Pages

Thursday, June 11, 2009

ANAKKU SYURGAKU*



A. KONSEP ANAK DALAM AL QURAN

Dalam kitab suci Al Quran ada beberapa ayat yang berkaitan tentang kedudukan dan pentingnya anak dalam kehidupan manusia baik didunia maupun diakhirat. Ayat-ayat tersebut dapat memberikan kepada kita tentang gambaran bagaimana kita bersikap terhadap anak, sehingga sikap kita terhadap anak tersebut sesuai dengan pedoman al Quran. Diantara ayat-ayat yang berkaitan tentang anak adalah :

1. Perhiasan dan kekayaan dunia.

“ Harta kekayaan dan anak-anak adalah merupakan perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan “ ( QS. Al Kahfi/18: 46 ).

Dalam ayat ini anak disebut sebagai perhiasan kehidupan dunia. Perhiasan di dunia ini maksudnya adalah asset kehidupan manusia sebagaimana harta kekayaan. Jika asset anak ini dapat dipergunakan dengan cara yang baik, yaitu dengan cara memberikan pendidikan yang baik kepadanya, maka anak tersebut dapat menjadi asset yang kekal, asset pahala di akhirat dan juga dapat menjadi harapan bagi orangtua untuk melanjutkan kehidupan keluarga, sehingga anak merupakan penerus iman, penerus islam, dan penerus amal kabaikan. Anak dapat menjadi amal shaleh yang kekal bagi kedua orangtuanya sesuai dengan hadis nabi yang menyatakan bahwa : “ Jika seorang manusia meninggal dunia, akan terputus amalnya kecuali tiga yaitu : Anak shaleh yang mendoakannya, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah “.( hadis riwayat Muslim )

Ulama Islam terkemuka, Imam Al-Ghazali ( wafat tahun ) dalam kitab Ihya ulumuddin menyatakan : “ Anak itu adalah amanah pada kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang amat berharga, halus, kosong dari semua ukiran dangambaran. Ia menerima untuk semua yang diukirkan, dan condong kepada semuayang dicondongkan kepadanya. Kalau anak itu membiasakan kebaikan dan mengetahui kebaikan,niscaya ia akan tumbuh di atas kebaikan. Ia berbahagia di dunia dan di akhirat. Ibu bapanya, semua guru dan pendidiknya, sama-sama berkongsi pada pahala anak itu “. ( Ihya ulumuddin,jilid 2, hal. ). Hal ini sesuai dengan hadis nabi Muhammad saw : “ Setiap anak dilahirkan dalam fitrah yang suci. Maka orangtuanya yang menjadikannya menjadi seorang yahudi,atau nasrani atau majusi “. Dari hadis ini dapat dilihat bahwa peranan orangtua sangtat besar dalam mendidik anaknya sehingga keimanan dan kekafiran sianak tergantung daripada bagaimana orangtuanya mendidikanaknya diwaktu kecil.

2. Penyejuk mata hati.

“ Dan ( Ibadurahman ) adalah mereka yang berkata : "Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan yang menyenangkan hati kami, dan Jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa “ ( QS. Al Furqan/25 : 25 ).

Anak yang saleh, merupakan penyejuk hati bagi kedua ibupa. Saleh dalam urusan dunia menjadi penyejuk mata di dunia, sedangkan saleh dalam urusan akhirat menjadi penyejuk mata di akhirat kelak, malahan seorang doa seorang anak dapat menaikkan tingkatan surga bagi kedua orangtuanya sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis :

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derjat dan kedudukan hamba yang saleh di dalam surga, maka hamba itu bertanya : Ya Tuhanku, darimana aku mendapatkan kedudukan yang mulia ini ? Allah berfirman : engkau mendapatkan kedudukan ini disebabkan oleh istighfar ( doa meminta ampun ) yang dilakukan oleh anakmuuntukmu dahulu “ .Hadis riwayat Ahmad. ( lihat Ibnu Kasir, Nihayah filfitan wal Malahim, hal. 408).

