Pages

Thursday, April 19, 2018

STRATEGI KEMENANGAN THALUT







  • Setelah nabi Musa meninggal dunia di dalam perjalanan menuju negeri yang dijanjikan, yaitu negeri Palestina, maka perjalanan dilanjutkan oleh Samuel, salah seorang nabi dari Bani Israel. Setelah sampai di Palestina, mereka menjadi perhatian penduduk yang terdiri dari bangsa palestina, penduduk asli di Palestina, dan penduduk pendatang yang terdiri dari bangsa Amaliqah dan Aramiyin. Dalam waktu itu peperangan selalu terjadi antara suku bangsa tersebut dan kemenangan dan kekalahan saling terus berganti. Sepeninggal nabi Musa, Bani Israel tidak memiliki pemimpin, dan kekuasaan dibawah Raja Thalut dari bangsa Palestina. Keadaan tersebut membuat beberapa pemuda Bani Israel datang kepada Nabi Samuel yang mengenal baik atak kaumnya berkata bahwa walaupun nanti ada pemimpin, kalian tetap saja tidak mau berbuat membantu pemimpin tersebut untuk melakukan peperangan melawan musuh. Mereka menjawab : “ Tidak demikian, jika nanti ada pemimpin, maka kami akan maju berperang bersamanya untuk melaan musuh, asalkan kami dapat pemimpin yang handal, berani, dan berwibawa, dan segala perintahnya akan kami hormati “. Samuel berkata : Jika demikian, aku akan beristikharah bermunajat kepada Allah, agar kita dapat seorang pemimpin yang berani dan berwibawa “. Dalam istikharahnya, Allah memberikan petunjuk kepadanya agar memilih Thalut sebagai pemimpin Bani Israel. Nabi Sameul belum pernah bertemu Thalut, hanya saja  Allah telah memberikan gambaran kepadanya dalam mimpi.
    Thalut adalah anak seorang petani diantara Bani Israel. Pada suatu hari keledai milik keluarganya tersesat, sehingga Thalut diperintahkan untuk mencarinya. Setelah penat mencari, berkata kawannya kepada Thalut : “ sekarang kita berada di dekat Samuel, maka mari kita bertanya kepadanya mungkin dia mengetahui keledai kita “. Setelah berjumpa dengan Samuel, maka Samuel berkata dalam hatinya, pemuda ini seperti yang dimimpikan Allah kepadanya. Setelah mereka bertanya tentang keledai yang sesat, maka Samuel berkata : “ Tidak usah khawatir, keledai itu akan kembali kepada pemiliknya, sedang masalah yang lebih penting sekarang ini bahwa Bani Israel tidak memiliki pemimpin. Setelah aku beristikharah, maka Allah telah memilih engkau, Thalut untuk menjadi raja Bani Israel “. Thalut berkata : “ Bagaimana aku menjadi raja Bani Israel, sedangkan aku ini hanya seorang anak desa dari seorang petani dan pengembala yang terasing dari keturunan Bunyamin “. Samuel berkata : Inilah kehendak Allah, dan Allah lebih tahu kepada siapa diletakkan amanah ini “. Samuel segera mengumpulkan Bani Israel dan berkata : Inilah Thalut, raja dan pemimpin kamu yang telah dipilihkan Allah untuk Bani Israel “. Bani Israel sangat terkejut dengan pilihan tersebut dan berkata : “ Bagaimana seorang seperti Thalut yang miskin, berasal dari kampung dan tidak dikenal seperti ini dapat menjadi raja kami ? Dalam al Quran dinyatakan : “ Mereka menjawab : bagaimana dia mendapat kuasa untuk menjadi raja kami, sedangkan dia tidak memeiliki harta kekayaan, maka kami sebenarnya lebih berhak untuk itu “ ( QS. Al Baqarah : 247 ).

