Pages

Monday, October 21, 2013

Kalimat Allah dan Pluralisme Agama*

1. Nama Allah dalam Islam. Allah adalah nama Tuhan yang mulia ( ismul Jalalah ) dengan sifat-sifat yang sempurna, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab suci AlQuran. Oleh sebab itu lafadz Allah adalah bersifat qadim dan azali, sebab nama Allah tidak dapat dipisahkan daripada Dzat Allah. Dzat Allah bersifat qadim, maka nama Allah juga bersifat Qadim, dan azaliy. Oleh sebab nama Allah itu bersifat qadim, dan azaliy maka lafaz Allah bukanlah lafadz dari bahasa manusia, berarti Lafaz ”Allah” juga bukan berasal dari bahasa Arab disebabkan : 1. Nabi Adam dan nabi-nabi sebelum orang arab seperti nabi Nuh, Nabi Idris, Hud, Saleh, Ibrahim menyebut Tuhan mereka dengan nama Allah. 2. Lafadz Allah tidak memiliki akar kata ( root word ) dalam bahasa Arab, oleh sebab itu lafadz Allah bukan berasal bahasa arab. 3. Tuhan dalam bahasa Arab disebut dengan ” ilah ” ( god ) dan jika dalam bentuk khas disebut dengan ” al -Ilah ” ( The God ). 2. Nama Allah dalam pandangan Barat Dalam pandangan Barat, nama Allah adalah berasal dari bahasa Arab, malahan jauh sebelum bangsa Arab, yaitu dari bahasa Semitis dan Aramaic ( bahasa syria kuno ) sebagaimana dinyatakan dalam Ensyclopaedia of Britanica dan Ensyclopaedia of Islam. "Etymologically, the name Allah is probably a contraction of the Arabic al-Ilah, "the God." The name's origin can be traced back to the earliest Semitic writings in which the word for god was Il or El, the latter being an Old Testament synonim for Yahweh. Allah is the standard Arabic word for "God" and is used by Arab Christians as well as by Muslims." ( “ Allah” dalam Encyclopaedia Britanica ) ” ALLAH, was known to the Pre-Islamic Arabs, he was one of the Meccan deities, possibly the supreme diety and certainly a creator God. He was already known, by antonomasia, as the God, al-Ilah ( the most likely etymology; another suggestion is the Aramaic Alaha ). ( Encyclopaedia of Islam. Volume I, E,J.Brill, hal. 406 ) 2. Konsep Nama Tuhan dalam Islam. Menurut konsep Islam nama Allah disebutkan oleh Tuhan sendiri, bukan buatan manusia sebagaimana firman Allah dalam surah Taha (20) : 14 إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدۡنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِڪۡرِىٓ ” Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku ”.( QS.Taha : 14 ) Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nama ”Allah” itu disebutkan oleh Tuhan sendiri ” Sesungguhnya Aku ini adalah Allah , tiada tuhan selain Aku ”, sebab hanya Tuhan yang mengetahui namanya sendiri, dan nama Tuhan itu diinformasikan kepada mansuia melalui wahyu yang diberikan kepada nabi dan nrasulNya. Berarti nama Allah bukan nama yang diciptakan oleh manusia atau nabi tetapi nama yang disebutkan oleh Tuhan itu sendiri. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dalam konsep agama Islam, nama Tuhan bukanlah ciptaan manusia, tetapi nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri untuk dirinya sendiri dan tidak dapat dipisahkan daripada DzatNya sehingga dinamakan dengan ”Lafdzul Jalalah ”. 3. Nama Tuhan bagi orang kafir. Sedangkan dalam konsep orang kafir, namakan Tuhan mereka berikan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal ini dinyatakan Allah dalam firmanNya : مَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِهِۦۤ إِلَّآ أَسۡمَآءً۬ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُڪُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِہَا مِن سُلۡطَـٰنٍ‌ۚ إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِ‌ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ‌ۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ” Kamu tidak menyembah tuhan selain Allah kecuali hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu buat dan reka sendiri. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Sesungguhnya keputusan (untuk membuat nama tuhan itu ) hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."