Prestasi anak hasil didikan orangtua baik di dunia dan diakhirat tersebut dapat dilihat dan diukur jika anak tersebut dapat menjadi imam, pemimpin bagi orang yang bertaqwa, pemimpin di dunia. Prestasi dan kepenmimpinan didunia tersebut jika dilaksanakan sesuai dengan konsep keislaman, akan menjadi asset bagi kepemimpinan di akhirat.

3. Pewaris kepemimpinan.

Allah berfirman ( kepada nabi Ibrahim ) : "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: " Dan bagaimana dengan anak dan keturunanku nanti ? ". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". ( QS. AlBaqarah/2 : 124 )

Prestasi kepemimpinan tersebut hanya dapat diraih jika si anak diajar, dididik,dan dilatih untuk memiliki syarat-syarat kepemimpinan seperti iman, ilmu, akhlak,. Kepemimpinnan tidak akan diberikan kepada anak yang tidak memilikis syarat. Oleh sebab itu jika sorangtua menginginkan agar anaknya dapat mewariskan kepemimpinan dunia, maka dia harus berikhtiar memberikan nilai-nilai kepemimpinan tersebut kepada anaknya sebagai generasi penerus.

Sudah menjadi sunatullah, setiap bangsa yang maju akan mendidik generasi selanjutnya dengan nilai-nilai kepemimpinan sehingga kepemimpinan bangsa terwsebut tetap berkelanjutan. Dahulu, bangsa Romawi mendidik anak – anak mereka menjadi anak yang kuat dan berilmu sehinga mereka menjadi gererasi yang kuat. Bangsa Jepang setelah kalah dalam perang dunia kedua, kembali mendidik generasi bangsanya untuk menjadi pemimpin dunia. Hari ini bangsa yahudi juga mendidik generasi mereka sejak dalam kandungan untuk menguasai dunia, sehingga menjadi generasi yang berprestasi.( silakan baca artikel Why the Jews so smart oleh Dr. Stephen Carr Leon). Mengapa mereka berbuat demikian ? Karena mereka sadar bahwa kepemimpinan itu tidak diwariskan tetapi diupayakan dengan pendidikan yang terbaik sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat bahwa Allah tidak akan memberi kepemimpinan kepada generasi yang dzalim, yaitu generasiyang tidak memiliki syarat-syarat kepemimpinan.

4. Ujian kehidupan ( Fitnah )

“ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar “ ( QS. Taghabun /64 : 15 )

Oleh sebab itu, orangtua yang memiliki anak selalu didalam ujian kehidupan, yaitu apakah orangtua dapat lulus dalam mendidik anaknya sehingga anaknya dapat mewariskan kepemimpinan tersebut atau orangtua tersebut gagal dalam mendidik anaknya sehingga kepemimpinan di masa akan dating terlepas dari keturunannya, sehingga anak tidak menjadi imam, tetapi menjadi pengikut kepada oranglain (makmum) dalam kehidupan di masa mendatang. Jika lulus maka anak dapat menjadi asset kehidupan dunia - akhirat dan menjadi pewaris kepemimpinan. Jika orangua lulus ujian tersebut maka orangtua mendapatkan pahala mendidik dan juga mendapat bagian dari pahala perbuatan anak di masa mendatang, sehingga anak menjadi jariyah bagi kedua orangtuanya.

Imam Ghazali menyatakan dalam kitab Ihya menyatakan : “ Jika orangtua membiasakan kejahatan dan mensia-siakan anaknya seperti mensia-siakan binatang ternak, niscaya anak itu akan celaka dan binasa. Dan dosa itu adalah pada leher orang yang mengurusnya dan walinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah : “ Hai orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka “ ( QS. At tahrim ; 6 ). Oleh sebab itu orangtua sangat berperan utama dalam memelihara dan menjaga anaknya daripada neraka dunia, dan menjaga anak daripada neraka akhirat harus mendapat perhatian lebih utama daripada menjaga mereka daripada masuk dalam neraka dunia. ( Ihya Ulumudin, jilid 2 hal. )

5. Dapat menjadi musuh dalam menjalankan agama

“ Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ ( QS. At Taghabun/64 : 14 ).

