Pages

Monday, August 20, 2007

UJIAN MERDEKA


““ Ini semua (nikmat ) adalah ujian bagiku apakah aku dapat bersyukur atau aku menjadi kufur “.( Surah an naml : 40 ).

Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah bertepatan dengan hari Jum’at , 9 Ramadhan 1364 Hijriyah.Pada tahun ini, sejarah kembali berulang, dimana tanggal tujuh belas agustus bertepatan dengan hari Juma Sepintas lalu, hari kemerdekaan tersebut adalah merupakan peristiwa politik biasa, tanpa dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Padahal dalam wawancara dengan Cindy adam, seorang wartawati Amerika, Bung Karno mengakui bahwa pemilihan tanggal tujuh belas Agustus tersebut dipengaruhi oleh kewajiban shalat yang dijalankan oleh setipa muslim sebanyak 17 rakaat dalam setiap hari. Demikian juga jika dalam bulan ramadhan, tanggal tujuh belas merupakan hari nuzulul Quran, turunnya Kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi setiap muslim. Dipilihnya hari Jum’at juga disebabkan karena hari Jum’at dalam ajaran Islam merupakan “ sayyidul ayyam “, hari yang terbaik. Itulah sebabnya Bung karno memilih hari proklamasi tersebut pada hari Jum’at dan bertepatan dengan tanggal tujuh belas.

Dalam pembukaan undang-undang dasar negara disebutkan bvahwa :..kemerdekaan adalah rahmat daripada Tuhan Yang Maha Esa..”. Memang benar, kemerdekaan suatu bangsa dari tangan penjajahan merupakan rahmat yang tidak ternilai harganya, Kemerdekaan hidup adalah rahmat daripada Allah. Rahmat berasal dari kalimat : ra-hi-ma –yarhamu “ yang bermakna sesuatu pemberian dan anugerah. Rahmat biasanya dihubungkan kepada pemberi rahmat , Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab tidak ada yang dapat memberikan sesuatu rahmat kecuali hanya Allah saja. Jika ada seseorang manusia berkeyakinan bahwa rahmat dapat bersumber daripada sealin Allah , maka orang itu telah terjatuh ke dalam kesesatan dan kemusyrikan. Sebab itu setiap bangsa harus meyakini bahwasanya kemerdekaan yang di dapat oleh bangsa Indonesia adalah rahmat daripada Allah semata-mata setelah masyarakat berjuang melawan penjajahan.

Konsekwensi daripada itu, maka setiap rahmat wajib disyukuri. Bangsa Indonesia, apalagi para elite politik yang sedang memegang kekuasaan wajib mensyukuri rahmar kemerdekaan tersebut. Persoalannya sekaarngh adalah bagaimanakah cara mensyukuri rahmat kemerdekaan tersebut..? islam telah mengajarkan bahwa cara mensyukuri nikmat kemerdekaan adalah dengan menjalankan segala perintah dari Allah subhana wa taala, bukan dengan pesta music, hiburan, acara kembang api , yang mengeluarkan uang jutaan rupiah, sehingga menjadi suatu yang sia-suia, apalagi jika acara tersebut mengandung unsur maksiat. Kesyukuran nikmat dalam ajaran islam harus dengan cara melakukan segala sesuatu yang dapat mencapai ridha Allah subhana wa taala. Dalam Al Quran dijelaskan bagaimana doa Nabi Sulaiman untuk dapat mensyukuri nikmat sewaktu beliau mendengar semut memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke lobang agar tidak terinjak oleh kaki nabi Sulaiman. Sulaiman merasa bersyukur sebab kakinya tidak menginjak semut yang sednag berjalan maka segera dia berdoa sebagaimana yang diceritakan dalam kitab suci Al Quran : ‘ Ya Tuhanku, berilah kepadaku ilham untuk dapat tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dengan cara mengerjakan amal yang shaleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat_mu ke dalam golongan hamba-Mu yang sholeh “ ( Qs. Al Naml : 27 ). Mengapa nabi sulaiman berdoa agar dapat bersyukur dengan baik dan benar ? Karena dia memahami bahwa segala rahmat dan nikmat merupakan ujian kepada manusia untuk dapat mensyukuri nikmat atau kufur dengan nikmat, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran : “ Ini semua (nikmat ) adalah ujian bagiku apakah aku dapat bersyukur atau aku menjadi kufur “.( Surah an naml : 40 ).

