ Sesungguhnya kami turunkan Al Quran pada malam yang penuh keberkatan “ ( Dukhan : 1-3 ).

Setiap mendengar bulan ramadhan, pasti dalam pikiran kita teringat sebuah malam yang istimewa yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar. Sebuah malam yang sangat istimewa, malam yang penuh dengan keberkatan, malam kemuliaan, malam yang lebih baik daripada seribu bulan, malam yang penuh dengan kesejahteraan sampai kepada terbit fajar, malam dimana turun malaikat dengan izin daripada-Nya, dan juga merupakan malam diturunkannya Kitab suci Al Quranil Karim dari Lauh Mahfudz di langit ke tujuh kepada Baitul Izza di langit pertama. Untuk mengekalkan kemuliaan malam tersebut, maka Allah Taala menerangkan tentang malam tersebut dalam kitab Suci Al Quran : “ Sesungguhnya telah Kami turunkan Al Quran pada malam Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apa itu malam Lailatul Qadar. Itulah malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu malaikat turun dengan izin Allah untuk mengatur segala urrusan. Pada malam itu adalah malam yang penuh dengan kesejahteraan sampai kepada terbit fajar “ ( Surah Al qadar : 1 – 5 ). Dalam ayat yang lain juga disebutkan : “ Ha..Mim, dan Kitab yang nyata, Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran pada malam yang penuh keberkatan “ ( Surah al Dukhan : 1-3 ). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa kitab yang diturunkan itu adalah kitab suci Al Quran yang diturunkan pada malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izza di langit yang pertama. Dari petikan ayat tersebut dapat kita lihat bahwasanya malam Lailatiu Qadar itu adalah suatu malam yang di dalamnya diturunkan kitab suci Al Quran secara keseluruhan. Kejadian ini terjadi hanya sekali, dan malam lailatul qadar yang terjadi setiap ramadhan adalah merupakan hari peringatan yang memiliki keistimewaan luar biasa. Malam lailatul qadar juga merupakan suatu malam di dalam malam-malam ramadhan dimana mempunyai keistimewaan sampai terbit fajar dan nilainya lebih baik daripada seribu bulan.

Mengenai kapan terjadinya malam lailatu Qadar itu, ada berbagai pendapat. Ada yang mengatakan bahwa malam lailatul qadar itu terjadi pada malam duapuluh tujuh ramadhan dengan landasan sebuah hadis : “ Siapapaun yang mengintainya, maka hendaklah mengintainya pada malam ke dua puluh tujuh “ ( hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Umar ). Perintah Rasul untuk mengintai malam mulai tersebut pada malam duapuluh tukuh bukan suatu kepastian tetapi merupakan suatu kemungkinan. Sebab dalam hadis lain disebutkan bahwa Ubadah bin Samith berkata bahwa rasulullah telah memberitakan kepadaku tentang lailatul Qadar. Rasulullah bersabda : “ Lailatul qadar terjadi pada bulan ramadhan, dalam sepuluh malam terakhir. Malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan dan malam yang terakhir “ ( hadis riwayat Ahmad ).

Malam lailatul Qadar itu mempunyai banyak keistimewaan yaitu : (1) malam diturunkannya kitab suci Al Quranul Karim (2) malam yang lebih baik daripada seribu bulan, sehingga menurut pendapat ulama nilai ibadah pada malam itu lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan (3) Pada malam itu malaikat jibril turun untuk mengatur segala urusan (4) Malam yang penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. Disebabkan keistimewaan yang begitu hebatlah maka setiap muslim diberi Allah kesempatan untuk merebut peluang menjadi millioner pahala, dengan berjaga-jaga pada sepuluh akhir bulan ramadhan. Malam itu diisi dengan amal ibadah kepada Allah baik itu shalat, membaca Al Quran, berzikir, berdoa dan lain sbagainya.