( Surah Yusuf/12 : 40 ). Dari ayat ini dapat dismpulkan bahwa orang kafir itumembuat nama-nama tuhan sesuai dengan rekaan mereka sendiri, keputusan tentang nama Tuhan itu hanya dari Allah, dan manusia tidak berhak membuat nama Tuhan. إِنۡ هِىَ إِلَّآ أَسۡمَآءٌ۬ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِہَا مِن سُلۡطَـٰنٍ‌ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُ‌ۖ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّہِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ “ Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu buat sendiri; Allah tidak pernah menurunkan suatu keteranganpun (untuk menyembah nama-nama yang kamu buat itu).Sesungguhnya mereka itu hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka sahaja dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka ”.(Surah an Najm/53 : 23 ). Dari ayat ini disimpulkan bahwa orang kafir membuat nama tuhan mereka berdasarkan kepada keinginan hawa nafsu mereka, sehingga nama-nama itu dapat berubah-rubah sesuai dengan keinginan mereka. أَتُجَـٰدِلُونَنِى فِىٓ أَسۡمَآءٍ۬ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّا نَزَّلَ ٱللَّهُ بِہَا مِن سُلۡطَـٰنٍ۬‌ۚ فَٱنتَظِرُوٓاْ إِنِّى مَعَڪُم مِّنَ ٱلۡمُنتَظِرِينَ ” Apakah kamu sekalian hendak berbantah-bantah dengan Aku tentang nama-nama tuhan yang kamu beserta nenek moyangmu telah berikan, Padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan keputusannya untuk itu ? Maka tunggulah (azab itu), Sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu" ” ( Surah al A’raf/7 : 71 ) Dalam ayat ini Allah melarang kita untuk berbantah-bantah tentang nama Tuhan, sebab nama Tuhan yang sebenarnya itu datang dari Tuhan bukan dibuat-buat oleh manusia. Dan jika kita mempermainkan nama Tuhan maka Allah akan menurunkan azabNya. Oleh sebab itu dalam konsep orang kafir, nama tuhan adalah buatan manusia itu sendiri. Itulah sebabnya mereka menganggap bahwa kalimat Allah juga merupakan nama tuhan dalam Islam yang berasal dari bahasa Arab. 4. Lafadz Allah meliputi Tuhan sebagai rabb ( Tuhan yang mengatur alam ) dan Tuhan yang disembah ( Ilah ), dan Tuhan yang memiliki nama dan sifat yang mulia ( Asmaul Husna). إِنَّ هَـٰذَا لَهُوَ ٱلۡقَصَصُ ٱلۡحَقُّ‌ۚ وَمَا مِنۡ إِلَـٰهٍ إِلَّا ٱللَّهُ‌ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ Surah Ali Imran : 62. ” Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ”. Dalam ayat diatas, dinyatakan bahwa tiada Ilah yang sebenarnya kecuali Allah, berarti sewaktu seseorang menyebutkan lafaz Allah, maka lafadz itu menyatakan Allah sebagai Ilah, Tuhan yang disembah. ذَٲلِڪُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ‌ۖ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۖ خَـٰلِقُ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ فَٱعۡبُدُوهُ‌ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ وَڪِيلٌ۬ Surah al An’am : 102. (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu ”. Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa Allah itu sebagai Rabb, Tuan pengatur seluruh alam. Bermakna sewaktu seseorang menyebut Allah, maka lafadz Allah itu juga menyatakan Allah sebagai Rabb. ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ Surah Taha /20 : 8. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik) “. Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa Allah sebagai Ilah tersebut memiliki nama-nama yang mulia. Berarti jika menyebut lafadz Allah, maka di dalam lafadz Allah tersebut mengandungi semua nama-nama Asmaul Husna. هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۖ عَـٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ‌ۖ هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ٱلرَّحِيمُ (٢٢) هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَڪَبِّرُ‌ۚ سُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِڪُونَ (٢٣) هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَـٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُ‌ۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ‌ۚ يُسَبِّحُ لَهُ ۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ Surah al Hasyr : 22-24. : “ Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (22) Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (23) Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (24) Dalam ayat diatas, dinyatakan bahwa Allah itu sebagai pencipta, dan Dia memiliki Asmaul Husna. Oleh sebab itu dalam lafadz Allah itu meliputi makna Allah sebagai Ilah, Rabb yang memiliki Asmaul