Pages

Saturday, October 22, 2011

Filsafat Haji dan Umrah

FILSAFAT
HAJI DAN UMRAH

Oleh :
H.Muhammad Arifin Ismail, M.A

Pengantar

Haji adalah rukun islam kelima bagi seorang msulim. Setiap tahun jumlah masyarakat yang melakukan ibadah haji semakin bertambah, demikian juga yang melakukan ibadah umrah , malahan akhir-akhir ini terlihat kecenderungan ibadah umrah merupakan trend kehidupan khususnya bagi umat Islam. Hanya saja terlihat bahwa ibadah tersebut hanya dilakukan secara seremonial semata, tanpa dapat diikuti dengan perubahan sikap dan perilaku setelah haji dan umrah. Penulis melihat bahwa hal tersebut terjadi karena selama ini Manasik haji hanya berkisar kepada tatacara pelaksanaan ibadah dan doa-doa semata tanpa disertai dengan kajian filsafat atas ibadah tersebut. Oleh sebab itu penulis dalam buku ini berusaha menyajikan filsafat haji dan umrah, sehingga pembaca dapat menghayati ibadah haji dan umrrah tersebut dengan penghayatan makna dan filsafat yang terkandung di dalamnya diharapkan agar ibadah tersebut dapat memberikan kesan dan perubahan sikap sehingga menjadi setiap haji dan umrah merupakan tangga untuk meniti kehidupan yang lebih baik. Disamping kajian dan analisa filsafat, penulis juga memberikan panduan teknis ibadah tersebut dengan ringkas tanpa harus disibukkan dengan doa-doa yang harus dibaca, sebab haji dan umrah adalah gerakan sedangkan doa tersebut merupakan sesuatu yang sunat dan boleh digantikan dengan bacaan yang lain seperti tilawah dan zikir. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mereka yang akan menunaikan ibadah haji dan umrah sehingga mendapat haji dan umrah yang mabrur. Wassalam.




FILSAFAT HAJI DAN UMRAH

Ibadah haji adalah rukun islam yang kelima difardhukan bagi setiap muslim yang mampu sebanyak satu kali dalam seumur hidup. Dalam Al Quran dinyatakan :

“ Mengerjakan haji adalah suatu kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi mereka yang mampu untuk melakukan perjalanan ke baitullah. Barangsiapa yang mengingkari kewajiban tersebut maka sesungguhnya Allah itu tidak memerlukan sesuatu daripada seluruh alam semesta”
( Surah Ali Imran : 97 ).

Proses ibadah haji tersebut dapat dilakukan pada bulan yang tertentu sahaja yaitu dari bulan Syawal, Dzulqa’dah dan Dzul hijjah daripada taqwim Hijriyah. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran :

“ Musim haji itu adalah beberapa bulan yang telah ditentukan” ( Surah al Baqarah : 197 ).

Ibadah haji tersebut hanya dilakukan di tanah suci, dengan melakukan beberapa bentuk ibadah seperti thawaf ( berjalan sekeliling kabah tujuh kali) , sa’ie ( berjalan tujuh kali dari Safa ke marwa ) , wukuf ( berdiam ) di Arafah, mabit ( bermalam ) di Mudzdalifah, melontar jamrah dan mabit ( bermalam ) di Mina, menyembelih hewan qurban, tahallul ( menggunting rambut ) dan thawaf kedua ( thawaf ifadhah ) sebagai bagian dari aktiviti ibadah yang dilakukan dengan niat hanya kepada Allah , mencari keridhaan Allah dan untuk mengingatkan kaum muslimin kepada sejarah nabi Ibrahim alaihissalam.


Itulah sebabnya ibadah haji juga disebut dengan panggilan nabi Ibrahim, sebab dalam sejarahnya mereka yang datang adalah mereka yang menyambut panggilan Ibrahim sewaktu beliau menyeru manusia sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran yang maksudnya :

“ Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengenderai unta, yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan berikanlah sebagian yang lain untuk makanan bagi yang mereka yang sengsara dan orang-orang faqir “ ( Surah al Hajj : 27-28 )

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa tujuan daripada ibadah haji adalah agar manusia dapat melihat manfaat dan hikmah pelajaran yang terdapat di dalam pelaksanaan ibadah tersebut, disamping untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dengan cara berqurban. Ibadah haji adalah ibadah mulia sebab disana terdapat banyak pelajaran yang dapat membentuk manusia menuju kepada kesempurnaan hidup bagi seseorang dalam melaksanakan tugas suci sebagai hamba Allah dan khalifah Allah. Itulah sebabnya dalam Al Quran dinyatakan bahwa melakukan ibadah haji adalah sebuah upaya untuk mencari kesempurnaan sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang maksudnya :

“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah “ ( Surah al Baqarah : 196 ).