Jika orangtyua gagal dalam mendidik anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi musuh bagi orangtua tersebut, sebab kegagalan itu memberikan dampak dosa bagi orangtuanya di akhirat kelak, dan juga merupakan cela dan kehinaan baginya di dunia disebabkan oleh kejahatan yang dibuat anaknya dimasa mendatang.

Tetapi jika orangtua dapat mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik, maka si anak akan menjadi penyejuk hati, menjadi penolong dan asset pahala di akhirat nanti.


6. Aset doa dan pahala.

“ Maka dia ( nabi Sulaiman ) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar ) perkataan semut itu. dan kemudian dia ( Sulaiman a.s. ) berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" ( QS. An Naml/27 : 19 ).

Jika orangtuanya berhasil dalam mendidik anaknya, maka anak yang saleh akan tetap mengenang jasa orangtuanya dalam setiap kenikmatan yang dirasakannya sehinnga dia tidak pernah lupa untuk mendoakan kedua orangtuanya tersebut. Pendidikan yang baik itu dapat menjadikan si anak nanti termasuk kelompok orang yang saleh baik didunia maupun di akhirat kelak.

Malahan orangtua yang mendidik anak itu akan kembali berjumpa dengan anaknya di dalam surga kelak, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Quran :
“ dan orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka tersebut dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. ( QS. At Thur : 21 )

Ibnu Abbas dalam tafsirnya menyatakan bahwa maksud dari ayat ini adalah : “ Jika anak-anak orang yang beriman mati dalam keadaan iman sedangkan kedudukan ayah mereka lebih tinggi daripada kedudukan mereka, maka nanti di sdalam surga anak-anak tersebut akan dikumpulkan dengan orangtua mereka, tanpa mengurangi sedikitpun daripada pahala amalan mereka “. Thabrani meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa rasulullah saw bersabda : “ Jika seseorang itu masuk kedalam surga, maka diaa akan bertanya tentang kedua orangtuanya dan isterinya, dan anak-anaknya, maka Allah berkata kepadanya : Mereka itu tidak mendapat kedudukan yang sama dengankedudukanmu, maka orang itu akan berkata kepada Allah : Wahai Tuhanku, saya telah berbuat amal kebaikan itu bagi diriku danjuga untuk mereka, maka Allah memerintahkannya untuk menjumpai mereka “. Hadis riwayat Thabrani.( IbnuKastir, al Nihayah, hal. 406 )


7. Melahirkan generasi penerus.


“ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri" ( Qs. Ahqaf /46 : 15 )

Susunan doa dalam dua ayat diatas ( Surah An naml : 19 dan surah al Ahqaf : 15 ) hampuir bersamaan, hanya saja dalam surat ahqaf diatas ada kata-kata “ Wa aslih fi dzurriyati “yang bermakna : “ Dan perbaikilah anak keturunanku “. Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang baik dan lengkap dari orangtua tersebut berkesan kepada anaknya, sehingga si anak setelah menjadi orangtua anntiakan menerapkan pendidikan yang sama kepada anak-anak keturunannya. Anak mempunyai kecenderungan mencontoh bagaimana orangtuanya mendidik dirinya diwaktu kecil dahulu, oleh sebab itu setiap orangtua harus dapat menberikan pendidikan yang baik dan itu dapat menjadi amal jariyah dalam mendidik. Sebaliknya jika orangtua salah dalam mendidik, maka itu juga dapat dicontoh ole anak-anaknya sehingga akan menjadi dosa yang berkelanjutan. Jika demikian , maka orangtua harus segera memperbaiki diri dengan bertobat atas segala kesilapan dalam mendidik anak-anaknya.

B. MATERI PENDIDIKAN ANAK DALAM ALQURAN

Untuk mencapai konsepanaksebagaimanayang dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut diatas, maka Al Quran juga memberikangambaran tentang materi yang perlu diberikan kepada anak sehingga anak dapatb menjadi penyejuk hai dan pemimpin orang yang bertaqwa.