Mensyukuri nikmat adalah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan melakukan perbuatan yang sesuai dengan keridhaan-Nya. Jika kita melakukan hal yang tidak sesuai dengan perintah Allah, atau membiarkan maksiat dan kemungkaran meraja lela di bumi Indonesia, berarti bangsa Indonesia, terutama para elite politik yang sedang berkuasa tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita semua. Jika hal ini yang kita lakukan, maka tunggulah akibatnya sebagaimana janji Allah dalam Kitab suci Al Quran : “ Jika kamu bersyukur maka Aku akan menambah nikmat itu kepadamu tetapi jika kamu tidak bersyukur dengan melakukan pengingkaran kepada perintah Allah, maka sesungguhnya siksaan-KU amatlah pedih “ ( QS. Ibrahim : 7 ). Sudah saatnya kita merenung dan berpikir, apakah selama ini sejak dari pemerintahan orde lama, orede baru, dan pemerintahan reformasi ini bagsa Indonesia telah mensyukuri rahmat kemerdekaan ini dengan cara yang diridhai oleh Allah subhana wa taala..? Bukankah membiarkan segala kemaksiatan dan kemungkaran perupakan pengingkaran kepada rahmat kemerdekaan daripada Allah.
Banyak orang menyangka bahwa syukur atas rahmat Allah sudah cukup dengan mengatakan ucapan “ Alhamdulillah “, atau ditulis dalam undang-undang sebagaimana disebutkan diatas. Padahal menurut Ibnu Qayim dalam kitab Madarijusalikin, Kesyukuran atas nikmat harus dapat dibuktikan dengan amal perbuatan, sedanmgkan jkka mengucapkan kalimat “alhamduilillah “ itu bukan kesyukuran tetapi hanyalah pujian kepada Tuhan. Seorang ulama sufi, Al Junied ditanya bagaimanakah cara bersyukur? Al Juneid berkata : “ Bersykur dengan rahmat dan nikmat Allah adalah dengan tidak mempergunakan sedikitpun daripada nikmat Allah tersebut di dalam kemaksiatan dan pengingkaran kepadaNya “. Sebab itulah dalam kisah nabi Sulaiman menyatakan bahwa cara dia bersyukur dengan melakukan amal shaleh.
Tetapi sangat disayangkan banyak manusia pada hari ini setelah meyakini bahwa kemerdekaan tersebut merupakan rahmat dari Allah, tetapi setelah mendapat kemerdekaan tersebut, mereka mempergunakan kemerdekaan itu bukan untuk bribadah kepadaNya tetapi untuk melawan dan bermaksiat kepadaNya. Kemerdekaan yang didapat oleh seseorang bukanlah hasil kehebatan dia tetapi tidak darat lepas daripada kekuasaan Allah, rahmat dan kasih sayangNya kepada umat manusia. Maka apakah panttas jika manusia yang telah mendapat kemerdekaan tersebut mempergunakan rahmat yang diberikan untuk melakukan dosa dan kemasiatan..?
Setiap rahmat, nikmat dan pemberian dari Allah semuanya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah di hari akhirat kelak. Dalam sebuah hadis Rasululah sedang memakan sebiji buah kurma dan sahabat-sahabat juga memakan buah kurma, pada itu Rasulullah saw bersabda : “ Ini semua nikmat Alah yang kamu semua akan ditanya pada hari kiamat nanti “. Dalam hadis yang lain juga disebutkan : “ Pada hari kiamat nanti Allah berkata kepada hambaNya : Bukankah Aku telah memberi kemuliaan kepadamu.? Bukankah aAku telah menjadikanmu sebagai penguasa..? Bukankah Aku telah memberimu keluarga..? Bukahkah Aku telah memberimu kenderaan kuda dan unta..? Bukahkah Aku telah membuatmu berkuasa..? …”. Dari hadis ini terlihat bahwa semua kenikmatan yang Allah berikan akan ditanya dan tidak ada suatu yang kecil akan lepas dari pertanyaan Allah di Mahkamah Ilahi.
Bukan saja manusia, sampai binatangpun dalam sebuah hadis akan ditanya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa : “ Sesunguhnya pada hari kiamat nanti seekor kambing yang berkelahi dengan kedua tanduknya juga akan ditanya kenapa dia memakai tanduknya untuk berkelahi “. Dalam sebuah hadis sewaktu seorang sahabat Rasul memukul sahabat yang lain, maka Rasulullah bersabda : “ Demi nyawa Muhammad yang ada ditanganNya..nanti kamu semua akan ditanya sampai kepada kambing yang berkelahi dengan kawannya, dan juga serangga akan ditanya kenapa dia menggigit tangan seseorang lelaki “. Jika seekor kambing saja akan ditanya bagaimana dia memakai tanduknya apakah untuk berkelahi atau bukan, dan seekor serangga akan ditanya mengapa dia menggigit jari seseorang, maka bagaimanakah dengan segala nikmat kemerdekaan hidup yang Allah berikan kepada kita hari ini,,> bagaimanakah dengan nikmat kekuasaan dan kedudukan yang diberikan Allah kepada semua pemimnpin bangsa dan masyarakat..? Bagaimanakah nikmat menjadi pejabat dan penguasa,,? Bagaimanakah nikmat yang diberikan menjadi wakil rakyat..? Semuanya tidak lepas dari pertanyaan Allah. Kemanakah uang negara dipergunakan..? kemanakah kekayaan tanah dan segala sesuatu yang ada di bumi nusantara dipergunakan.? Bagaimanakah engkau mengelola alam, bumi, tanah, air dan segala yang Allah berikan kepda kita selama ini..? Sudahkah engkau pergunakan semuanya untuk melaksanakan perintah Allah dan menegakkan keadilan serta kedamaian di tengah masyarakat.? Ingatlah, jika kita kufur dan tidak mensyukuri dengan cara yang benar atas rahmat kemerdekaan tersebut maka ingatlah azab Allah sangatlah pedih. Semoga kita semua baik itu pejabat negara, presiden, pegawai negeri, sampai rakyat jelata dapat lulus dari ujian rahmat kemedekaan yang telah Allah berikan kepada kita bangsa Indonesia. Fa’tabiru ya Ulil albaab.



Friday, August 10, 2007

ISRA" MI'RAJ : SEJARAH DAN PELAJARAN

SEJARAH DAN PELAJARAN DARI ISRA’ MI ’RAJ

Makna Isra’ – Mi’raj

Isra’ berasal dari akar kata bahasa arab : Asra – Yusri – Isra yang bermakna berjalan di waktu malam, sedang Mikraj berasal dari kata : A’raja – Yu’riju – Mikraj yang bermakna naik ke atas , maka makna Mikraj adalah alat atau masa untuk naik.

Isra’ dan Mi’raj secara keilmuan adalah perjalanan nabi Muhammad saw pada malam duapuluh tujuh rajab tahun kesebelas dari kenabian ( sekitar tahun 622 masehi ) dari masjidil haram ke masjidil aqsha, kemudian naik ke langit sampai kepada langit ketujuh, dan terus berjumpa dengan Allah untuk menerima perintah shalat dan kemudian kembali pada malam yang sama, sebelum waktu subuh.

Dalil dari Al Quran Al karim

1. “ Maha suci Tuhan yang telah membawa hambaNya berjalan di malam hari dari masjid al haram ke masjid al aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Kami kepadanya. Sesungguhnya dia Maha mendengar dan maha Melihat “ ( Surah al isra ; 1 ).

2. “ Demi bintang ketika dia terbenam. Kawan kamu itu ( Muhammad ) tidaklah sesat dan tidak keliru.Dan dia tiada berkata dengan kemauannya sendiri. Itu hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya. Dia diberi pelajaran oleh yang sangat kuat, yang mempunyai kerpandaian dan kesempurnaan. Dia berada di bahagian yang paling tinggi di tepi langit, kemudian dia mendekat dan bertambah dekat, sehingga jaraknya hanya antara anak panah dan busurnya atau lebih dekat lagi. Kemudian diwahyukan oleh Tuhan kepada hambaNya apa yang hendak bdiwahyukanNya. Harti tiada berdusta tentang apa yang dilihatnya.Apakah kamu akan membantah tentang apa yang dilihatnya? Sebenarnya telah dilihatnya diwaktu yang lain didekat Sidratul Muntaha. Didekat tempat itu ada juga ada surge Jannatul Ma’wa. Ketika itu Sidratul Muntaha ditutupi dengan apa yang menutupinya. Pemandangannya tidak menyimpang dan tidak malampau.Sebenarnya dia telah melihat tanda-tanda kekuasaan yang amat besar daripada Tuhannya “. ( Surah an Najm : 1-18 ).

Dalil dari Hadis Nabi :

1. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari , dari Malik bin Sa’adah menceritakan bahwa rasulullah saw bersabda : Sewaktu saya sedang berada di dekat Hajar al aswad, berbaring miring, tiba-tiba ada yang datang kepada saya. Saya mendengar dia berkata : Belahlah antara ini sampai disini. Maka Malik bin sa’salah bertanya : Apakah yang dimaksud dengan ini dan disini ? rasululah menjawab : Mulai dari cekuk leher sampai bulu airnya “. Muhammad melanjutkan : Kemudian dia datang mengeluarkan hati saya. Setelah itu dibawakan sebuah pasu emas berisi keimanan. Hati saya dibasuhnya, kemudian dituangkan air itu ke dalamnya dan dikembalikan kepada letak asalnya, kemudian dibawakan kepadaku seekor binatang yang putih, lebih kecil dari baghal (unta) dan lebih besar dari keledai, kemudian saya dinaikkan ke atasnya , dan jibrilpun berangkat bersama saya sampai ke langit dunia “.

2. Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Nasai bahwasanya Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah saw berkata : “ Sewaktu datang kenderaan buraq, maka aku menaiki kenderaan tersebut bersama malaikat Jibril alaihisalam kemudian kamipun berjalan, dan setelah sampai di suatu tempat, maka Jibril berkata : Turunlah kamu disini dan lakukan shalat. Maka Aku melaksanakan shalat di tempat tersebut. Setelah shalat Jibril bertanya : Apakah kamu mengetahui dimana kamu lekukan shalat tadi….Kamu telah shalat di bumi Thayyibah ( kota madinah ) dan ke tempat ini kamu nanti akan berhijrah. Setelah itu Aku berjalan lagi bersama malaikat Jibril sehingga sampai di suatu tempat, maka Jibril berkata : Turunlah di tempat ini dan dirikanlah shalat..Maka Aku turun di tempat itu serta melakukan shalat. Setelah selesai shalat, Jibril berkata : Tahukah kamu dimana kamu shalat tadi..? Kamu telah shalat di bukit Thursina, tempat Musa as berdialog dengan Allah Taala. Kemudian kami berangkat lagi sehingga sampai di suatu tempat, kemudian Jibril berkata : Turunlah kamu, dan shalatlah . Aku lakukan shalat dan setelah selesai Jibril bertanya : Tahukah kamu tempat apa ini..? Ini adalah Baitullahm ( Bethelehm ) tempat dimana Nabi isa alaihissalam dilahirkan, kemudian setelah itu baru aku menuju Baitul Maqdis, dimana telah berkumpul semua nabi dan rasul, dan kemudian aku disuruh Jibril untuk menjadi imam bershalat jamaah bersama mereka “.

3. Baihaqi meriwayatkan hadis dari Abu said al Khudri yang menyatakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : “ Aku mendengar ada suara yang memanggil-manggilku dari sebelah kanan, katanya : palingkanlah mukamu kepadaku, aku ingin bertanya . tetapi aku tidak menyahut panggilan tersebut. Kemudian ada pula suara yang lain memanggil-manggil dari sebelah kiriku, aku terus berdiam diri, tidak menyahutnya. Tiba-tiba aku terserempak dengan seorang perempuan yang terdedah setengah anggotanya sampai kelihatan segala kecantikan yang diciptakan Allah bagi kaum wanita, ia menyeruku : Wahai Muhammad, lihatlah kepadaku sebentar, aku mau bertanya sesuatu kepadamu. Aku tidak menoleh sedikitpun kepada perempuan itu. Jibril berkata kepadaku : wahai Muhammad adapun penyeru pertama adalah penyeruan yahudi, jika engkau menyahutnya, maka seluruh umatmu akan menjadi yahudi; dan pemanggil kedua adalah penyeru dari agama kristian, dan jika engkau menyahutnya, seluruh umatmu akan menjadi kristian. Adapun perempuan yang memanggil-manggilmu itu adalah lambang kehidupan dunia.

4.Ibnu mas’ud menceritakan bahwa rasulullah bersabda ; “ kemudian aku masuk ke dalam masjid (Baitul Maqdis ), lalu melihat para nabi ada yang sedang berdiri dan ada yang sedang ruku dan ada yang sedang sujud. Kemudian azan dialungkan dan iqamat , lalu kami (para nabi ) berdiri dalam saf yang lurus, menunggui siapa yang menjadi imam. Kemudian datang Jibril menghampiriku, dan memimpinku menunjuk ke hadapan, maka akupun bersembahyang menjadi imam mereka “.

5. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwasanya menurut sahabat nabi Anas bin Malik, menyatakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : Kenderaan Bouraq dibawakan kepadaku, kenderaan itu berwarna putih, bentuknya lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil daripada bughal (kuda ), kakinya diletakkan dihujung ekornya. Aku mengenderainya hingga Baitul maqdis. Aku ikat tali kenderaan itu ditempat dimana para nabi mengikat kenderaan masing-masing. Kemudian akupun masuk ke dalam masjid dan shalat dua rakaat, kemudian aku keluar sedang Jibril datang mendapatiku dan ditangannya ada dua bekas satu berisi khamar (arak ) dan satu lagi berisi susu. Aku memilih bekas yang berisi susu. Jibril berkata : engkau telah memilih fitrah yang suci. Kemudian aku dinaikkan ke kawasan langit dunia, maka Jibrilpun memohon izin untuk menembusinya. Tiba-tiba suatu suara bertanya : Siapakah kamu? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi ; Sudahkah dia itu diutus. Jibril menjawab : Sudah. Kamipun dibenarkan masuk, lalu aku bertemu dengan Adam yang datang menyambutku, dan mendoakanku dengan yang baik.
Kemudian kami dinaikan ke lapisan langit yang kedua, dan Jibril memohon izin untuk menembusnya.dan suara terdengar : Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab : Sudah. Kami segera dibenarkan masuk dan kami disambut oleh Yahya dan Isa,. Mereka mengalu-alukan kedatanganku dan mendoakan aku dengan segala yang baik.
Kemudian kami dinaikkan ke langit yang ketiga, dan seeprti sebelumnya Jibril memohon izin menembusnya, lalu kedengaran suara bertanya: Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu ? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi ; Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab : Sudah. Kemudian kami diizinkan masuk dan disambut oleh Yusuf, dan dia mendoakanku dengan kebaikan.
Kemudian kami dinaikan ke lapisan langit keempat, dan jibril meminta izin untuk menembusinya, dan kedengaran suara bertanya : Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu ? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab : Sudah. Kemudian kami masuk dan disambut oleh Idris dan mendoakanku dengan yang baik. Dalam al Quran Alah telah berfirman : Dan Kami (Allah) telah mengangkat Idris ke tempat yang tinggi.
Kemudian kami dinaikan ke lapisan langit yang kelima, dan Jibril meminta izin dan terdengar suara bertanya : Siapakah kamu? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu? Jibril menjawab ; Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab ; Sudah. Kemudian kami diizinkan masuk dan disambut oleh Harun, dan mendoakanku dengan yang baik.
Kemudian kami naik ke langit yang ke-enam, dan Jibrilsebagaimana biasa meminta izin, kemudian terdengar suara bertanya ; Siapakah kamu ? Jibril menjawab ; Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu ? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab ; Sudah. Kemduian kami dibenarkan masuk dan disambut oleh Musa, dan mendoakanku dengan yang baik.
Kami seterusnya dinaikan ke langit yang ketujuh, dan Jibril sebagaimana biasa meminta izin, dan suara bertanya : Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : siapakah bersamamu ? Jibril menjawab ;Muhamad. Suara bertanya lagi ; Sudahkan dia diutus ? Jibril menjawab : Sudah. Kemudian kami masuk dan bertemu dengan Ibrahim yangsedang bersandar di Baitul makmur. Di baitul makmur ada seramai tujuh puluh ribu malaikat yang selalu mengunjunginya setiap hari, dan bila mereka masuk mereka tidak akan keluar lagi.
Kemudian aku seorang diri meneruskan perjalanan ke Sidratul Muntaha, yaitu suatu pokok yang daunnya selebar telinga gajah, dan buahnya berjuntai-juntai dari atas para-para. Pokok Sidratul Muntaha ditutup dengan apa yang menutupinya sesuai dengan perintah Allah, maka tiada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mensifatkan kecantikan dan keindahannya. Maka Allah mewahyukan kepadaku apa yang hendak diwahyukan. Kemudian Dia ( Allah )mewajibkan keataskudan umatku untuk melakukan shalat sebanyak limapuluh kali dalam sehari dan semalam.
Akupun turun dari tempat itu sehingga berjumpa dengan Musa, dan dia bertanya kepadaku : Apakah yang telah diwajibkan Allah kepada umatmu ? Aku menjawab : Shalat lima puluh kali sehari semalam.Musa berkata : kembalilah kepada tuhanmu untuk meminta keringanan, karena umatmu tidak akan dapat mengerjakan yang demikian. Sesungguhnya aku telah menguji kemampuan Bani Israel.
Aku segera menghadap tuhanku dan memohon : wahai Tuhanku, Dapatkah Engkau meringankan kewajiban itu atas umatku ? Tuhan menguranginya sebanyak lima waktu. Aku turun dan bertemu dengan Musa, dan diapun bertanya ; Bagaimana keadaanmu? Aku menjawab : telah dikurangi lima waktu. Musa berkata lagi : Sesunguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya, kembalilah kepada Tuhanmu meminta keringanan. Aku terus berulang kali antara Tuhan dan Musa, dan setiap kali aku meminta keringanan, Tuhanku menguranginya lima waktu, sehingga akhirnya kewajiban itu hanya lima waktu sahaja, dan Tuhanku berfirman ; Wahai Muhammad, itulah lima waktu shalat yang diwajibkan siang dan malam, dan pada setiap satu waktu akan dinilai seperti mengerjakan sepuluh waktu. Sesiapa yang bercita-cita membuat kebajikan lalu terhalang untuk melakukannya akan dicatit baginya satu kebaikan, dan sesiapa yang melakukannya, maka akan dicatit baginya sepuluh kebaikan.Dan barangsiapa yang bercita-cita membuat kejahtan, dan dia membatalkan maka tidak akan dicatitkan apa apa, dan kalau dia melakukan kejahatan maka dia akan dicatit satu kejahatan. Kemudian aku turun dan bertemu Musa dan aku membritahukan dia akan keringanan lima kewajiban shalat tersebut, kemudian Musa berkata : Kembalilah engkau kepada Tuhanmu untuk meminta keringanan lagi, sebab umatmu nanti susah untuk melakukannya. Aku menjawab : “ Aku tidak akan kembali kepada tuhanku untuk meminta keringanan lagi, sebab aku malu kepadaNya”. Hadis dengan pernyataan dan cerita yang sama juga terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