Siti Aisyah pernah bertanya kepada nabi tentang doa apa yang baik dibaca pada malam tersebut.: wahai rasulullah bagaimana jika aku mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailatul qadar.? Rasulullah saw menjawab : ‘ Bacalah doa : Allahumma innaka afuwwun kariimun tuhibbul afwa fa’fu anni , ya Allah sesungguhnya Engkau ini Maha pemberi maaf dan Maha pemurah senang untuk memberikan maaf, maka maafkanlah dan ampunkanlah dosa-dosaku “. ( hadis riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan disahihkan oleh Tirmidzi ). Doa ini boleh dibaca, dan juga boleh ditambah dengan doa-doa yang lain yang sekiranya lebih sesuai dengan keperluan kita. Selain berdoa, kita boleh mengisi malam lailatul qadar dengan ibadah lain, baik itu shalat – shalat sunat seperti shalat tahajjud, shalat tasbih, shalat hajat, dan juga dengan berzikir membaca istighfar, astaghfirullahal adzim..memohon ampun atas segala dosa, membaca tasbih, subhanallah.., membaca tahmid, alhamdulillah, dan zikir-zikir lain sebagainya. Juga boleh diisi dengan membaca al quran secara tilawah, atau membaca Al Quran dengan tadabbur yaitu membaca ayat dengan arti dan makna yang terkandung di dalamnya , atau dengan mengadakan diskusi tentang makna yang terkandung di dalamnya. Paling tidak kita melakukan I’tikaf, mengadakan muhasabah diri.


Hal yang sangat penting adalah jangan sampai malam lailatul qadar lewat di depan kita sedangkan kita tidak melakukan apa –apa, ini sama dengan seseorang yang mendapat peluang menjadi millioner, tetapi dia tidak mau mengambil hadiah tersebut, maka orang ini adalah orang yang sangat rugi sebab tidak dapat mengambil kesempatan yang diberikan kepadanya. Agar malam Lailatul qadar itu tidak terlewat begitu saja, maka sudah sepatutnya kita berjaga-jaga sejak dari malam duapuluh satu sampai akhir ramadhan. Itulah sebabnya Rasulullah saw sendiri selalu berjaga-jaga dalam malam sepuluh akhir ramadhan. Dalam sebuah hadis juga disebutkan bahwa : “ barangsiapa yang beribadat pada malam Lailatul qadar dengan penuh iman dan mengharapkan keridhaan Allah maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya “ ( hadis riwayat Bukhari Muslim ).

Dalam menghadapi malam Lailatul Qadar, rasulullah bukan saja bangun berjaga-jaga dengan melakukan ibadah tetapi juga membangunkan keluarganya , isteri dan anak-anaknya agar sama-sama berjaga-jaga untuk mendapatkan keistimewaan malam tersebut. Dalam sebuah hadis disebutkan ; “ Ketika telah masuk malam sepuluh ramadhan terakhir, maka nabi Muhammad saw menghidupkan malam tersebut dengan membangunkan keluarganya serta mengencangkan sarungnya “ ( Hadis riwayat Bukhari dan Muslim ). Hadis yang lain juga sama menyebutkan ; ‘ rasulullah membangunkan keluarganya dan menyingsingkan sarungnya “ ( hadis riwayat Tirmidzi dan Ali bin Abi Thalib ). Yang dimaksdu dengan menyingsingkan sarungnya, atau mengencangkan sarungnya adalah rasulullah saw selama malam terakhir tersebut sibuk beribadah, sehingga beliau tidak menggauli isterinya , walaupun pada malam hari. Barrti selama malam sepuluh tersebut, baik nabi maupu isterinya semua sibuk beribadah kepada Allah.

Dari keterangan diatas dapat juga kita ambil pelajaran bahwa pada malam sepuluh terakhir, baik itusuami , isteri, anak-anak, sepatutnya disibukkan dengan ibadah seperti shalat, zikir, membaca al quran dan lain sebagainya. Janga sampai terjadi seperti budaya sekarang ini, dimana pada malam sepuluh ramadhan, apalagi malam-malam akhir ramadhan, suami isteri dan anak-anak bukan diajak beribadah, tetapi diajak shoping untuk membeli keperluan hari raya. Ada lagi sekelompok orang kalau malam sepuluh akhir, ayah sibuk urus kartu lebaran, isteri sibuk urus kue lebaran, dan anak-anak sibuk urus mercon, petasan, kembang api dan beli lilin. Padahal nabi Muhammad pada malam sepuluh terakhir, bergaul dengan isteri saja sudah tidak sempat lagi, apalagi yang lain. Tapi kita sekarang, sibuk yang lain, sibuk shoping, sibuk ini dan itu sampai ibadah pun tak sempat lagi, kecuali yang wajib-wajib saja, apalagi untuk itikaf dan muhasabah.