Untuk sampai kepada tingkat kesempurnaan itu, maka manusia harus dapat mengawal diri daripada segala perbuatan yang tidak baik. Dalam Al Quran hal ini dijelaskan :

“ Barangsiapa yang telah menetapkan niatnya pada bulan itu untuk mengerjakan haji , maka tidak boleh melakukan perbuatan keji ( rafats ) , berbuat kemaksiatan ( fusuk ), dan juga berbantah-bantahan selama dia berada mengerjakan ibadah haji . Dan apa saja yang kamu kerjakan , niscaya Allah akan mengetahuinya. Berbekallah sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah hai orang yang berakal “ .( Surah Al Baqarah: 197 ).

Mencari kesempurnaan hidup dengan menghindari diri dari segala keburukan dan dengan bekal taqwa inilah yang perlu didapat daripada pelajaran di tanah suci, dengan cara mencontoh kehidupan para nabi dan rasul sejak dari nabi Adam alaihissalam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad sallahualaihi wasallam. Inilah maksud dan tujuan dari disyariatkan ibadah haji dengan cara mengunjungi tanah suci, tanah para nabi dan rasul.














Makna dan Falsafah Ihram

Ihram adalah lambang kesucian diri, itulah sebabnya dalam ihram kita memakai pakaian yang suci dan bersih. Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang suci tanpa dosa. Setelah baligh dan dewasa, manusia menjalani kehidupan dengan memilih jalan hidup. Jika hidupnya dengan hidayah Allah maka dia telah dapat menjaga kesucian diri tetapi jika dia hidup dengan mengikuti nafsu dan rayuan setan berarti dia telah mengotori kesucian dirinya sendiri. Segala perbuatan manusia itu harus dapat dipertangungjawabkan kepada Allah, Tuhan yang telah menjadikannya. Sebab itulah maka setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia untuk menghadap kepada-Nya mempertanggungjawabkan semua amal dan perbuatan yang dilakukannya.

Sepatutnya manusia yang dilahirkan dalam keadaan suci ini harus dapat kembali kepada Tuhan, menghadap kepada-Nya juga dalam keadaan suci. Kesucian diri inilah yang merupakan kehormatan seorang muslim. Menghadap Tuhan dalam keadaan suci ini merupakan cara untuk mendapatkan kesempurnaan hidup. Itulah sebabnya sebelum menghadap Allah , mengunjungi baitullah, jamaah haji perlu melakukan ihram dengan pakaian yang suci dan bersih. Sebelum menghadap Allah, manusia perlu mensucikan dirinya terlebih dahulu, mensucikan badannya, mensucikan hatinya, mensucikan pikirannya, mensucikan harta kekayaannya, dan mensucikan seluruh kehidupannya. Kesucian diri dalam menghadap Tuhan adalah syarat mutlak sebab Tuhan yang Maha Suci hanya menerima sesuatu yang suci. Kesucian diri dan siap untuk menghadap Ilahi inilah makna daripada ihram bagi jamaah haji dan umrah.

Makna dan Falsafah Talbiyah

Kesucian diri dan kesiapan diri dalam memenuhi panggilan Allah harus dinyatakan dengan lisan. Inilah sebabnya jamaah haji dan umrah setelah memakai pakaian ihram dan berniat ihram diharuskan untuk mengucapkan lafadz talbiyah :

“ Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syariika laka, Inal hamda wanni’mata wal mulka laka..laa syarika laka “.

Maksudnya : “ Ya Allah, aku datang menghadapmu Ya Allah, memenuhi seruan-Mu… Aku datang menghadap-Mu tanpa ada sedikitpun syirik kepada-Mu..Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, segala kekuasaan , semuanya itu adalah milik-Mu, tiada sedikitpun syirik kepada-Mu “.

Ucapan talbiyah ini adalah sikap untuk memenuhi seruan Allah dengan sikap tauhid, tanpa sedikitpun syirik kepada-Nya. Manusia akan lulus di depan Allah jika dia dapat menghadap Allah tanpa sedikitpun syirik kepada-Nya.