6. Menurut Hadis diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Bazzar, bahwasanya dalam perjalanan malam Isra’ Mi’raj tersebut, nabi Muhammad telah melalui suatu kaum yang sedang berladang dan mengambil hasil ladangnya dalam hari yang sama. Setiap selesai menuai hasil panen, tanamannya kembali berbuah dengan buah-buahan yang baru. Nabi bertanya kepada Jibril : Gambaran apakah itu..? Jibril menjawab : Mereka itulah kaum yang berjihad fi sabilillah, kebajikan mereka dilipat gandakan sehingga tujuh ratus kali lipat. Apa saja yang mereka belanjakan untuk berjihad, maka Allah menggantikannya dengan berlipat ganda.

Kemudian Nabi Muhammad saw melihat suatu kaum yang sedang memukul kepalanya dengan batu yang besar. Setiap kali kepala itu hancur, maka kepala itu kembali lagi seperti sedia kala dan orang itu terus memukul kepala yang baru. Hal tersebut dilakukannya terus menerus tanpa berhenti. Nabi bertanya kepada malaikat: Gambaran apakah ini ya Jibril ? Jibril menjawab : “ Itulah orang yang malas mengerjakan shalat yang telah diwajibkan “.
Nabi terus berjalan dan melihat suatu kaum yang berpakaian koyak di sebelah muka dan juga koyak di sebelah belakang. Mereka laksana binatang memakan pohon-pohon yang berduri, daun-daun yang pahit dan batu-batu api neraka jahannam. Nabi bertanya kepada Jibril : Siapkah mereka itu..? Malaikat Jibril menjawab : “ Itulah orang-orang yang tiadak mau membayar zakat dari harta kekayaan mereka. Itu semua akibat perbuatan mereka, dan Allah Taala tidak mendhzalimi mereka karena Allah Maha penyayang kepada hamba-hambaNya.
Rasulullah saw terus melanjutkan perjalanannya sehingga beliau melihat suatu kaum yang sedang memegang daging di kedua belah tangannya.. Daging yang satu baru masak, sedangkan daging yang satu lagi berbau busuk dan masih mentah. Anehnya mereka malah memakan daging yang busuk dan tidak menghiraukan daging yang masak. Nabi bertanya : mengapa mereka berbuat demikian.? Jibril menjawab : Itulah gambaran umatmu yang mempunyai isteri yang halal, tetapi masih tetap mencari teman wanita dengan perempuan nakal dan tidur bersamanya sampai pagi. Itu juga gambaran isteri-isteri yang nakal yang mempunyai suami yang halal, tetapi lebih senang mencari lelaki lain untuk tidur bersamanya.
Kemudian Rasulullah melihat seorang lelaki yang sedang mengumpulkan kayu –kayu yang besar untuk dipikulnya, tapi dia tak sanggup untuk mengangkatnya. Anehnya walaupun tidak sanggung untuk mengangkatnya, orang itu masih terus menambah pikulannya dengan kayu-kayu yang lain tanpa berhenti. Nabi bertanya : siapakah orang itu? Jibril menjawab : Itulah orang yang suka menerima amanat orang tetapi dia tidak berdaya untuk melaksanakannya, tetapi dia terus tamak sehingga tetap terus menerima amanat yang lain. Rasulullah terus berjalan dan melihat suatu kaum yang sedang menggunting-gunting lidah dan bibirnya , tetapi setiap kali digunting, lidah dan bibirnya tumbuh lagi, dan terus digunting lagi. Demikianlah yang mereka lakukan terus menerus. Rasul bertanya : Gambaran apakah ini ? Jiberil menjawab : Itulah siksaan bagi ummatmu yang suka melakukan fitnah.
Kemudian rasul melihat suatu satu batu kecil dan dari batu itu keluar seekor kerbau yang besar, kemudian kerbau itu memasukkan badannya ke dalam batu yang kecil tersebut, dan kerbau itu walaupun tidak bisa masuk tetap berusaha untuk memasukinya. Gambaran apa pula itu, tanya Nabi . Jibril menjawab : Itulah gambaran orang yang bercakap sombong kemudian menyesali ucapannya tetapi apa daya ucapannya itu tidak dapat ditarik kembali.
Kemudian Nabi melihat suatu lembah yang berhawa nyaman dan dingin, anginnya membawa aroma yang sangat wangi dan dari sana terdengar suara-suaran yang riang gembira. Rasul bertanya : tempat apakah ini.? Jibril menjawab : Inilah surga . Tak lama kemudian nabi mendengar suara surga berkata : “ Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan. Disini telah tersedia ruangan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sutera tebal, sutera halus, permadani , mutiara, perak , emas, piring dan mangkuk, kenderaan, madu , air, susu, khamar, maka berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan. Allah segera berfirman : “ Akan KU berikan kepadamu setiap orang yang beriman kepada_KU dan kepada Rasul-KU serta beramal shaleh dan tidak syirik kepada-KU dan tidak menjadikan selain-KU sebagai sekutu. Siapa yang takut kepada-KU , maka dia akan selamat. Siapa yang memohon kepada-KU, maka AKU akan memberi apa yang diminta. Siapa yang meminjamkan sesuatu kepada-KU, maka AKU akan membalasnya. Siapa yang meneyerahkan dirinya ( bertawakkal ) kepada-KU, maka AKU akan menjadi pelindungnya. Sesungguhnya AKU adalah Allah, tiada Tuhan selain AKU. AKU tidak akan memungkiri janji-KU. Sesungguhnya telah menang orang-orang yang beriman. Maha Berkat AlLlah, sebaik-sbaik pencipta. Syurga menjawab “: Aku redha Ya Tuhan dengan segala pemberianMu “..
Kemudian nabi Muhammad saw dibawa ke suatu lembah yang lain. Di dalamnya terdengar suara yang sangat buruk dan dari dalamnya keluar bau busuk yang menyesakkan pernafasan. Nabi bertanya : Tempat apakah ini..? Jibril menjawab : inilah suara dari neraka jahannam yang berkata : “ Tuhanku..berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan. Telah terlalu banyak sampai bertimbun-timbun rantai pada tempatku ini, demikian juga dengan belenggu api, air panas yang mendidih, pohon yang berduri, air yang sangat dingin, azab dan siksa, dan terlalu dalam dasarku serta terlalu panas apiku ini, maka berikanlah apa yang telah Engkau janjikan. Mendengar suara itu Allah taala segera berfirman : “ Akan Ku berikan kepadamu wahai neraka segala orang yang musyrik , baik laki dan perempuan, segala orang yang kafir dan orang yang sombong lagi ingkar tidak beriman dengan hari pembalasan . Neraka menjawab : “ Aku redha Ya Allah dengan segala pemberianMu “. Kemudian Nabi Muhamad saw melanjukan perjalanan sehingga beliau sampai ke Baitul Maqdis.

7. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw melihat hidangan berisi makanan yang baik tetapi tidak ada seorangpun yang memakannya, sedangkan ada satu hidangan berisi daging yang busuk, dan dikerumuni oleh orang banyak. Jibril berkata : Itulah gambaran orang yang mencari yang haram dan meninggalkan yang halal.
Nabi juga melihat kaum yang perutnya buncit sehingga badannya tidak kuat untuk membawa perutnya yang sangat buncit tersebut. Setiap kali mereka berusaha untuk berdiri, maka mereka akan segera terjatuh dikarenakan perutnya yang sangat besar tersebut. Jibril berkata : “ Itulah orang-orang yang memakan uang riba. Nabi juga melihat suatu kaum yang bibirnya tebal seperti bibir unta. Mereka menelan bara api yang panas yang terus keluar dari bawah mereka. Jibril berkata ; Itulah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim. Nabi juga melihat perempuan yang sedang mencakar-cakar kedua buah dadanya, dan malaikat Jibril berkata : Itulah para pelacur-pelacur. Kemudian nabi juga melihat orang yang sedang memotong dan memakan daging dari tulang rusuknya sendiri. Jibril berkata : Itulah orang yang suka menabur fitnah dan menganiaya orang lain.

8. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud menyatakan bahwa nabi Muhammad saw juga melihat suatu kaum yang mempunyai kuku dari tembaga dan mereka mencakar wajah-wajah dan dada mereka dengan kuku tersebut. Menurut malaikat Jibril mereka itulah orang yang suka memakan daging manusia ( suka mencaci orang ) dan orang yang suka menjaga tepi kain orang ( selalu mencari aib orang lain ). Ibnu Mardawih juga meriwayatkan bahwa Rasulullah melihat sekelompok orang yang bibirnya sedang dijepit dengan jepitan api. Setiap kali bibir itu hangus, maka bibir itu kembali seperti semula dan trus disepit lagi tak henti-hentinya. Jibril berkata ; “ Itulah gambaran dari ummatmu yang senang berpidato menganjurkan sesuatu tetapi dia sendiri tidak melakukannya “.
9. Thabrani meriwayatkan hadis dengan sanad sahih dari Ibnu Abbas , diaman beliau telah berkata ; susingguhnya Muhammad telah melihat Tuhannya dua kali. Sekali dengan pandnagan mata dan sekali lagi dengan pandnagan hati “. Ikrimah bertanya : Apakah Muhammad telah melihat Tuhannya dengan mata kepalanya ? Ibnu Abbas menjawab : Benar, Tuhan telah memberikan keistimewaan kepada Musa untuk dapat bercakap-cakap dengan Nya (kalimullah) dan memberikan keistimewaan kepada Ibrahim untuk menjadi orang kepercayaan Allah ( khalilullah ), maka Dia telah memberikan keistimewaan kepada Muhammad saw untuk dapat melihatNya “.

10. Imam Ahmad meriwayatkan hadis daripada Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Setelah berlalu malam hari dimana aku melakukan perjalanan isra, dan aku kembali ke kota Makah, aku merasa perkara ini sangat berat dan aku tahu bahwa orang ramai tidak akan mendustakanku. Maka Abu Jahal datang bertanya disisiku : hai Muhammad, apa ada berita baru ? Nabi menjawab : Benar. Abu jahal bertanya ; Apa itu ? nabi menjawab : Aku telah dibawa berjalan oleh Tuhanku di malam tadi ? Abu Jahal bertanya : kemana ? Nabi menjawab : ke Baitul maqdis Abu jhaal berkata lagi : Dan sekarang pagi-pagi ini engkau sudah sampai ke hadapan kami lagi? Nabi menjawab : Benar. Abu jahal berkata : bagaimana jika aku panggil orang ramai, apakah engkau akan ceritakan kepada mereka sebagaimana engkau ceritakan kepadaku? Nabi menjawab : Boleh. Abu jahal segera pergi memanggil orang ramai : wahai kaum Bani Luai ( Quraisy ), kemarilah . Setelah orang ramai berkumpul di hadapan nabi, Abu Jahal berkata : “ Hai Muhammad, katakanlah kepadaku sebagaimana yang engkau katakan kepadaku tadi. Nabi berkata : Aku telah dibawa Tuhanku berjalan tadi malam. Orang ramai berkata : Kemana? Nabi berkata : Ke Baitul Maqdis. Orang ramai bertanya lagi : Dan sekaarng engkau ada bersama kami disini? Muhammad berkata : Benar. Orang ramai berkata : Bolehkah engkau gambarkan kepada kami tentang Baitul Maqdis. Nabi kemudian menceritakan tentang Baitul maqdis, dimana secara tiba-tiba Allah nampakkan Baitul maqdis dihadapan nabi sehingga nabi dapat menceritakan tentang Baitul Maqdis secara jelas. Orang ramai berkata ; Semua yang diceritakan itu benar. Sebagian daripada orang ramai datang ke tempat Abubakar dan berkata kepadanya : wahai Abubakar, kawanmu itu menceritakan bahwa dia telah berjalan pada malam hari ke baitul maqdis dan sekarang dia telah kembali lagi kesini. Abu bakar bertanya ; Apakah kamu mendustakannya ? Orang ramai berkata : Sekarang dia ada di masjidil haram memberitakan hal itu kepada orang ramai. Abuibakar menjawab : Demi Allah, sekiranya dia berkata demikian, maka benarlah apa yang disampaikannya, mengapa kamu terkejut dengan apa yang diberitakannya. Demi Allah, selama ini dia telah memberitakan wahyu yang turun dari langit dan aku terus membenarkannya. Ini lebih menakjubkan daripada berita perjalanan ke Baitul Maqdis. Abubakar segera ke masjid menjumpai nabi Muhammad dan bertanya kepada beliau : wahai Muhammad, apakah kamu memberitakan bahwa kamu berjalan ke masjidil Aqsha di malam hari ? Nabi menjawab : Benar. Abubakar berkata : Ceritakanlah tentang Baitul Maqdis itu, sebab aku telah pernah melihatnya. Rasulullah segera menceritakan kembali gambaran Baitul maqdis, dan setiap selesai satu gambaran cerita, maka Abu bakar berkata : benar engkau wahai Muhammad, sehingga nabi Muhammad selesai menceritakan seluruhnya. Akhirnya nabi Muhammad berkata : Dan engkau wahai Abubakar adalah as Shiddiq , orang yang membenarkan. Sejak itu terkenallah nama Abu Bakar menjadi Abubakar as Shiddiq.