Husna, sehingga Alla sebagai Rabb tidak dapat dipisahkan dengan Allah sebagai Ilah, yang memiliki Asmaul Husa. 5. Nama Allah yang disebutkan oleh orang kafir dalam Al Quran bukan Allah dalam konsep sebagai Rabb dan Ilah, tetapi Allah sebagai Rabb sahaja, yang mereka pisahkan dari Tuhan sebagai Ilah. Oleh sebab itu walaupun mereka sebut lafadz Allah, sebenarnya mereka itu tidak menyembah Allah. وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ Surah al Ankabut/29 : 61. dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). Dalam ayat ini Allah memberikan komen di akhir ayat , sehingga seakan-akan Allah menyatakan jika mereka itu menyebut nama Allah sebagi tuhan pencipta langit dan bumi, mengapa mereka tidak menyembah Allah, mengapa mereka berpaling dari menyembah Allah ? وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ مَوۡتِهَا لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ‌ۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ Surah al Ankabut/29 : 63. dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak berpikir.” Dalam ayat diatas dinyatakan bahwa walaupun mereka mengatakan bahwa Allah sebagi tuhan yang menurunkan hujan daripada langit, tapi sebenarnya mereka itu tidak berpikir, sebab apa yang mereka sembah bukan tuhan yang mereka sebut. وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ‌ۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ Surah Lukman/31 : 25. dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dari ayat diatas disimpulkan bahwa walaupun orang kafir itu menyatakan bahwa Allah sebagai pencipta langit dan bumi, tetapi sebenarnya itu bukan berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar, mereka hanya mempermainkan nama Tuhan, sebab mereka sendiri tidak menyembah Allah yang mereka sebut. وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۚ قُلۡ أَفَرَءَيۡتُم مَّا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنۡ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلۡ هُنَّ كَـٰشِفَـٰتُ ضُرِّهِۦۤ أَوۡ أَرَادَنِى بِرَحۡمَةٍ هَلۡ هُنَّ مُمۡسِكَـٰتُ رَحۡمَتِهِۦ‌ۚ قُلۡ حَسۡبِىَ ٱللَّهُ‌ۖ عَلَيۡهِ يَتَوَڪَّلُ ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ Surah az Zumar /39 : 38. Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: Apakah kamu tidak memikirkan apa yang kamu seru selain Allah, padahal jika Allah mendatangkan kemudharatan, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. Dalam ayat ini jelas Allah menyatakan bahwa walaupun mereka sebut Allah sebagi tuhan pencipta langit dan bumi, tetapi sebenarnya mereka itu tidak memikirkan apa yang mereka sebut itu, sebab mereka tidak menyembah Allah, tetapi menyembah tuhan selain Allah, padahal tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberikan manfaat dan mencegah mudharat. وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ (٨٧) وَقِيلِهِۦ يَـٰرَبِّ إِنَّ هَـٰٓؤُلَآءِ قَوۡمٌ۬ لَّا يُؤۡمِنُونَ (٨٨) فَٱصۡفَحۡ عَنۡہُمۡ وَقُلۡ سَلَـٰمٌ۬‌ۚ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ (٨٩) Surah Zukhruf/43 : 87-89:. “ Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan [dari menyembah Allah]?, (87) dan [Allah mengetahui] ucapan Muhammad: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman". (88) Maka berpalinglah [hai Muhammad] dari mereka dan katakanlah: "Salam [selamat tinggal]." Kelak mereka akan mengetahui [nasib mereka yang buruk]. (89) Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa “ Allah “ yang disebutkan oleh orang kafir bukan Allah dalam konsep yang dipahami oleh orang Islam sebagai Tuhan yang disembah dan Tuhan Pencipta Alam, dan di akhir semua ayat Allah memberikan komentar : “ dan bagaimana mereka dapat dipalingkan dari jalan sebenar “ ( Ankabut : 61 ), “ Dan mereka tidak memahaminya “ ( Ankabut : 63 ), “ Dan mereka tidak mengetahui “ ( Lukman : 25 ), “ tetapi apakah kamu memperhatikan mengapa kamu menyembah selain Allah “ ( Zumar : 38 ), Dan Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dai menyembah Allah “ ( Zukhruf : 87 ). Dari keterangan diatas kita tidak dapat mengambil kesimpulan bahwa nama Allah itu adalah Allah yang dimaksudkan oleh orang Islam, sebab mereka hanya menyebutkan Allah sebagai pengatur alam bukan Tuhan yang disembah ( mereka memisahkan