1. Pendidikan tauhid dan keimanan,

” dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". ( QS.Lukman/31:13)

Pendidikan pertama dalam al Quran adalah pendidikan tauhid, sehingga si anak nanti tidak berbuat syirik kepada Allah. Anak harus dibekali dengan ilmu tauhid, pengenalan kepada Tuhanyang mencipta alam, mencipta dirinya dan mengatur seluruh kehidupan. Rasuluylah saw bersabda dalam sebuah hadis : Bukakanlah ucapan pertama dari mulut anakmukalimat tauhid ” Tiada tuhan selain Allah ”, danajarkanlah mereka sebelum mereka meninggal dunia kalimat ” Tiada tuhan selain Allah ”. Hal ini sangat penting sebab ketauhidan seseorang merupakan faktor utama bagi kehidupan seseorang.

2. Pengenalan kehidupan

” dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. ( QS. Lukman/31:14)

Dalam ayat ini Al Quran menganjurkan agar si anak dikenalkan kepada kehidupan sehingga dia mengetahui siapakah orangtuanya yang telah melahirkan, membesarkannya dengan bersusah payah. Dengan demikian diharapkan sianak agar selalu bersyukur dengan segala kenikmatan yang dia terima. Hal ini juga boleh dikatakan bahwa orangtua sepatutnya memberikan kesadaran kepada anaknya bahwa semua kenikmatan hidup seperti air, makanan, dan lain sebagainya adalah pemberian Tuhan, sehingga sudah sepatutnya sebagai manusia kita bersyukur kepadaNya dan kepada manusia yang ikut andil dalam kehidupan.

3. Bergaul dengan cara yang baik.

” dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( QS. Lukman : 15 ).

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa si anak wajib dididik agar dapat bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, apalagi dengan orangtua dan keluarganya sendiri , malahan jika orangtua itu tidak sejalan dengan anak, maka tidak boleh memutuskan hubungan dan komunikasi. Selanjutnya anak juga harus pandai dalam mencari kawan yaitu mereka yang dapat membimbingnya ke kehidupan yang benar dan lebih baik.

4. Pengenalan tentang Hari Pembalasan.

(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. ( QS. Lukman: 16 )

Dari ayat diatas dapat dilihat seorang anak harus diberikan pengetahuan tentang adanya pembalasan di akhirat nanti, sebab dalam kehidupan ini ada Tuhan Dzat Yang Maha Kuasa, sehingga segala sesuatu apakah itu perbuatan yang baik atau buruk, semuanya akan dibalas, dantidak ada seorangpun manusia akan terlepas dari pembalasan tersebut. Pengetahuan tentang pembalasan ini merupakan dasar bagi motivasi untuk berbuat baik kepada semua orang, dan merupakan landasan iman dalam kehidupan.

5. Pengenalan ibadah dan ilmu syariat

” Wahai anakku, dirikanlah shalat ”.( QS. Lukman : 17)

Setelah manusia mengenal Tuhannya, dan mengenal kehidupan baik melalui kenikmatan yang didapat dan hubungan kemanusiaan dengan yang lain, serta mengetahui adanya pembalasan atas segala perbuatan, barulah si anak diperintahkan untuk melaksanakan ibadah shalat. Ibadah adalah lambang dari pengenalan terhadap segala hukum-hukum fiqih ibadah, dan juga kepada fiqih yang lain seperti fiqih munakahat ( kekeluargaan ), fiqih perniagaan dan ain sebagainya. Pengenalan ini agar si anak mengetahui mana yang haram, dan mana hal yang halal. Halal danHaram inibukan hanya terbatas kepada ibadah ritual juga, tetapi dalam hal-hal yang lain.

6. Mengenalkan kebaikan dan keburukan

” dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar ”. ( Qs. Klukman : 17 )

Setelah iabadh shalat, sianak dididik untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga si anak dapat ter[pelihara dari apa saja yang dapat memberikan pengaruh negatif dan buruk kepada hidupnya. Si Anak bukansaja dikenalkan terhadap kebaikan dan keburukan, malahan sianak dilatih untuk berani menyuruh untuk melakukan kebaikan, dan juga berani untuk mereka yang melakukan kejahatan.