Ada beberapa tanda yang terjadi pada malam lailatul qadar. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa “ Matahari pada pagi harinya terbit berwarna putih, tidak bercahaya “ ( hadis riwayat muslim ). Dari hadis ini dapat kita simpulkan bahwa jika malam itu adalah malam Lailatul qadar, maka matahari yang terbit pada keesokan harinya akan terbit dengan warna yang pudar, tidak bercahaya. Dalam hadis yang lain juga disebutkan ; “ Terang dan lapang, tidak panas dan tidak sejuk, matahari terbit pada pagi harinya tanpa cahaya “ . Tanda-tanda ini sembagaimana tersebut dalam hadis adalah tanda setelah terjadinya Lailatul Qadar, bukan sebelumnya. Tanda tersebut juga membuktikan bahwa lailatul qadar bukanlah suatu dongengan belaka, teapi sesuatu yang telah terjadi. Oleh sebab itu tanda yang ada adalah tandasetelah terjadinya malam lailatul qadar, bukan sebelumnya. Sehingga dengan demikian kita akan berjaga-jaga setiap malam, karena kita tidak tahu apakah besok hari matahari akan terbit sebagaimana yang dinyatakan dalam tanda tersebut.

Malam lailatul qadar itu juga merupakan sebuah motivasi, sebab dengan adanya malam Lailatul Qadar, umat islam bertambah akhir ke ujung ramadhan akan bertambah giat melakukan ibadah , sebab sebagai muslim hari ini harus lebih baik daripada hari yang lalu. Jika tidak ada malam lailatul qadar, boleh jadi kita hanya semangat puasa dan tarawih di malam-malam pertama saja, dan tambah akhir tambah malas, sebab tidak ada yang dicari dan direbut. Bagaikan orang yang lomba lari, maka piala biasanya disediakan di garis finish, demikian juga ramadhan, piala ramadhan berupa lailatul qadar disediakan di garis finish, sehingga kita tambah lama tambah berpacu dengan ibadah. Lailatul Qadar di hadapan kita, siapa yang cepat dan taqwa dia yang akan dapat..mari berpacu merebut piala Lailatul qadar, yang bernilai lebih baik daripada seribu bulan. Belum tentu kesempatan ini kita dapatkan di tahun mendatang.. mari berlomba merebut pahala..dan lailatul qadar di malam ramadhan..Fastabiqul khairaat..!

KHUTBAH RASULULLAH S.A.W DALAM MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

KHUTBAH RASULULLAH SAW
DALAM MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Wahai Manusia…!

Sungguh bulan Allah ( ramadhan ) telah datang kepada kamu sekalian dengan membawa keberkatan, rahmat dan ampunan. Bulan itu adalah bulan yang paling mulia di sisi Allah. Siang harinya adalah hari yang paling utama. Malamnya adalah malam yang paling utama. Menit dan jam demi jamnya adalah masa yang paling utama. Pada bulan inilah kamu menjadi tetamu Allah dan kamu dimuliakan oleh-Nya.
Pada bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal perbuatanmu akan diterima dan doa-doamu dikabulkan. Bermohonlah kepada Allah Rabb-mu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah Taala membimbingmu dalam melakukan puasa ( shiyam ) dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah di bulan yang agung ini.
Dengan rasa lapar dan haus dalam ramadhan dimaksudkan agar engkau dapat membayangkan kelaparan dan kehausan di hari kiamat kelak.
Bersedekahlah kepada kaum faqir dan miskin. Muliakanlah orangtuamu, sayangilah orang yang lebih muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan matamu dari pada melihat sesuatu yang tidak halal bagi kamu untuk memandangnya. Kasihilah anak yatim niscaya manusia akan mengasihi anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tanganmu untuk berdoa pada waktu – waktu shalat karena itu adalah saat – saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba Nya dengan penuh kasih sayang.