antara Tuhan pengatur alam dan Tuhan yang disembah, sedangkan dalam islam Tuhan Pengatur alam tidak dapat dipisahkan dari Tuhan yang disembah ). Ayat-ayat ini hanya menceritakan perkataan mereka yang mempermainkan nama Allah, ayat ini tidak memberikan keterangan bahwa Allah membolehkan mereka untuk menyebut nama Allah, sebab mereka telah meletakkan nama Allah bukan pada tempatnya. Oleh karena itu Allah memberikan komentar dalam setiap ayat bahwa mereka itu tidak mengetahui dan memahami apa yang mereka ucapkan 6. Kalimah Allah bagi masyarakat Arab Jahiliyah. Kalimat Allah dibawa kepada bangsa Arab oleh nabi Ibrahim sebab beliau mendirikan Ka’bah sebagai rumah Allah ( rumah untuk menyembah Allah ), dan nama Allah dikenal oleh orang Arab dengan agama tauhid yang diajarkan oleh nabi Ibahim dan Ismail kepada anak keturunannya. Setelah meninggal nabi Ismail, pemahaman agama semakin berkurang, sebab tidak ada nabi dari kalangan orang Arab antara nabi Ismail sampai kepada nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu pemahaman agama bangsa Arab berubah dari agama tauhid menjadi agama penyembah berhala ( jahiliyah ). Walaupun demikian, nama Allah masih berkembang dalam bahasa mereka, walaupun mereka tidak lagi mengetahui tentang konsep Tuhan Allah yang sebenarnya. Malahan mereka membuat nama Allah menjadi nama salah satu patung berhala yang ada disamping Ka’bah. ” Adapun status ketuhanan sekalian berhala dengan tidak membedakan bentuk, bahan, dan besar kcilnya, dalam pengetahuan orang arab jahiliyah patung itu semua adalah perantara antara mereka dengan Tuhan yang lebih besar, yang mereka tidak kenal bagaimana besarnya, walaupun diantara lisan mereka ada tersebut selalu kalimat Allah yang sebetulnya hanya satu kalimat yang tinggal rasamnya, tetapi tidak dikenal lagi isinya “ ( Zainal Arifin , Sejarah Perjuangan Nabi Muhammad, jilid 1, hal. 220 ). Sebab itulah nama Allah yang disebutkan oleh masyarakat jahiliyah bukan Allah dalam konsep yang dipahami oleh agama Islam. Oleh sebab itu alasan bahwa orang jahiliyah dulu pernah memakai kalimat Allah tidak dapat dijadikan dasar hukum, sebab Allah itu dalam bahasa arab yang berkembang bukan Allah dalam definisi Tuhan yang dianggap sebagai Rabb dan Ilah dalam agama Islam. 7. Fatwa Kebangsaan Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan bersidang kali ke-82 pada 5-7 Mei 2008 memutuskan “ Muzakarah bersetuju memutuskan bahawa lafaz Allah merupakan kalimah suci yang khusus bagi agama dan umat Islam dan tidak boleh digunakan atau disamakan dengan agama-agama bukan Islam yang lain. Oleh karena itu wajib bagi umat Islam menjaganya dengan cara yang terbaik dan sekiranya terdapat unsure-unsur penghinaan atau penyalahgunaan terhadap kalimah tersebut, maka ia perlu disekat mengikut peruntukan undang-undang yang telah termaktub dalam Perlembagaan Persekutuan “. 8. Penolakan kristiani Belanda terhadap pemakaian kalimat Allah. Dutch bishop: Call God ‘Allah’ to ease relations (Associated Press Aug.15,2007) AMSTERDAM - A Roman Catholic Bishop in the Netherlands has proposed people of all faiths refer to God as Allah to foster understanding, stoking an already heated debate on religious tolerance in a country with one million Muslims. Bishop Tiny Muskens, from the southern diocese of Breda, told Dutch television on Monday that God did not mind what he was named and that in Indonesia, where Muskens spent eight years, priests used the word "Allah" while celebrating Mass. "Allah is a very beautiful word for God. Shouldn't we all say that from now on we will name God Allah? ... What does God care what we call him? It is our problem." A survey in the Netherlands' biggest-selling newspaper De Telegraaf on Wednesday found 92 percent of the more than 4,000 people polled disagreed with the bishop's view, which also drew ridicule. "Sure. Lets call God Allah. Lets then call a church a mosque and pray five times a day. Ramadan sounds like fun," Welmoet Koppenhol wrote in a letter to the newspaper. Gerrit de Fijter, chairman of the Protestant Church in the Netherlands, told the paper he welcomed any attempt to "create more dialogue", but added: "Calling God 'Allah' does no justice to Western identity. I see no benefit in it." A spokesman from the union of Moroccan mosques in Amsterdam said Muslims had not asked for such a gesture.