7. Kesabaran dan ketabahan

” dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” ( QS. Lukman : 17 )

Anak juga dilatih untuk bersabar dalam setiap musibah, dan tabah dalammenghadapisetiap tantangan kehidupan, dapat memecahkan problematika kehidupan dengan penuh hikmah dan bijaksana.

8. Membuang rasa ego dan sombong

Ÿ
” dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ” ( QS;Lukman : 18 )

Asnak juga dididiik agar tidak menjadi orang yang ego, individualis dan sombong, dia juga hidup bersama orang lain baik di rumah, di sekolah, di masyarakat dan didunia.Oleh sebab itu dia tidak boleh menyombongkan dirinya sebab setiap keberhasilan yang dicapai oelh seorang anaktidak terlepas dari perbuatan orang lain terhadap kita.

9. Membuang sikap mewah.


”dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” ( QS.Lukman : 19 ).

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa seorang anak juga harus dididik dan dilatih agar tidak menampakkan kemewahan diri, keluarga sehingga membuat anak menjadi merasa sombong; tetapianak dilatih untuk menjadi manusia yang sederhana. Kesederhaan itu bukanhanya dalam kebendaan juga di dalam bersuara, berkata-kata, dan lain sebagainya.


Dari ayat-ayat diatas kita melihat bahwa materi pendidikan tersebut merupakan materi pendidikan kepemimpinan sehingga sianak dilatih untuk dapat meningkatkan seluruh kemampuan dalam multi-intelegensia, hanya saja yang dilatih bukan kepada kemapuan operasional ( technikal skill) saja , tetapi lebih banyak kepada kemampuan mengatur dan menghadapi kehidupan (living-skill) yang berlandaskan kepada nilai-nilaitauhid, dan landasan syariat sehingga si anak dapat menjadi pemimpin ( imam ) baik dalam kehidupan yang bersifat sementara di duniayang fana maupun dalamkehidupan yang kekal. Wallau Alam. ( Muhammad Arifin Ismail )
*Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Anakku Syurgaku, di Medan pada 30 Mei 2009.

PENDIDIKAN AGAMA USIA DINI


“ jagalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka “ (Qs. Tahrim : 6)

Ada seorang laki-laki datng kepada Rasululah berkata : Ya Rasulullah beri aku sebuah nasehat. Nabi bersabda : Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimana saja kamu berada. Orang itu berkata : “ Tambah lagi nasehatnya ya rasulullah. Nabi meneruskan : Ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya yang baik akan menghapuskan yang buruk “. Orang itu berkata lagi : Tambahkan lagi ya Rasulullah. Nabi melanjutkan : " Berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik " Hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar . Dalam hadis yang lain diriwayatkan bahwa ada seorang sahabat berkata kepada Rasulullah : " Ya Rasulullah, ada seorang wanita , dia berpuasa di siang hari dan berdiri mengerjakan shalat tahajud di malam hari, tetapi akhlaknya sangat buruk, sebab dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. Mendengar perkataan sahabat itu, Rasulullah saw bersabda : ' Tidak ada kebaikan pada wanita tersebut, dan dia nanti termasuk penghuni api neraka " Hadis riwayat Imam Ahmad dan Hakim dari Abu Hurairah. Seorang sahabat bertanya kepada rasulullah : Wahai Rasulullah, orang beriman yang manakah yang paling utama imannya.? Rasulullah saw menjawab : Orang yang paling baik akhlaknya ". Hadis riwayat Abu daud dan Tirmidzi daripada Abu Hurairah.

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa pengajaran agama bertujuan untuk membentuk akhlak, sehingga segala perintah dan larangan agama bertujuan untuk membentuk akhlak. Anas bin Malik berkata ; " Bahwa seseorang itu akan sampai ke tingkat yang tertinggi di dalam surga disebabkan dengan kebagusan akhlaknya walaupun ia seorang yang tidak banyak ibadahnya. Dan akan sampai ke tingkat yang paling rendah dalam neraka jahannam disebabkan keburukan akhlaknya walaupun ia seorang yang banyak ibadahnya " Seorang ulama tasauf, Al Junaid berkata : " Empat perkara mengangkat seorang hamba kepada derajat yang paling tinggi, walaupun amalan ibadahnya dan ilmu pengetahuannya sedikit yaitu : lemah lembut, rendah hati, murah hati, dan akhlak yang baik, dan itulah kesempurnaan iman ".