DIA akan menjawab permintaan hamba-Nya di saat mereka berdoa kepada-Nya. DIA juga akan menyambut seruan ketika mereka memanggil-Nya dan DIA akan mengabulkan permintaan mereka di waktu mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai Manusia..!

Sesungguhnya dirimu tergadai karena amal perbuatanmu, maka bebaskanlah dirimu itu dengan istighfaar. Punggung-punggungmu berat menanggung beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah..!
Allah Taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa DIA tidak akan menyiksa orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul Alamin.

Wahai Manusia..! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang mukmin yang sedang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah, pemberian itu nilainya sama dengan membebaskan seorang hamba dan orang tersebut akan diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu. Sahabat-sahabat bertanya : Ya Rasulullah….! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian “. Rasululullah s.a.w. meneruskan ucapannya : “ Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air “.
Wahai Manusia…! Siapa yang menghias dirinya dengan akhlak yang baik selama di bulan ini, maka ia akan berhasil melewati shirat ( jembatan ) pada hari kiamat, dimana kaki-kaki akan tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan tangan kanannya (maksudnya pegawai atau pembantunya ) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekennya di bulan yang mulia ini, maka Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa dapat menyambung tali persaudaraan ( silaturrahim ) di bulan ini, maka Allah Taala akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya kelak.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.

Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya ganjaran pahala seperti melakukan tujuh puluh kali shalat fardhu di bulan yang lain.

Barangsiapa memperbanyak bacaan shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan sedang menjadi ringan.

Barangsiapa membaca satu ayat Al Quran di bulan ini, maka ganjaran pahalanya sama dengan mengkhatam Al Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia..! Sesungguhnya pintu-pintu surga telah dibukakan bagimu , maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya kembali untukmu.

Pintu-pintu neraka tertutup maka mohonlah kepada Rabb-mu untuk pintu tersebut tidak pernah dibukakan untukmu.

Syetan-syetan terbelenggu, maka mintalah agar dia tidak dapat lagi menguasaimu.

Amirul mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallaaahu wajhahuu ( semoga dimuliakan Allah akan wajahnya ) telah berkata :

“ Aku berdiri dan bertanya kepada Rasul : Ya Rasulullah..! Amal apakah yang paling utama di bulan ini..?

Nabi menjawab : “ Wahai Abal Hasan ( panggilan untuk Sayyidina Ali ) ketahuilah bahwa amal yang paling utama adalah menjaga diri dari sesuatu yang diharamkan Allah “.

Alhamdulillaahi rabbil aalamin.
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.

MENYAMBUT RAMADHAN

MENYAMBUT RAMADHAN
“ Bulan ramadhan , bulan diturunkan padanya kitab suci Al Quran “
( QS. Albaqarah : 185 )

Sahabat nabi Ibnu Abbas bercerita bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya sebelum datang bulan ramadhan maka surga akan dihias dengan berbagai macam hiasan sebagai persiapan mneyambut kedatangan bulan ramadhan. Jika datang malam pertama ramadhan, maka bertiuplah angin yang bernama ”al Musirah ” datang dari bahwa Arsy berhembus ke surga sehingga mengerak-gerakkan daun-daun pohon yang ada di dalam surga. Tak lama kemduian akan terdengar suara yang sangat merdu, sehingga berdatanganlah bidadari-bidadari surga berdiri di pelataran-pelataran surga dan mereka mendengar suara berkata : Adakah ada orang yang datang meminang, maka segeralah Allah akan menikahkan mereka “. Melihat itu semua, maka bidadari surga berkata : Wahai malaikat ridhwan penjaga surga, apakah yang terjadi pada malam ini, dan mereka segera melantunkan talbiyah (sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira ). Malaikat ridwan menjawab : Ini adalah malam awal ramadhan, dimana pintu-pintu syurga akan dibuka bagi mereka yang berpuasa daripada kalangan umat Muhammad saw. Allah Taala segera berfirman : Wahai ridwan (malaikat penjaga surga) , bukakanlah segera pintu-pintu surga, dan wahai malik (malaikat penjaga neraka ), tutuplah segera pintu-pintu neraka daripada umat Muhammad yang berpuasa. Wahai Jibril segeralah engkau turun ke bumi, dan ikatlah syetan-syetan, rantai mereka, kemudian lemparkan mereka ke bawah laut sehingga mereka tidak dapat merusak puasa umat Muhammad.