(www.msnbc.msn.com/id/20279326/ns/world_news-europe) 9. Kristian Indonesia menolak kalimah Allah untuk nama tuhan mereka. Di akhir tahun 1990-an, di Indonesia muncul kelompok yang memuja nama Yahweh (dalam huruf Ibrani disebut tetragrammaton yang terdiri dari 4 huruf bahasa Ibrani יהוה – YHVH). Pelopornya adalah dr. Suradi dari Yayasan Nehemia yang kemudian berlindung dibelakang nama organisasi Shiraathal Mustaqien dan lalu diganti dengan nama Bet Jeshua Hamasiah, Jakarta, dan mereka menerbitkan seri traktat berjudul Siapakah Yang Bernama Allah Itu? Pada prinsipnya kelompok ini berpendapat bahwa 'nama Allah' adalah nama dewa berhala Arab, atau tepatnya dewa bulan atau dewa air, karena itu haram disebut oleh umat Kristen dan harus dihapus dari dalam Alkitab terbitan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Akibat dari keyakinan ini maka kelompok ini kemudian menerbitkan Kitab Suci Torat dan Injil (Kitab Suci 2000) yang menggunakan terjemahan LAI sebagai dasar dan mengganti semua nama Tuhan dengan Eloim atau Yahwe, dan mengganti nama-nama menjadi nama Ibrani. Dua tahun kemudian terlihat ada kelompok yang mirip tetapi berjalan terpisah dan menamakan diri mereka sebagai Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh. Kelompok ini diilhami gerakan semacam dari Afrika Selatan dan Amerika Serikat, dan menyalahkan tradisi Yudaisme Orthodox, Septuaginta, dan Naskah PB Yunani Koine yang dianggap sudah menerjemahkan bahasa asli Alkitab yang dipercayai adalah bahasa Ibrani. Kelompok ini juga mengganti nama Tuhan dengan YAHWEH dan menerbitkan Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan pada tahun 2002. Kitab suci ini juga menghilangkan nama Allah dan menggantikannya dengan Tuhan dan nama TUHAN/Tuhan dengan YAHWEH. Ada juga Nafiri Yahshua Ministry yang menerbitkan traktat-traktat dan buletin dengan tokohnya Teguh Hindarto dan mendirikan Gereja Alkitab Injili Nusantara di Kebumen. Pada prinsipnya, pendapat mereka sama dengan yang di atas, yaitu bahwa nama Allah adalah nama berhala Arab dan harus disingkirkan dari Alkitab dan agar nama YAHWEH dan 'ELOHIM-lah yang digunakan. Menyinggung nama Allah, tidak bisa diabaikan adanya kelompok lain yang dipelopori Posma Situmorang yang menolak nama Allah yang dianggap nama berhala dan menekankan bahwa nama Bapa adalah Yesus, nama Anak adalah Yesus, dan nama Roh Kudus adalah Yesus juga. Yang menarik dari kelompok ini adalah bahwa kelompok ini menganggap bahwa nama YAHWEH sebenarnya adalah nama berhala juga! (sumber : situs sarapan pagi.com ) 10. KALIMAT ALLAH DAN SRATEGI KRISTIAN Dalam laman web thepeopleofthebook.org dinyatakan bahwa penggunaan kalimat Allah oleh umat kristen adalah merupakan strategy untuk mempengaruhi orang islam, sebagaimana mereka nyatakan : “ The People of the Book is taking an "insider approach" to working with Muslims. This means that we do not want to harshly extract them from their family and culture. We want them to come to saving faith in Christ, but stay inside their culture to be able to share Christ with family, friends and the rest of the Muslim world. We do not, of course, approve of any form of syncretism. If we desire to have an effective ministry to Muslims, we must, in a sense, become as a Muslim to the Muslim world. The goal is to share the Gospel in a way that it can be understood and embraced by them with all their heart and mind. If we do not spend time with them, living among them, how will they ever see the Gospel being lived out in real life? John Gilchrist makes the following comments in his book” Communicating the Gospel to Muslims” : "When Christians take a traditional evangelical line of approach, simply setting Jesus forth as the Lord and Saviour of all men, Muslims find security in dismissing the message as simply an exposition of Christian doctrine and belief, and they comfort themselves by resting in the doctrines and tenets of Islam instead. We need to penetrate, we need to challenge the Muslims where they are and stimulate a process of reflection by presenting the Gospel against their