Kitab suci Al Quran diturunkan sebagai pedoman manusia agar mempunyai akhlak yang mulia. Tugas Rasul untuk menyempurnakan akhlak tersebut dinyatakan dalam sebuah hadis : " Sesungguhnya aku ini diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia ". Oleh sebab itu akhl;ak rasul merupakan contoh bagi pelaksanaan Al Quran sehingga Allah sendiri telah memuji tentang kebaikan akhlak Rasulullah saw dengan firmanNya " Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) mempunyai akhlak yang mulia ". ( Q.S. Al Qalam : 4 ). Kitab suci Al Quran juga adalah materi pelajaran pertama yang diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabat-sahabat beliau di rumah Arqam bin Abi Arqam. Tetapi Rasulullah mengajarkan Al Quran bukan hanya dengan membaca, dan menghafal tetapi juga menerangkan cara mempraktekkan ayat tersebut sehingga sahabat berkata : " Jika kami mempelajari sepuluh ayat, maka kami tidak menambah ayat yang lain sebelum kami dapat mengamalkan ayat yang telah kami pelajari tersebut '. Mengajarkan ayat-ayat Al Quran harus bersamaan dengan mengajarkan cara hidup Rasuolullah, oleh sebab itu Ibnu Masud berkata bahwa ; " Kami para sahabat mengajarkan anak-anak kami cerita dan kisah-kisah kehidupan nabi Muhammad sebagaimana kami mengajarkan mereka untuk membaca dan menghafal Al Quran ".

Demikian juga dalam sejarah perjalanan sahabat kita lihat bahwa kitab Al Quran diajarkan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada si anak akan konsep tauhid aplikatif sehingga Allah bukan saja diyakini sebagai Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta tetapi juga seseorang harus dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap sisi kehidupan sehingga kita akan selalu berada dibawah pengawasannya, sebagaimana sabda nabi mepada Ibnu Abbas : wahai anak, peliharalah Allah niscaya Allah akan memelihara engkau ". Tauhid aplikatif ini akan membentuk menusia mempunyai akhlak yang mulia.

Inilah juga yang dipelajari oleh ulama terdahulu sebagaimana kisah seorang ulama sufi, Sahal bin Abdullah Tusturi yang berkata : Sewaktu aku berumur tiga tahun, aku bangun pada suatu malam dan melihat pamanku Muhammad bin Suwar melakukan shalat tahajud. Kemudian pada suatu hari dia berkata kepadaku : " Wahai sahal, Tidakkah engkau mengingat Allah yang menjadikan engkau ? " Kemudian aku bertanya : Bagaimanakah caranya agar aku selalu mengingatNya? Pamanku menjawab : " Katakanlah dalam hatimu, ketika kamu akan tidur, sebanyak tiga kali, tanpa menggerakkan lidahmu : “ Allahu Ma'iy…Allahu Nadzirun ilayya…Allahu Syahidi ( artinya : " Allah bersamaku, Allah melihat kepadaku, Allah menyksikan segala perbuatanku ") Sahal melanjutkan : " Aku lakukan apa yang disuruhnya , dan aku ceritakan kepada pamanku bahwa aku telah membacanya. Pamanku berkata : coba engkau baca lagi tujuh kali ". Aku lakukan dan pamanku tak lama berkata lagi : Bacalah setiap malam sebelas kali..Aku tetap melakukan demikian sampai aku mendapatkan kemanisan iman dalam hatiku. Pamanku berkata : " wahai sahal , barangsiapa yang merasa Allah selalu bersamanya, selalu melihatnya, selalu menyaksikan apa saja yang dilakukannya, mungkinkah dia melakukan maksiat ?