    Samuel menjawab : “ Masalah mengurus kerajaan dan menjadi panglima perang itu tidak memerlukan kekayaan dan kebangsawanan. Kepemimpinan itu hanya memerlukan kecakapan, kebijaksanaan, kecerdasan berpikir, dan kecekatan dalam bertindak. Sifat-sifat ini ada dalam diri Thalut disamping dia memiliki badan yang kuat, ilmu yang luas dan ketampanan wajah. Inilah plihan Allah untuk kamu sekalian, dan tidak patutlah kamu memilih setelah Allah menjatuhkan pilihannya kepadanya “. Dalam al Qur’an dinyatakan : “ Nabi mereka berkata : “ Sesungguhnya Allah telah memilihnya mejadi raja kamu, karena dia telah mengaruniakan kepadanya ilmu pengetahuan dan kegagahan badan “ ( QS. al Baqarah : 247 ).
    Tugas pertama yan dilakukan Thalut adalah menyusun kekuatan dengan menghimpun para pemuda dan orang yang masih memiliki kekuatan untuk menjadi tentara yang kuat dalam menghadapi serangan musuh. Thalut menyusun ketentaraannya dari orang yang kuat, tidak memiliki tanggungan keluarga, tidak memiliki ikatan dalam perniagaan, sehingga dapat memusatkan pikirannya dalam menghadapi kekuatan lawan.  Untuk itu Thalut harus menguji bagaimana kekuatan dan ketabahan prajurit ketenteraannya tersebut dalam disiplin. Thalut berkata : “ Kamu dalam perjalanan di bawah terik matahari dan nanti disana terdapat sungai, maka siapa diantara kamu yang meminum air sunagi tersebut, maka dia bukan prajuritku, kecuali dia meminum dengan seciduk tangan untukmembasahi tengorokannya saja “. Dalam al Quran peristiwa ini dinyatakan dalam ayat 249 dari surah al Baqarah. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa pasukan Thalut berjumlah 80 ribu orang, dan prajurit yang minum sebanyak 76 ribu orang, dan prajurit yang lulus dari ujian disiplin dengan meminum segenggam air sebanyak 4 ribu orang”. Terbukti prajurit yang minum kemudian berkata kepada Thalut : “ Pada hari ini kami tidak berdaya menentang Jalut dan kaan-kawannya “ ( QS. al Baqarah : 249 ).
    Thalut dengan pasukan yang kecil terus berjalan menuju medan tempur sambil berdoa : “ Ya Allah, berikanlah kepada kami ketabahan, dan teguhkanlah kaki-kaki kami serta berilah kemenangan kepadakami dalam menghadapi orang yang kafir “ ( QS.al Baqarah : 20 ). Setelah tiba di medan perang, Thalut melihat pasukan musuh lebih besar, sehingga dapat melemahkan semangat perajuritnya dalam medan perang. Untuk itu, Thalut segera memberikan motivasi kepada tenteranya, sambil berkata : “ Siapa yang dapat mengalahkan Jalut, maka akan saya kawinkan dengan anak perempuanku dan aku akan jadikan dia kaan dekat dalam memimpin kerajaan “.
    Setelah pasukan Thalut berhadapan dengan pasukan Jalut, maka Jalut dengan badan yang kokoh, dan peralatan perang yang lengkap dengan pedang, panah, baju besi dan perisai yang menutupi dadanya segera berteriak dengan suara yang lantang mengajak pasukan musuh untuk bertarung terlebih dahulu satu lawan satu. Berulang kali ajakan tersebut dilantangkan, taka da seorangpun yang menjawab tantangan, sehingga seorang anak muda menyatakan siap melayani tantangan tersebut. Anak muda itu memang terkenal dengan lemparan batu dari lastik yang selalu dibawanya kemana-mana. Thalut meminta Daud untuk memakai pedang, baju besi dan perisai dalam berduel, tetapi Daud menolak itu dengan alasan barang-barang itu akan memberatkannya, sehingga dia hanya memilih memakai tongkat dan lastik dengan batu-batu sahaja sebagai bekal dalam menghadapi perang tersebut. Memang pada awalnya, daud diizinkan orangtuanya untuk ikut pasukan perang bukan untuk berperang, tetapi untuk membantu kedua abangnya yang ikut dalam peperangan, sekiranga abangnya memerlukan bantuan dalam peperangan tersebut.
    Thalut bertanya : “ Bagaimana engkau dapat bertarung dengan Jalut, jika hanya mengandalkan tongkat, lastik dan batu “. Daud menjawab : “ Aku yakin bahwa Allah Taala akan melindungiku dari pedang dan panah Jalut “. Jalut maju ke medan tempur, dan Daud juga bersiap sedia untuk menghadapi serangan. Sebelum sempat Jalut menyerangnya, maka Daud segera mengeluarkan batu dari sakunya, dan melempar batu tersebut dengan lastik, sehingga terkena dahi Jalut diikuti dengan lemparan batu yang kedua dan ketiga. Akhirnya Jalut yang gagah perkasa itu jatuh ambruk ketanah, tewas terkena lemparan batu dari lastik seorang anak muda yang bernama Daud “. Dengan tewasnya Jalut, maka pasukan Thalut menjadi pemenang, disebabkan pertolongan Allah melalui keberanian Daud   dengan lemparan lastiknya.
    Jumlah yang banyak dari pasukan Jalut, tidak dapat menjadi factor utama dalam mencapai kemenangan, sehingga pasukan yang kecil dari tentara Thalut dapat mengalahkan mereka, apalagi setelah kita melihat kisah diatas, diantara pasukan yang kecil tersebut, terdapat seorang pemuda yang merupakan penentu kemenangan pasukan Thalut melawan pasukan Jalut. Pasukan yang kecil itu telah terpilih dalam disiplin dengan ujian meminum air danau sedikit sebanyak air dalam genggaman, yang membuktikan ketaatan dan disiplin diri, dibandingkan mereka pasukan yang meminum dengan banyak sehingga tidak lulus dalam disiplin. Kemenagan Daud melawan Jalut di lemparan batu dari lastik dengan lemparan yang tepat terkena sasaran yang tepat di atas wajah. Ini semua merupakan jalan mencapai takdir kemenangan yang Allah berikan kepada pasukan Thalut. Keimanan yang kokoh kepada Allah yang diaplikasikan dengan  disiplin diri, keberanian, ketabahan ditambah dengan kesungguhan, dan strategi yang tepat, di aktu yang tepat, itu menjadi sunatullah kemenangan, sehingga pasukan yang sedikit, berani dan melakukan serangan dengan strategik tersebut merupakan syarat untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam mencapai kemenangan. Kemeanga pasukan yang kecil tersebut dinyatakan dalam al Quran: “ Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit itu dapat mengalahkan golongan yang banyak denga izin Allah, dan Allah bersama orang-orang yang sabar “ ( QS. Al Baqarah : 249 ). Keimanan kepada pertolongan Allah, yang dibuktikan dalam kualitas pasukan yang dibentuk dalam ketaatan dan disiplin, keberanian jia dan ketabahan atas ujian, strategi serangan, menjadi syaarat suatu kemenangan, semoga umat Muhammad dapat menjadi pasukan Thalut yang terpilih dalam menghadapi ujian, dan memiliki keberanian serta strategi yang tepat sebagaimana nabi Daud, dalam menghadapi setiap keadaan yang memerlukan pengorbanan. Benarlah Kalam Ilahi “ Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit itu dapat mengalahkan golongan yang banyak denga izin Allah, dan Allah bersama orang-orang yang sabar “ ( QS. Al Baqarah : 249 ). Fa'tabiru Ya Ulil Albab










No comments:

Post a Comment