HIKMAH DAN PELAJARAN :

1. Bukti kebenaran ajaran Islam.

Isra dan Mikraj adalah mukjjzat yang diberikan oleh Allah kepada rasulullah, untuk membuktikan bahwa semua yang disampaikan oleh RasulNya adalah suatu yang benar. Muhammad mengajarkan bahwa Tuhan itu allah, dan beliau telah berjumpa denganNya. Muhammad mengajarkan ada malaikat, dan beliau telah melihat mereka. Muhammad mengajarkan balasan surge, dan beliau telah melihatnya. Muhammad mengajarkan adanya siksa neraka, dan beliau telah melihatnya. Muhammad mengajarkan adanya tujuh langit, adanya Sidratul Muntaha, semua makhluk dan tanda-tanda kekuasaan Allah telah dilihat oleh nabi Muhammad pada malam isra dan mikraj. Berarti perjalanan isra mikraj adalah membuktikan kebenaran apa yang telah disampaikan.

2. Pengakuan kebesaran Tuhan

Dengan peristiwa israk dan mikraj membuktikan bahwa manusia dengan kekuasaan Alah dan kebesaran dan pertolonganNya dapat melakukan sesuatu yang tidak mungkin, sebab Allah Maha Kuasa, sebagaimana perjalanan nabi Muhammad saw dari Makkah ke bumi palestina, dan naik ke langit ke tujuh dan kembali lagi hanya dilakukan dalam masa yang sangat singkat. Ini membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah yang dapat diberikan kepada manusia yang beriman dan mengikuti sunatullah dalam hidup dan kehidupan.

3. Tugas manusia sebagai khalifah Allah.

Isra Mikraj adalah perjalanan di bumi dari masjidil haram ke Masjid al aqsha, ini menggambarkan tugas manusia sebagai khalifah untuk dapat menguasai dunia, dari tempat berdirinya yang suci ( masjidil haram ) sampai ke tempat yang terjauh di muka bumi ( masji al aqsha ). Al Aqsha maksudnya adalah yang terjauh. Al haram adalah yang suci. Pada waktu itu di bumi hanya ada dua masjid, masjidil haram dan masjdil aqsha, maka manusia harus dapat menjadikan semua bumi manjadi masjid, dari tempat yang terdekat sampai tempat yang terjauh dengan penuh kesucian dan kemuliaan.

4. Penguasaan sumber daya alam

Baitul maqdis adalah tempat bumi nabi-nabi diantaranya adalah nabi daud, nabi yang mempunyai kekuasaan dan mempunyai kepandaian dalam industry besi, dan juga nabi Sulaiman, nabi yang mempunyai kekayaan dan mempunyai kepandaian dalam komunikasi (bahasa ). Baitul maqdis adalah lambing kekuasaan dan kekayaan, sedangkan Masjidil haram adalah lambing kesucian. Dengan isra mikraj berarti seorang muslim harus dapat menguasai dunia dan seluruh permukaan bumi sehingga mempunyai kekuasaan dan kekayaan sebagaimana nabi daud dan nabi Sulaiman, tetapi semuanya itu dilakukan dengan penuh kesucian dan untuk menghambakan diri kepada Allah subhana wataala.


5. Kesucian diri dan kekuatan iman, dan ilmu.

Sebelum nabi Muhammad berangkat, maka hati beliau dibasuh dan diisi dngan iman, ini memberikan pelajaran kepada umat manusia agar sebelum melakukan perjalanan di muka bumi, sebelum berikhtiar untuk menguasai dunia, perlu pepbersihan hati dan pengisian hati dengan iman, dengan iman dan kesucian hati inilah manusia dapat berjalan menuju tuhan, menjadi khalifah Allah.

6. Memilih yang terbaik

Setelah disisi dengan iman, nabi diberi pilihan apakah minumarak atau susu, dan nabi memilih susu. Ini menggambarkan jika manusia telah diberi iman, dibersihkan hatinya, maka dia akan memilih sesuatu yang baik untuk keperluan hidupnya, baik makanan, minuman, pakaian, dan lain sebaginya. Tetapi jika tidak ada ilmu, dan tiada iman maka manusia akan memilih yang enak bukan yang fitrah (suci ), sebab dia akan memilih karena hawa nafsu, karena kesenangan bukan karena iman.

7. Penguasaan teknologi.

Setelah nabi pandai memilih, dan bersih hatinya, maka nabi naik kenderaan bouraq menuju ke Baitul maqdis. Bouraq adalah lambing teknologi, alat untuk menguasai dunia, menjadi khalifah Allah. Untuk berjalan yang jauh diperlukan kenderaan yang cepat seperti kilat, maka makna bouraq adalah kilat, dan untuk naik ke langit diperlukan tangga, maka nabi naik dengan mikraj (secara bahasa mikraj berarti tangga ). Penguasaan alam, penjelajahan bumi tidak mungkin tercapai tanpa dengan memakai alat sebab itu merupakan sunnatullah. Kejayaan di atas bumi dengan alat dan teknologi, dan kejayaan akhirat juga dengan amal ibadah, seperti shalat maka shalat adalah mikraj bagi seorang mukmin.

8. Memimpin dalam segala bidang.

Dalam isra mikraj nabi Muhammad diangkat sebagai imam shalat dengan seluruh nabi yang lain menjadi makmum. Ini menggambarkan seorang muslim sepatutnya dengan isra mikraj dapat menjadi pemimpin dalam segala bidang, pemimpin segala zaman, dan pemimpin dunia akhirat. Seorang muslim harus dapat membuktikan dirinya lebih baik dan lebih cemerlang dari yang lain. Setiap muslim sepatutnya menjadi imam baik dalam bidang spiritual, imam dalam ekonomi, imam dalam ilmu pengetahuan, imam dalam teknologi, imam dalam seluruh bidang kehidupan.