Pembentukan keimanan dan akhlak sejak usia dini sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari rumah dengan mengajarkan ayat-ayat Al Quran dan nilai-nilai tauhid sejak dini, sehinga hal itu dapat menjadi filter kehidupan sewaktu mereka masuk ke alam remaja. Dilanjutkan dengan tersedianya madrasah diniyah ditengah masyarakat, sehingga setiap anak muslim wajib masuk madrasah diniyah sehingga sewaktu dia baligh, system pendidikan telah membentuk dia memiliki agama yang kuiat. Jika ada wajib belajar bagi anak bangsa, mengapa tidak ada wajib agama bagi anak muslim sebelumusia baligh?

Baru-baru ini menteri Agama telah mencadangkan tahun 2009 sebagai Tahun pendidikan agama usia dini. Program ini semoga tidak hanya menjadi slogan tanpa aksi, tetapi sepatutnya menjadi gerakan dari rumah ke rumah, masjid ke masjid. Program di rumah dengan menggalakkan kembali membaca al Quran, membuiat programm-program tivi sarat dengan nilai-nilai agama untuk anak usia dini. Sebagai contoh, di televise negara jiran ada pelajaran membaca al Quran, ada lagi program belajar tajwid, ada lagi program melagukan al Quran, sehingga anak-anak yang tidak sempat ke madrasah masih mendapatkan pelajaran tersebut memalui tivi.

Dulu sewaktu anak-anak masuk sekolah dasar di pagi hari, maka hamper dapat dipastikan di sore harinya anak-anak tersebut akan mengikuti pendidikan madrasah diniyah ( seratus persen agama ) sehingga sewaktu anak berusia dua belas tahun, maka dia tamat sekolah dasar dan waktu yang sama tamat madrasah diniyah. Pada saat sekarang ini sangat disayangkan banyak program sekolah umum sampai pukul tiga sore, ditambah lagi dengan les, dan bimbingan tes, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk belajar agama. Jika ada madrasah diniyah saat ini, maka kurikulum tidak seperti dahulu yang seratus persen agama tetapi telah bertukar menjadi tujuh puluh persen agama malahanada yang hanya tiga puluh persen. Jika ada yang masuk sekolah islam terpadu sampai sore, tetapi sdit tidak memberikan materi agama sebanyak yang diberikan oleh madrasah diniyah dahulu. Akibatnya muatan agama yang dimiliki anak pada hari ini sangatlah minim. Oleh sebab itu bagaimana mungkin seorang anak akan mendapat pendidikan agama yang lengkap jika lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan masjid tidak memberikan agama dalam kehidupannya.

Sudah waktunya setiap orangtua berpikir bahwa pendidikan agama adalah fardhu ain, sedangkan pendidikan umum merupakan fardhu kifayah. Maksudnya perhatian orangtua kepada pelajaran dan pendidikan agama lebih utama daripada perhatian kepada masalah akademik. Sehingga jika seandainya anak tidak sempat masuk kemadrasah disebabkan kesibukan sekolah atau les, maka orangtrua perlu berinisiatif bagaimana mendatangkan guru ke rumahnya untuk mengajarkan anak fardhu ain, seperti tauhid, ibadah dan akhlak. Jika orangtua berani membayar guru lue private bahasa inggeris, matematika sampai les piano dan lain sebagainya, maka orangtua muslim sepatutnya biasa mendatangkan guru ke rumahnya untuyk belajar mengaji bukan hanya alquran,tetapi juga ilmu-ilmu islam yang lain. Semoga pencadangan tahun pendidikan usia dini dilanjutkan dengan program terpadu, sehingga kita dapat menyiapkan generasi yang tangguh di masa mendatang. Jangan anak kita mendengar azan hanya pada waktu lahir ke dunia,sedangkan setelah itu lebih banyak dia mendengar nyanyian yang tidak bermakna. Fa’tabiru ya ulil albab.