Rasulullah melanjutkan: “ Setiap malam ramadhan Allah menyuruh pemanggil untuk menyerukan seruan sebanyak tiga kali : “ Apakah disana ada yang neminta sesuatu, maka Aku akan memenuhi permintaannya. Apakah disana ada yang ingin bertobat, maka Aku akan memberikan tobat kepadanya. Apakah disana ada yang meminta ampun, maka Aku akan memberikan ampunan kepadanya. Apakah disana ada yang akan memberikan pinjaman kepada Dzat ( Tuhan ) Yang Penuh tidak pernah habis segala kekayaannya ( dengan bersedekah ), dan kepada Dzat Yang Tidak pernah mendzalimi ( akan mengantikan pinjaman dengan berlipat ganda ) ”.

Rasulullah kembalimelanjutkan : ” Setiap hari di bulan ramadhan , pada waktu orang yang berpuasa sedang berbuka, maka Allah akan memerdekakan sejuta orang yang namanya telah terdaftar dalam api neraka dari siksaan neraka, dan pada akhir ramadhan, Allah akan memberikan kemerdekaan kepada bilangan dihitung dari malam pertama sampai akhir ramadhan.

Pada malam Lailatul Qadar, Allah menyuruh malaikat Jibril turun beserta rombongan malaikat yang lain, dengan membawa bendera-bendera hijau yang mereka pasangkan di atas ka’bah. Malaikat Jibril turun dengan seratus sayapnya, dengan dua sayap yang tidak pernah berkembang kecuali paba malam itu ( malam lailatul qadar ). Jibril mengembangkan sayapnya pada malam itu sehingga menutupi timur dan barat. Jibril menyuruh seluruh malaikat untuk memberikan salam kepada setiap yang duduk dan berdiri, mereka yang sedang shalat atau berzikir. Malaikat menyalami orang-orang tersebut, dan meng-amin-kan doa-doa mereka sampai terbit fajar. Setelah terbit fajar dihari Lailatul Qadar malaikat Jibril menyeru kepada semua malaikat : ” Berangkatlah kamu, berangkatlah kamu sekalian ! ”. Malaikat bertanya kepada Jibril : Wahai Jibril apakah gerangan yang terjadi dengan umat Muhammad ? Jibril menjawab : ” Allah Taala melihat kepada umat Muhammad pada malam hari tadi ( malam Lailatul Qadar ), dan memberikan maaf dan ampunan kepada mereka kecuali empat golongan yaitu mereka yang masih meminum arak, mereka yang masih durhaka kepada kedua orangtua, mereka yang memutuskan silaturahim, dan mereka yang masih bertengkar”.