Segala amal perbuatan, segala amal ibadah, segala kebaikan, segala sesuatu akan diterima oleh Allah jika dilakukan tanpa ada sedikitpun syirik di dalamnya, seperti riya dan lain sebagainya. Sudahkh amal perbuatan kita terlepas dari syirik..? Sudahkah harta kekayaan kita terlepas daripada syirik? Sudahkah kekuasaan kita terlepas daripada syirik..? Sudahkan semua kenikmatan, harta kekayaan, kekuasaan , kehidupan kita kita pergunakan sesuai dengan seruan dan perintah Allah..? Sadarkah kita bahwa segala sesuatu nanti semuanya akan dipertanggungjawabkan di depan Allah, akan ditanya di depan mahkamah Ilahi..? Inilah makna talbiyah, kesiapan diri untuk menjawab panggilan Tuhan, kesiapan diri untuk mempersembahkan seluruh kehidupan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Inilah makna “ labbaikallahumma labaik “ Ya Allah..aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu ya Allah.

Makna dan Falsafah Thawaf

Dalam melakukan ibadah haji umat Islam melakukan thawaf, yaitu ibadah dengan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. Ka’bah adalah kiblat umat Islam dalam beribadah terletak di tengah-tengah Masjidil Haram di kota Makkah. Ka’bah adalah tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali dibangun oleh manusia.

” Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibina untuk tempat beribadah bagi manusia adalah Baitullah di kota Makkah yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi umat manusia “ ( Surah Ali Imran : 96 ).

Ka’bah adalah batu yang disusun berbentuk kotak yang dibina untuk tempat beribadah kepada Allah terletak di tengah Masjidil Haram. Umat islam melakukan thawaf, mengelilingi Ka’bah dan mengucup Hajar al Aswad ( batu hitam di sudut Ka’bah ) bukan bermakna memuja dan menyembah batu. Ka’bah dan Hajar al Aswad tersebut adalah batu sebagaimana batu biasa yang tidak dapat memberi manfaat dan mudharat bagi kehidupan. Kita melakukan thawaf dan mengecup batu tersebut adalah kerana diperintah oleh Allah dan mengikuti sunnah baginda Rasulullah.

Itulah sebabnya Umar bin Khattab telah berkata ; ‘ Wahai batu Hajarul aswad , engkau adalah batu sebagaimana batu yang lain. Kalau bukan disebabkan oleh rasulullah yang telah mengucupmu, maka aku tidak akan mengucupmu “. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa mengucup batu bukan kerana memuja dan kemuliaan batu atau untuk menyembah batu, tetapi disebabkan untuk mengikuti sunnah rasulullah saw.

Dalam ibadah haji banyak terdapat lambang-lambang untuk mendidik manusia dalam menghadapi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari , manusia juga banyak memakai lambang. Seperti bendera negara adalah sepotong kain yang sebenarnya sama dengan kain yang lain. Tetapi nilai bendera kebangsaan tidaklah sama dengan kain yang lain, karena bendera tersebut merupakan lambang kehormatan suatu bangsa dan negara. Demikian juga dengan Ka’bah dan Hajar al Aswad. Ka’bah dan Hajar al Aswad adalah lambang beribadah kepada Allah. “ Allah telah menjadikan Ka’bah itu sebagai pusat beribadah bagi umat manusia “ ( Surah al Maidah : 97 ). Thawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam thawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana dekatnya badan dengan ka’bah. Mendekatkan diri kepada Allah bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah thawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Alah setiap saat dan setiap hari dalam kehidupan.

Thawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah, berzikir , berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah dengan merasakan kehadiran Allah dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Tidal ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdoa dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud thawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah yang dilakukan dalam shalat “ inna shalaati wa nusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ‘alamin “, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan seluriuh alam “.

Dalam thawaf, kita diwajibkan untuk mengucup Batu Hitam Hajar al Aswad atau dengan cara memberi isyarat lambaian tangan ( istislam ) kepadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda Rasulullah. Ini bermakna dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, umat Islam harus mengikuti sunnah dan contoh yang dilakukan oleh baginda Rasulullah. Mengucup batu hitam tersebut juga merupakan lambang bahwa ibadah harus dilakukan dengan penuh kecintaan kepada Allah subhana wataala. Ibadah dilakukan bukan untuk tujuan dunia, bukan tujuan sementara tetapi hanya dengan tujuan mengharapkan keridhaan Allah dengan penuh rasa cinta kepada-Nya.

