Pages

Sunday, November 4, 2012

Antara Takbir dan Talbiyah

“ Dan mengingat Allah itu lebih besar “ ( QS. Ankabut/29:45) Setiap hari raya baik itu idul fitri, maupun Idul Adha takbir dan tahmid menjadi sikap hidup msulim yang diucapkan dalam lafadz, diyakini dalam hati, dan diamalkan dalam perbuatan. Dengan melafazkan lafazd takbir lengkap tersebut berarti kita mulai segala aktivitas kehidupan dengan ucapan takbir “ Allahu Akbar “, agar kita dapat merasakan kehadiran Allah Yang Maha Kuasa dalam setiap sisi kehidupan. Dengan tahmid “ walillahilhamd “, kita menyatakan bahwa tiada kehidupan tanpa rahmat dan nikmat daripada Allah, sebab Allah sebagai “rabbul alamin “. Dengan takbir dan tahmid, kita mengakui bahwa tiada kehidupan yang kita nikmati tanpa rahmat dan karunia daripada Allah, dan dengan takbir kita siap menghadapi segala resiko dan tantangan sebab Allah akan bersama kita dimanapun kita berada, memberikan hidayahNya, pertolonganNya, dan taufiqNya.Tidak ada suatu gerakanpun did unia yang lepas dari kekuasaan Allah, dan bagaimanapun hebatnya otak manusia dan canggihnya teknologi tetap manusia tidak dapat lepas dari kuasa Allah. Allahu akbar walilahilhamd. Setelah kita meyakini bahwa kekuasan Allah yang tak dapat ditandingi walau dengan teknologi secanggih apapun, dan kemustahilan manusia untuk lepas dari rahmat dan nikmat Allah, barulah kita sadar dan insaf bahwa segala kenikmatan yang telah Allah berikan, segala kehidupan ini sepatutnya kita pergunakan hanya dengan tujuan beribadah kepadaNya. “ Laa Na’budu Illa Iyyah “,.Kami tidak menyembah selain kepada Allah, “ Walau karihal kafirun “, walaupun orang kafir, akan membenci kami akan mengatakan kami sebagai kolot, fundamentalis, teroris, dan lain sebagainya hanya disebabkan oleh iman kami, ibadah kami, keyakinan kami . Ini adalah sikap dan identitas seorang muslim. Sudahkah kita selama ini mempergunakan segala kenikmatan hidup kita untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Apakah akal dan ilmu pengatahuan yang telah diberikan kepada kita dipergunakan untuk beribadah kepadaNya, ataumenjadikan kita kafir kepadaNya sebab kita mengagungkan akal sehingga hukum Tuhan dirobah, sebagaimana dilakukan oleh kelompok Islam liberal dan lain sebagainya. Harta kekayaan diberikan agar kita dapat beribadah kepadaNya dengan infaq dan sedekah bukan untuk bersenang-senang memuaskan hawa nafsu di tempat-tempat maksiat. Kekuasaan yang diberikan sepatutnya dipergunakan untuk ibadah, menolong masyarakat, beramal jariyah bukan untuk menindas dan memeras rakyat, dengan melakukan kolusi, korupsi dan lain sebagainya. La Na’budu Illa Iyyah, Ya Tuhan , segala nikmatMu hanya untuk beribadah kepadaMu. Inilah makna daripada “ Labbaikallahumma Labbaik”…Ya Allah kami datang dengan segenap jiwa, harta, pangkat, kuasa, hanya untuk memenuhi panggilanMu, menjalankan perintahMu…”Laabbaika Laa Syariika laka labbaik”, kami beribadah kepadaMu tanpa ada sedikitpun unsur kemusyirikan Ya Allah, kami beribadah dengan niat ikhlas, tanpa riya, tanpa tujuan yang lain. Kami bekerja, membantu , membangun, hanya untukMu, bukan untuk mencari populeritas,mencari nama, tujuan politis agar terpilih menjadi kepala daerah, dan lain sebagainya. “Innal hamda.”.segala nikmat yang Engkau berikan seperti kesehatan, tenaga, tanah, bumi, anak, keluarga, pekerjaan, semuanya datang dariMu dan akan kami pergunakan hanya untuk menyembahmu. “Wannikmata” demikian juga segala kenikmatan seperti kekayaan, gaji, kenderaan, rumah , semuanya berasal dari anugerah dan rahmatMu, bukan karena kehebatanku, bukan karena kepintaranku, bukan karena kecanggihan teknologi, tetapi semua berdasarkan rahmat dan kasih sayangMu. “Wal Mulk “ demikian juga pangkat, jabatan, kedudukan, menjadi lurah, bupati, direktur, walikota, menteri, anggota parlemen , presiden, semuanya adalah anugerahMu kepadaku. Oleh karena itu sebagai hambaMu, maka aku mempergunakan itus emua hanya untuk beribadah kepadaMu, bukan untuk riya, “ La syarika laka “ bukan untuk mencari populeritas, prestise, kesombongan dan lain sebagainya. Pernyataan diri untuk beribadah secara totalitas inilah yang dimaksudkan dalam kalimat “ Mukhlisin lahuddin “, kami menyembah dan beribadah, melakukan segala