own background, against the Muslims' own views of Jesus and the prophetic history leading up to him. Not only so but, as we have seen in the example of Paul, we have a clear Biblical sanction for quoting their own scriptures to make our message relevant. Paul did this with telling effect in Athens by quoting Greek poets and it is quite amazing to behold how, by quoting passages from the Qur'an as well as the Bible, a Christian can make the Gospel message thoroughly relevant to a Muslim. I intend to give numerous practical examples later in this book, but let it suffice for the moment to say that we have, here, a clear Biblical authority for this method." ( part B - The Biblical Approach to Muslims section 3 - Paul's preaching at Athens and Corinth) Mr. Gilchrist adds the following comment in section 4 - Becoming a Muslim to the Muslims: "What, then, is the Biblical approach to Muslims in the light of this method into which the great apostle allows us to enter? It is simply this - in the same way that he became as a Jew to the Jews, so each of us must become as a Muslim to the Muslims. We must discover the beliefs of the Muslims, their view of prophetic history, their assessment of Jesus Christ, and their overall religious perception of life, and present the Gospel against that background. Samuel Zwemer, one of the most famous missionaries to Muslims, sums this up perfectly in saying: 'We must become Moslems to the Moslem if we would gain them for Christ. We must do this in the Pauline sense, without compromise, but with self-sacrificing sympathy and unselfish love. The Christian missionary should first of all thoroughly know the religion of the people among whom he labours; ignorance of the Koran, the traditions, the life of Mohammed, the Moslem conception of Christ, social beliefs and prejudices of Mohammedans, which are the result of their religion, - ignorance of these is the chief difficulty in work for Moslems. ( Zwemer, The Moslem Christ, p. 183).'" We believe that it can be very effective to use the Quran as a tool to share concepts that are familiar and acceptable to Muslims, and that support Biblical principles. There are many concepts that are very compatible with the Bible and there are other Quranic teachings that may actually be misunderstood by Christians and Muslims. Of course, the Holy Bible is the only and complete authority for everything pertaining to doctrine and lifestyle. We believe that it is perfectly acceptable to use the name Allah, both in the Bible that we use to minister to Muslims, as well as materials that we distribute. It is the translation of the word "God" in Arabic. Joshua Massey has written an excellent summary about this topic. This does not mean that Allah in the Qur'an is exactly the same as the God of the Bible. Pernyataan tokoh kristian Malaysia. Dalam Utusan Malaysia dibawah tajuk ” Lagi tokoh kristian gesa gugur kalimah Allah ”, tokoh Kristian Webley Disim, menyatakan bahwa kalimah Allah dipakai umat kristian dengan motif untuk menarik penganut Islam kepada Kristian ” Webley yang juga Naib Presiden Dewan Usahawan Bumiputera Malaysia mengakui, tindakan akhbar itu sememangnya mempunyai motif untuk menarik penganut Islam kepada Kristian. "Saya difahamkan oleh rakan-rakan dari Kuala Lumpur, tindakan akhbar itu adalah untuk menguji orang Melayu dan Islam, dengan menyatakan 'kita' menyembah tuhan yang sama iaitu Allah," katanya. Menurutnya, perbuatan tersebut akan mengelirukan umat Islam kerana Allah bagi penganut Islam dan Kristian adalah berbeza mengikut kepercayaan masing-masing. "Ini tidak baik, kenapa perlu menarik orang yang sudah beragama, sepatutnya kita (Kristian) menarik orang yang masih tiada agama seperti Orang Asli di Semenanjung atau Bumiputera di Sabah atau Sarawak," katanya. ( Utusan Malaysia 14 Januari 2010 ). 