9. Menjalin Silaturahmi dan Komunikasi

Dalam Isra mikraj nabi Muhammad berjumpa dengan nabi-nabi yang lain seeprti nabi Adam, nabi Isa, Yahya, Idris, Yusuf, Harun, Musa, Ibrahim. Ini memberikan pelajaran kepada kita untuk tetap menjalin kemunikasid an silaturahmi dengan semua orang. Walaupun nabi Muhammad menjadi imam dan penghulu semua nabi, tetapi dia tetap menghargai nabi-nabi yang lain, dan tetap berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan mereka semua.


10. Konsultasi dengan yang berpengalaman.

Nabi Muhammad setelah menerima perintah shalat berkonsultasi dengan nmabi Musa sebab nabi Musa lebih dahulu berpengalaman dengan umatnya, dan nabi Muhammad menerima arahan dan nasehat dari nabi Musa. Beliau tidak berkomunikasid engan nabi Ibrahim yang berada di langit ke tujuh atetapi dengan nabi Musa sebab nabi Musa lebih banyak beropengalaman dengan masyarakat yang lebih degil seperti bani Israel.

11. Kebahagian bagi mereka yang berbuat baik

Dalam isra mikraj nabi diperlihatkan kepada ganjaran orang yang berbuat dalam jihad di jalan allah akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda baik di dunia dengan mendapat hasil tanaman berulang kali ataupun mendapat kebahagian di akhirat dengan kehidupan di dalam surga.

12. Kesengsaraan bagi mereka yang berbuat keji.

Dalam isra mikraj juga digambarkan bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan akan mendapatkan siksaan atas perbuatan yang dilakukannya, baik perbuatan yang berkaitan dengan ritual ibadah, seperti meninggalkan shalat, tidak berzakat, berzina, maupun dalam kejahatan dalam bidang sosial, seeprti memfitnah, mencaci, menghina, sombong dan lain sebagainya.

13. Tidak terpengaruh dengan godaan.

Dalam peristiwa isra mikraj juga dapat diambil pelajaran bahwa orang yang Berjaya di dunia dan diakhirat adalah mereka yang dapat mudah terpengaruh dengan godaan keimanan dan godaan nafsu keduniaan, sebagaimana digambarkan bagaimana nabi Muhammad tidak terpengaruh oleh seruan dari kiri dan kanan, dan perempuan yang cantik; tetapi nabi terus berjalan menuju tujuan.

14. Menjadikan shalat sebagai inti kehidupan.

Dalam isra mikraj nabi diwajibkan shalat dalam sehari semalam, sehingga segala kesibukan dunia, harus dapat ditujukan untuk penyembahan dan ibadah kepada Allah, sebabg itu shalat diwajibkandari pagi sampai malam dalam waktu yang berlainan, sehingga setiap saat manusia harus tetap berhubungan, berkonsultasi, memnita perlindungan, petunjuk daripada Allah. Kesibukan kerja, kehidupan dunia, tidak boleh melupoakan kewajiban kepada Allah, dan seluruh kekuasaan, kekayaan, harus dapat dapat menjadui ibadah kepada Allah, sebagaimana dicontohkan oleh nabi Daud, walaupundia menguasai dunia dengan teknologi besi, tetapi beliau meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah subhana wataala. Dengan shalat , maka manusia akan mencapai derajat tertinggi, sebagaimana disebutkan oleh hadis nabi “ shalat itu adalah mikraj bagi seorang mukmin “. Wallahu a’lam.

Kuala lumpur, Jumat, 26 rajab 1428/10 ogos 2007
Muhammad Arifin Ismail.
arifin_ismail@yahoo.com.
www.arifinismail.blogspot.com.





Thursday, August 2, 2007

Meluruskan Makna Tasawuf


“ Dan sesungguhnya pada sisi Allah mereka termasuk orang pilihan (dengan kesucian diri ) yang paling baik “ ( Surah Shaad/38 : 47 ).

Banyak orang melihat bahwa tasawuf adalah amalan tarekat dengan zikir-zikir tertentu, sehingga tasawuf sering disalahpahami sebagai mengikuti ajaran tarekat, dan mefeka yang tidak bertarekat kepada Imam tertentu dianggap tidak bertasawuf. Lebih-lebih lagi seorang wali dianggap orang yang mempunyai kelebihan tertentu,walaupun wali tersebut tidak menjalankan hukum Allah, padahal seorang wali bukanlah orang yang mempunyai kelebihan tetapi orang yang selalu suci kepada Allah dalam ilmu, dalam setiap keadaan, dengan menjaga hukum Allah, menjaga akhlak, dan hati. Secara bahasa tasawuf berasal dari asal kata “Safa” yang berarti suci. Safa dalam arti suci maksudnya adalah terbebas daripada sesuatu yang kotor atau tidak bersih, maka safa maksudnya adalah sesuatu yang terpilih dengan kesucian daripada yang lain. Orang yang bersifat safa tersebut dinamakan dengan sufi, yaitu orang yangselalu dalam keadaan suci, baik suci dalam keilmuan, suci dalam setiap keadaan, dan suci dalam mengadakan hubungan dengan Allah subhana wataala. Ibnu Qayim al Jauzi membagi safa dan tasawuf ( kesuxcian) dalam tiga bentuk :

1. Tasawuf dalam ilmu pengetahuan.

Ilmu yang suci ( ilmu tasawuf ) adalah ilmu yang dapat membimbing orang yang mempunyai ilmu kepada menncapai tujuan mendekatkan diri kepada Allah, yaitu ilmu yang bersumber daripada ilmu yang dibawa dan disampaikan oleh Rasulullah saw. Seorang ulamai tasawu dari Baghdad, Al Juneid berkata : “ilmu kami berkaitan erat dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah. Sesiapa yang tidak menghafal daripada ayat-ayat Al Quran dan tidak berdasarkan daripada hadis-hadis nabi dan tidak memahami (tafaqquh) dalam hukum-hukum syariat, maka orang itu tidak boleh diikuti “. Ulama tasawuf yang lain, Nasr al Abadi berkata : “ Golongan sufi adalah kelompok yang mengikuti Kitabullah dan Sunnah rasulullah, meninggalkan keinginan diri sendiri dan sesuatu yang bid’ah(sesuatu yang tidak berasaskan kepada dalil syariat), mengikuti orang-orang salaf ( ulama terdahulu ), meninggalkan bid’ah yang diciptakan oleh orang lain, dan tetap istiqamah atas apa yang pernah dilalui dan dilakukan oleh ulama terdahulu “. Syekh sufi Sulaiman Darani juga berkata : “Sesungguhnya engkau akan menjalani titik-titik perjalanan suatu kaum, maka janganlah engkau terima setiap perjalanan itu kecuali jika sesuatu itu mempunyai dalil yang jelas daripada kitab dan sunnah.

Dalam Al Quran disebutkan : “ janganlah kamu berdiri dibelakang sesuatu yang tidak mempunyai ilmu “ ( Surah al Isra/17 : 36 ). Orang dzalim adalah orang yang mengikuti sesuatu tanpa berdasarkan kepada ilmu “ bahkan mereka mengikuti orang dzalim dengan hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan “ ( Surah Rum/30: 29 ). Ilmu harus berdasarkan kepada sesuatu kebenaran berdasarkan nash yang jelas bukan kepada sangkaan “ Apakah kamu tidak melihat orang yang mengambil hawa nafsu sebagai tuhan dan disesatkan oleh ilmu pengetahuan mereka “ ( Surah al jasiyah/45 : 23 ) “ Tidaklah mereka itu berasaskan kepada ilmu tetapi mereka itu hanya berasaskan kepada sangkaan dan dugaan “ ( Surah alJasiyah/45:24).