aktivitas, bekerja, berpolitik, bermasyarakat, berkeluarga, dan seluruh kehidupan kami hanya kami lakukan dengan penuh keikhlasan mencari dan mengharapkan ridha Allah, bukan untuk gengsi, bukan karena mencari pangkat, kedudukan, harta dan populeritas. Inilah sikap tauhid yang menafikan dan menghilangkan segala “ personal interest “, kepentingan diri , kepentingan kelompok , kepentingan dunia, kepentingan hawa nafsu dalam berbuat dan beramal, jika kita inginkan segala perbuatan tersebut akan mendapat predikat ibadah kepada Allah. Mengapa demikian, sebab tidak ada nilai suatu perjuangan dan pengorbanan jika kita masih mendahulukan kepentingan diri dan kelompok daripada kepentingan yang lebih besar, kepentingan kesejahteraan umat manusia . Untuk ini diperlukan pendidikan hati yang bersih, nurani yang jernih, niat yang suci, dan tujuan yang luhur, dalam melakukan setiap aksi dan aktivitas kehidupan. Untuk menghadapi tantangan dan segala macam ujian, godaan dan maka seorang muslim diharapkan hanya meninta pertolongan kepada Allah, tanpa mencemarinya dengan kemusyrikan. Inilah yang dituntut dalam kalimat takbir : “ Shadaqa wa’dah….Dia adalah Tuhan yang pasti akan melaksanakan segala janji Allah…Janji kemenangan bagi mereka yang beriman. Janji pertolongan bagi mereka yang berbuat mencari ridhaNya.. Ini merupakan pembentukan motivasi untuk berani menghadapi segala tantangan dan godaan sebesar apapun dari pihak luar, sebab Allah pasti akan menepati janjiNya. “ Wa nashara ‘abdah .” .pastilah Dia akan menolong hambaNya, jika hambanya berada dalam kesulitan, kesusahan, ataupun dalam ancaman musuh; selama hambaNya telah beriman kepadanya dan benar-benar melaksanakan segala perintahNya. Keyakinan akan pertolongan Allah dalam segala keadaan dalam menghadapi setiap langkah perjuangan menghadapi setiap tantangan ini merupakan kekuatan diri untuk mencapai kemenangan. Dengan keyakinan akan pertolongan Allah maka apapun yang akan menghalangi kita, janganlah gentar dan takut sebab Allah akan menghancurkan mereka “ Wa Hazamal Ahzaaba wahdah “ Dia akan menghancurkan segala potensi lawan jika kita telah melakukan ikhtiar, berusaha, dengan juga bekerja keras dengan mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan, potensi dan tenaga, dalam melakuan aktivitas kehidupan. Keyakinan akan kekuatan dari Allah yang akan menghancurkasn segala potensi lawan ini merupakan motiovasi diri yang paling utama untyuk mencapai kemenangan. Inilah makna firman Allah dalam Al Quran “ Sungguh kewajiban kami untuk memberikan kememangan kepada orang yang beriman “ ( QS. Ar Ruum (30 ) : 48 ). Identitas tauhid dengan ucapan takbir, sehingga menjadi manusia yang ikhlas, melakukan sesuatu dengan tujuan mulia, hati yang suci tanpa dicemari oleh kepentingan pribadi, mencari kedudukan, pangkat dan dunia dan diikuti dengan motivasi keyakinan akan pertolongan Allah dalam segala keadaan inilah yang merupakan tongak utama pribadi tauhid, sebagai landasan dasar dalam kehidupan untyuk mencapai kemenangan dan kejayaan dalam aktivitas kehidupan. Bekerja karena Allah, berkeluarga karena Allah, bermasyarakat karena Allah, berorganisasi karena Allah, berpolitik karena Allah. Inilah yang wajib ada dalam pribadi setiap muslim. Inilah yang sekarang telah hilang di tengah masyarakat; sebab banyak umat islam yang sibuk bekerja hanya karena mencari kenikmatan dunia, aktif dalam partai politik karena ingin dapat kursi dan posisi, berniaga karena ingin cepat kaya, berkiprah dan berkarya untuk mencari nama dan populeritas dan lain sebagainya. Jika motivasi tauhid ini telah berganti menjadi motivasi nafsu, motivasi dunia, maka umat islam tidak akan pernah dapat menang sebab sebab dilakukan bukan dengan niat ikhlas, bukan untuk kepentingan umat, tetapi untuk kepentingan diri, hawa nafsu dan kelompok yang mengakibatkan timbulnya persaingan tidak sehat, jegal menjegal, sikut menyikut, fanatik buta, dan lain sebagainya. Inilah sebabnya mengapa umat islam sampai hari ini belum menunjukkan kemenangan dalam segala bidang, dalam ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakat dan politik; sebab motivasi utama adalah prestasi kelompok dan diri bukan berprestasi untuk mendapat ridha Ilahi. Fa’tabiru Ya Ulil albab. ( Muhamad Arifin Ismail )

No comments:

Post a Comment