Malam hari raya dinmakan juga dengan malau anugerah, sebab pada pagi hariraya Allah Taala akan mengutus malaikat pada setiap sudut bumi, mereka (malaikat ) berdiri di ujung-ujung jalan dan gang ( menunggu umat Islam yang akan keluar melakukan shalat Idul Fitri ), dan berteriak dengan suara yang keras sehingga didengar oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia, dimana mereka berkata : ” Wahai umat Muhammad, segeralah kamu semua keluar dari rumahmu menuju kepada Tuhan Yang Mulia sebab Dia akan segera memberikan balasan dan ganjaran, memaafkan meraka yang dzalim ”. Setelah mereka sedang berangkat keluar menuju tempat shalat maka Allah berfirman kepada malaikat : ” Apakah balasan bagi orang yang telah selesai melaksankan seuatu pekerjaan dengan baik ? ”. Malaikat segera menjawab : ” Wahai Tuhan kami, balasan orang itu adalah dengan memenuhi segala yang telah dijanjikan kepada mereka ”. Maka Allah Taala berfirman : ” Sesungguhnya Aku bersaksi kepada kamu sekalian wahai malaikatKu, sesungguhnya Aku telah memberikan balasan pahala bagi semua puasa mereka sepanjang ramadhan, dan juga qiyam ( mendirikan malam ramadan ) mereka dengan keridhaanKu dan ampunanKu ”. Allah segera berfirman lagi : ” Wahai hamba-hambaKu, mintalah sesuatu kepadaKU, maka dengan kemuliaanKU, tidak ada sesuatu apapun yang engkau pinta hari ini melainkan Aku akan segera mengabulkannya, dan Aku akan peduli dengan kehidupan dunia kamu sekalian. Demi kemuliaanKu, maka Aku akan menutup aibmu, selama engkau semuamuraqabah ( berhati-hati dan waspada dengan larangan Tuhan ) dengan Aku. Demi kemuliaanKU, pasti Aku tidak akan menghunakan kamu sekalian, juga tidak akan membuka kesalahanmu ( kepada orang lain ) di depan hari pengadilan, dan segeralah kamu kembali ( dari mengerjakan shalat ) dengan membawa ampunan yang menjadikan kamu seklain ridha dan Aku juga ridha kepadamu. (Mendengar itu ) gembiralah para malaikat mendengar segala berita kegembiraaan yang dijanjikan kepada mereka yang berbuka daripada berpuasa selama sebulan di bulan ramadhan ”. Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan juga oleh Baihaqy dan menurut catatan tidak ada satu orangpun dari sanad hadis ini yang termasuk perawi dhaif, sehingga hadis ini bukan hadis Dhaif, tetapi hadis yang dapat diterima oleh perawi hadis. ( Kitab Targhib wat Tarhib, jilid 2, halaman 99-101n).

Begitulah penulis tuliskan satu hadis yang sangat panjang berkenaan dengan kemuliaan bulan ramadhan, dari awal ramadhan sampai akhir ramadhan, termasuk janji yang Allah berikan kepada mereka yang berpuasa di malam Lailatul Qadar dan Hari raya Idul Fitrie. Dalam hadis tersebut yang perlu mendapat perhatian bahwa segala pahala seperti ampunandan keridhaan Allah pada malam Lailatul Qadar tidak akan diberikan kepada mereka yang masih meminum minuman keras, atau mereka yang masih durhaka kepada kedua orangtua, atau mereka yang memutuskan tali silaturahim,atau kepada mereka yang bertengkar. Oleh sebab itu sebelum memasuki bulan ramadhan, kita harus waspada jangan sampai kita termasuk kelompok tersebut, sebab jika itu kita lakukan, kita memang telah menjalankan kewajiban ramadhan, tetapi tidak mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah.

Bulan ramadhan, biasanya juga merupakan bulan pertengkaran antara umat Islam, antar kelompok dan golongan. Pertengkaran hanya disebabkan oleh masalah-masalah khilafiyah dalam mezhab, seperti masalah anak bulan apakah ditetapkan dengan ru’yatul hilal ( melihat anak bulan ) atau dengan hisab. Ada lagi pertengkaran masalah rakaat shalat taraweh apakah delapan, dua puluh, atau tidak berbilang. Ada lagi pertengkaran waktu menentukan hari raya apakah dengan hilal atau ru’yah. Ada lagi pertengkaran apakah boleh mealukan shalat tahajud di malam hari setelah melakukan shalat witir bersama shalat taraweh. Itu semua biasanya menjadi ajang perselisihan dan pertengkaran umat. Oleh sebab itu marilah kita renungi hadis diatas, sebab jika kita masih bertengkar dalam hal-hal kecil sehingga memutuskan silaturahim, maka kita tidak mendapat peluang ampunan dan keridhaan di dalam bulan ramadhan, walaupun kita telah menjalankan puasa selama satu bulan penuh. Semoga bulan ramadhan kali ini, bukan bulan pertengkaran, bukan bulan ego kelompok dengan pendapat masing-masing, tetapi bulan ukhuwah dann rahmah sehingga kita semua mendapat maghfirah dan ridha Allah. Selamat datang wahai ramadhan..Selamat menyambut ramadhan.