KEBANGKITAN NASIONAL : ANTARA BOEDI OETOMO DAN SYAREKAT ISLAM


Hari kebangkitan Nasional selama ini selalu dihubungkan dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Sebenarnya organisasi Boedi Oetama bukanlah organiasi kebangsaan pertama di Indonesia. Boedi Oetomo didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. Boedi Oetomo pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.
Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, Boedi Oetomo menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat Boedi Oetomo membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.
Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar Boedi Oetomo tertulis bahwa “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan Boedi Oetomo yang, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.
Noto Soeroto, salah seorang tokoh Boedi Oetomo, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya… Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ”
Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik Boedi Oetomo di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” ( Majalah Al-Lisan nomor 24, 1938)
Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota Boedi Oetomo yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan Boedi Oetomo yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan perkauman sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja, sehingga hal itu telah mengecewakan dua tokoh besar Boedi Oetomo sendiri, yaitu Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya keluar dari organisasi tersebut.
Bukan itu saja,. ketua pertama Boedi Oetomo yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895. Sekretaris Boedi Oetomo (1916), yang bernama Boediardjo, juga seorang Mason ( anggota free Masonary) yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.
Dari fakta sejarah diatas, maka “Boedi Otomo sebenarnya tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan Boedi Oetomo tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. Boedi Oetomo adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” demikian dinyatakan oleh KH. Firdaus AN dalam bukunya yang berjudul : Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa”.
Boedi Oetomo bukanlah organisasi pertama yang lahir di bumi Indonesia,sebab tiga tahun sebelum Beodi Oetomo dibentuk, seorang pengusaha batik kota Solo bernama Haji Samanhudi bersama kawan-kawan pengusaha batik mendirikan Syarikat Dagang Islam di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. Pada tahun 1912 organisasi ini mengadakan rapat dan merubah nama organisasi menjadi Syarekat Islam danmenetapkan pembentukan Pengurus Besar dengan cabang-cabangnya di seluruh Indonesia. Dalam rapat tersebut juga disepakati bahwa organisasi akan melakukan beberapa usaha yaitu (1) Meningkatkan usaha perekonomian bangsa Indonesia (2) Memajukan pendidikan dan mencerdaskan bangsa Indonesia (3) Melaksanakan ajaran Islam secara penuh (4) Menghilangkan segala bentuk khurafat di dalam pengertian agama islam.
Berbeda dengan Boedi Oetomo yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat Syarekat Islam lebih nasionalis. Keanggotaan Syarekat Islam terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.
Syarekat Islam bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya,sedangkan Boedi Oetomo bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar Boedi Oetomo Pasal 2). Syarekat Islam bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia, sedangkan Boedi Oetomo besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,
Dalam setiap rapat organisasi, Syarekat Islam memakai bahasa Indonesia baik dalam anggaran dasar maupun dalamrapat organisasi sebab anggota dan pengurus yang hadir dari seluruh daerah di Indonesia, sedangkan anggaran dasar Beodi Oetomo berbahasa Belanda.
Syarekat Islam bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda,sedangkan Beodi Oetomo bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda, Dalam sikap terhadap agama ,Syarekat Islam membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya, sedangkan Beodi Oetomo bersikap anti Islam dan anti Arab ( dibenarknan oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman )
Syarekat Islam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan, sedangkan Boedi Oetomo tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,
Lebih daripada itu, anggota dan tokoh Syerekat Islam banyak yang ditangkap dan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan ada anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,sebab melawan penjajah Belanda, sedangkan anggota Boedi Oetomo tidak ada yang ditangkap Belanda, apalagi ditembak dan dibuang ke Digul, Syarekat Islam bersifat kerakyatan dan kebangsaan, sedangkan Boedi Oetomo bersifat feodal dan keningratan,Syarekat Islam berjuang melawan arus penjajahan, sedangkan Boedi Oetomo menurutkan kemauan aruspenjajahan, Syarekat Islam lahir 3 tahun sebelum Beodi Oetomo yakni 16 Oktober 1905, sedangkan Boedi Oetomo baru lahir pada 20 Mei 1908.
Dari perbandingan diatas dapat kita lihat bahwa sebenarnya Hari Kebangkitan Nasional sebenarnya pada tanggal 16 Oktober. Sudah sewajarnya bangsa Indonesia jujur dengan sejarah , sebab dengan diangkatnya Boedi Oetomo berarti telah menyingkirkan peranan umat islam dalam kebangkitannasional, padahal sejarah Syarekat islam sebagai bukti bahwa umat islam adalah umat yang aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. ( Buletin Jumat ISTAID - Medan, Muhammad Arifin Ismail, 19 Mei 2009 ).