11. Kalimat Allah dan paham Pluralisma Agama. Menurut John Hick, Pluralisma agama adalah “ Suatu gagasan bahawa agama-agama besar dunia merupakan anggapan dan konsep yang berbeda tentang Yang Maha Agung, dan secara bertepatan merupakan respon yang majemuk terhadap Yang Nyata atau Yang Maha Agung dari dalam aturan budaya manusia yang berbagai bentuk dan bahwa transformasi wujud manusia dari suatu pemusatan menuju Hakikat yang terjadi secara nyata dalam setiap bentuk budaya tersebut dan dapat terjadi sejauh yang dapat dicermati sampai pada batas yang sama “( Pluralism is the view that the great world faiths embody different perceptions and conceptions of, and correspondingly different responses to, the Real or the Ultimate from within the major variant cultural ways of being human, and that within each of them the transformation of human existence from self-centredness to Reality centredness is manifestly taking palce-and taking so far as human observation can tell, to much the same exten “ ( Jhon Hick, An Interpretation of Religion : Human Responses to the Trancendent, MacMillan, London, 1991, hal. 36 ). Definisi diatas menjelaskan bahwa semua agama itu merupakan jalan yang berbeda tetapi semuanya menuju kepada Tuhan yang satu, Yang Nyata, Yang Maha Agung; sehingga walaupun setiap agama itu berbeda dalam melakukan respon, tetapi pada batas-batas tertentu setiap agama itu memiliki kesamaan dan kesatuan dengan agama yang lain. Tujuan utama paham pluralisma adalah menghilangkan sifat ekslusif umat beragama, khususnya islam. Artinya dengan paham ini umat Islam tidak lagi bersikap fanatic, merasa benar sendiri, dan menganggap agama lain itu salah, sehingga menurut John Hick, diantara prinsip pluralisma agama adalah menyatakan bahwa agama lain adalah sama-sama jalan yang benar menuju kebenaran yang sama “ Oter religions are equally valid ways to the same ways “. Paham pluralisma ini memiliki dua aliran yaitu aliran kesatuan transenden agama-agama ( transcendent unity of religion ) dan aliran teologi global ( global theology ). Diantara pendukung aliran kesatuan transenden agama-agama adalah Rene Guenon ( Abdul Wahid Yahya ), Frithjof Schoun ( Isa Nuruddin ), dan Husein Nasr. Sedangkan diantara pendukung Theologi Global adalah Wilfred Cantwel Smith dengan bukunya “ Toward A World Theology “, dan Hans Kung dengan buku “ Global Ethic “. Aliran Kesatuan transcendent agama-agama, memahami bahwa setiap agama memiliki nilai-nilai batin ( esoteric ) dan juga nilai-nilai zahir ( eksoteric ). Setiap agama hanya berbeda dalam nilai-nilai zahir sahaja, sedangkan dalam setiap agama itu akan mempunyai nilai-nilai esoteric yang sama sebab menuju kepada Tuhan yang sama. Bagi aliran ini, Tuhan itu satu untuk semua agama, hanya sahaja panggilan Tuhan itu dan bentuk penyembahan kepada tuhan itu berbeda bagi setiap agama. Walaupun berbeda, hakikatnya mereka menyembah tuhan yang sama. Oleh sebab itu pluralisma agama selain menyatakan bahwa semua agama itu benar, sebab semuanya menuju Tuhan yang satu, tetapi mereka juga akan membentuk konsep teologi yang sama ( Global Theology ) dengan memakai istilah agama yang sama ( seperti lafaz Allah untuk Tuhan, istilah shalat untuk sembayang, istilah syahadat untuk baptis, istilah muslim, istilah mukmin, dan lain sebagainya ) syariat yang sama, hukum fikah yang sama, ( sebagai contoh terbinya buku “ Fikah Lintas Agama “ di Indonesia ), sampai kepada pedoman akhlak dan etika yang sama ( global ethic ). Gerakan Pluralisme ini merupakan gerakan global sejak dibentuknya World’s Parliament of Religions di kota Chigaco tahun 1893, dengan keputusan bahwa agama-agama di dunia perlu menghilangkan bersatu dan perbedaan masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kedua di kota yang sama tahun 1993 dengan memperkenalkan konsep Global Theology dan Global Ethic, dilanjutkan dengan pertemuan ketiga tahun 1999 di Barcelona, Spain dan pertemuan selanjutnya tahun 2004 di Cape Town , Afrika selatan, dan pertemuan terakhir pada bulan Desember 2009 di Meulborne Australia. Dari kajian diaats dapat dilihat pluralisme merupakan cabaran terbesar bagi agama Islam, dan juga semua agama yang lain. Oleh sebab itu Majelis Agama Islam Indonesia dan Fatwa kebangsaan Malaysia sudah memutuskan bahwa paham pluralisma adalah pemahaman yang sesat dan bertentangan dengan akidah islam, bahkan dapat dilihat paham ini merupakan syirik kontemporeri. Wallahu A’lam. *Makalah disampaikan dalam prohram pemantapan fatwa Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia.

No comments:

Post a Comment