Oleh sebab itu ulama menetapkan bahwa rujukan ilmu dalam islam adalah merujuk dan berasaskan kepada Al Quran, Sunnah, Ijma ( persetujuan sahabat/ulama )dan Qiyas ( analogi ). Ijma dijadikan rujukan sebab ada hadis yang menyatakan bahwa umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan: “ Tidak akan bersepakan umatku atas kesesatan dan tangan Allah diatas jamaah “ ( hadis sahih riwayat Tirmidzi ). Qiyas merupakan dalil hukum sebab ada hadis Rasulullah kepada Muadz bin Jabal “ wahai Muadz, bagaimana nanti engkau memutuskan suatu perkara? Muadz menjawab : Aku akan putuskan sesuatu dengan Al Quran. Rasul bertanya lagi, bagaimana jika tidak engkau dapatkan di dalam Al Quran? Muadz menjawab : Aku akan putuskan dengan Sunnah rasulullah. Rasul bertanya lagi : bagaimana jika engkau tidak daptkan dalam Sunnah? Muadz menjawab ; Dengan : Aku berijtihad dengan akal. Rasul segera menepuk dada Muadz dan berkata Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepadanya sesuatu yang disetujui oleh rasulNya “ ( hadis sahih riwayat Ahmad, Abu daud dan Tirmidzi ).

2.Tasawuf (safa) dalam keadaan.

Tasawuf atau Safa dalam keadaan adalah hasil daripada kesucian dalam keilmuan. Tasawuf dalam keadaan maksudnya adalah terpeliharanya hati dalam melakukan sesuatu amal perbuatan. Dimanapun seorang hamba berada, dalam keadaan apapun , maka dirinya tetap bersih dan suci dari kemaksiatan, kekafiran, kemusyrikan, kemunafikan, dan sifat-sifat tercela. Inilah keadaan orang yang sufi, bukan hanya dalam ibadah, tetapi sufi dalam ekonomi, dalam budaya, dalam politik, dalam berkeluarga, dalam bermasyarakat. Keadaan ini dapat tercapai dengan cara :

a. Mengetahui sumber ilmu yang benar ( tasawuf dalam ilmu) sehingga menimbulkan keyakinan dalam beramal, bukan hanya beramal dengan ikut-ikutan atau hanya dengan sangkaan. Keyakinan tersebut akan membuat hamba berusaha tetap menjalan perintah Allah dan menjauhi laranganNya ( hukum SYARIAT ) dengan penuh kesadaran.Oleh sebab itus eorang sufi adalah orang yang selalu menalankan syariat.

b. Merasakan kelezatan dan manisnya amal berbuatan, sehingga membuatnya tetap istiqamah umtuk tetap beramal dalam keadaan susah dan senang, baik dikala seorang diri maupun bersama orang lain, diwaktu miskin atau kaya. Hal ini akan membuat seorang hamba akan tetap dalam jalan menuju Allah. Inilah yang dimaksud dengan tarekat ( Jalan = THARIQAT ), yaitu cara hidup dengan menjalankan semua perintah dan larangan Allah dengan penuh keghairahan dan kecintaan.

c. Terciptanya keadaan diri yang suci dalam hati, ibadah, akhlak dan tindakan, baik kepada Allah melalui amal ibadah maupun dalam hubungan dan pelayanan kepada manusia dan alam semesta. Keadaan diri dalam kesucian baik dalam ibadah kepada Allah maupun dalam pelayanan kepada manusia dan alam, merupakan HAKIKAT penghambaan manusia dalam melaksanakan tugas hamba Allah (ibadah) dan tugas khalifah Allah di muka bumi.

3.Tasawuf dalam hubungan

Tasawuf dalam hubungan adalah sucinya dan tetapnya hubungan seorang hamba kepada Allah dalam setiap keadaan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan, dengan doa dan munajat, dengan cinta , dan ghairah, dengan harapan dan takut akan siksa(khauf), dengan menghilangkan keinginan diri , kecenderungan nafsu duniawi, dan hubungan ini tidak dapat diputuskan kecuali dengan kematian yang datang. Tasawuf hubungan juga menghubungkan diri dengan sifat dan asma ilahi, menghubungkan pikiran, perasaan, jiwa, keinginan dengan keridhaan Ilahi. Sesiapa yang beramal ibadah dengan kesucian hubungan tersebut tidak akan menuntut balasan atas amal ibadah sedikitpun sebab baginya beramal ibadah merupakan hak Allah dan kewajiban yang harus ditunaikan sebagai seorang hamba yang bersyukur kepada Allah. Itulah sebabnya nabi Muhammad sewaktu ditanya oleh Aisyah, mengapa Rasulullah melakukan shalat sedangkan dosa-dosanya telah diampukan oleh Allah, maka rasul menjawab bahwa beliau hanya ingin menjadi hamba yang bersyukur. Demikian juga sewaktu nabi berkata bahwa seseorang itu tidak akan dimasukkan surga dengan amalnya, tetapi dengan rahmat Allah kepadanya. Sahabat bertanya : Apakah rasulullah juga demikian? Rasul menjawab : “ Ya, walaupun aku sebagai rasul, maka aku juga dimasukkan ke dalam surga bukan karena amal ibadahku tetapi karena rahmat Allah kepadaku”.

Seorang yang bertasawuf adalah seorang hamba yang selalu bertaqarrub kepada Allah dan tetap dalam keadaan safa (suci ), baik dalam ilmu , suci dalam setiap keadaan, dan suci dalam hubungan kepadaNya; dan bagi mereka yang telah dapat melakukan tasawuf dalam ketiga hal tersebut biasanya disebut dengan “ sufi “ ( orang yang dalam keadaan suci ) dan ilmu untuk mencapai kesucian dalam ilmu, keadaan dan hubungan itulah yang disebut dengan ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mencapai kesucian diri dengan berpedoman kepada Syariat yang digariskan dalam Kitabullah dan Sunnah , serta dengan cara (thariqah/tarekat ) yang pernah dilakukan oleh rasul , sahabat dan tabiin, dan salihin, untuk mencapai hakikat penghambaan diri kepada Allah dalam menjalankan tugas ibadah khalifah. Imam Zakaria Anshari berkata : “ Syariat adalah mengenal jalan menuju Allah. Hakikat adalah mengekalkan penglihatan (istiqamah) kepada jalan menuju Allah, dan tarekat adalah menempuh jalan yang telah dibentangkan oleh syariat “. Oleh sebab itu Abu Yazid al Bustami berkata ; “Jika kamu melihat seorang yang mengaku wali yang dapat duduk bersila di atas udara, janganlah kamu terpedaya dengannya, sebelum kamu melihat bagaimana dia menjalankan syariat Allah, melaksanakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya “. Fa’tabiru ya Ulil albaab.