Dengan melakukan thawaf, kita harus dapat bertanya kepada diri sendiri sudahkan aku seluruh aktiviti kita dalam kehidupan dilakukan dalam tujuh hari dalam seminggu sebagai ibadah kepada Allah, sebagaimana thawaf yang dilakukan sebanyak tujuh kali ini. Sudahkah aku dapat mendekatkan diri, berzikir kepada-Nya dengan penuh kecintaan dan mengharapkan keridhaan-Nya.? Apakah pelaksanan aktiviti kehidupan dan ibadah yang kulakukan selama ini masih disertai dengan riya, dan tujuan mencari kesenangan sementara.? Sudahkan hidupku seluruhnya merupakan wujud daripada ibadah kepada Allah atau hanya untuk mencari kepuasan dunia dan hawa nafsu..? Apakah kerja yang dilakukan, segala aktiviti yang dilaksanakan dalam kehidupan ini bertujuan untuk mencari ridha Allah ? Seorang pemikir Islam dari pakistan, Muhammad Iqbal dalam syairnya berkata : “ Rahasia Ka’bah adalah persatuan. Kerana seluruh manusia menyatu dalam putaran. Untuk mengabdi dan menyembah Tuhan. Sebab agama hanya akan menjelma dalam dua cara, yaitu penyerahan diri dalam beribadah dengan menghayati kebesaran Tuhan di setiap saat “.

Setelah melaksanakan thawaf sebagai lambang ibadah dan akidah, umat islam diwajibkan melaksanakan ibadah Sa’ie, yaitu berlari anak antara bukit safa dan Marwa sebanyak tujuh kali. Sa’ie, berlari antara dua bukit adalah pendidikan dan pelajaran agar seorang muslim harus dapat bekerja keras dengan sepenuh tenaga untuk menaklukkan dunia , sebagaimana dilambangkan dengan cara berlari menaklukkan dua bukit Safa dan Marwa. Tugas manusia di dunia adalah menjadi hamba Allah dan khalifah Allah. Hamda Allah dengan dekat kepada Allah, dan Khalifah Alah dengan cara menaklukkan dunia. Itulah sebabnya setelah manusia diwajibkan thawaf, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan ibadah, sebagai sikap yang dituntut dari seorang hamba Allah, maka umat manusia juga diwajibkan untuk bekerja dengan sepenuh tenaga untuk menaklukkan dunia, agar dapat mencapai kajayaan dalam kehidupan dunia, sebagai sikap yang dituntut dari seorang Khalifah Allah di muka dunia.

Makna shalat di maqam Ibrahim.

Setelah melakukan thawaf, maka jamaah haji disunatkan untuk shalat sunat thawaf di maqam Ibrahim. Maqam Ibrahim adalah batu yang dipakai nabi Ibrahim untuk tempat berdiri sewaktu beliau membina Ka’bah bersama naknya Ismail. Dengan shalat di maqam ibrahim , jamaah haji supaya dapat mengambil pelajaran daripada kisah Ibrahim, yang membina Ka’bah tidak dengan melakukannya sendirian saja, tetapi juga mengajak anaknya untuk bersama-sama membina Ka’bah. Sikap bersama membina, sikap mengajak keluarga untuk bertaqwa kepada Allah ini perlu dicontoh dan dilanjutkan oleh jamaah haji. Nabi Ibrahim mengajak anaknya untuk beribadah kepada Allah membina ka’bah.
Seorang muslim tidak boleh hanya mementingkan dirinya sendiri ( bersifat egois dan individualis ), tetapi juga harus berusaha mengajak orang lain (terutama keluarganya ) untuk beramal ibadah , bersama-sama melaksanakan perintah Allah. Konsep berjamaah, konsep peduli dengan keluarga, membina keluarga yang beriman adalah sangat diperlukan dalam membina masyarakat muslim. Menjadikan keluarga menjadi keluarga yang beriman inilah , keluarga yang mendirikan shalat dan perintah Allah inlah merupakan kesempunaan hidup seorang muslim. Inilah makna shalat di maqam Ibrahim.

Disamping itu, dengan shalat di maqam Ibrahim, maka kita akan mengenang jasa Ibrahim bersama nakanya yang telah bersusah payah membina Ka’bah. Berdirinya Ka’bah adalah amal jariyah daripada nabi Ibrahim dan keluarganya. Dengan shalat di maqam Ibrahim agar kita merasa bahwa manusia yang paling baik, manusia yang sempurna adalah manusia yang berjasa bagi manusia yang lain sebagaimana nabi ibrahim dan keluarganya. Itulah sebabnya dalam sebuah hadis disebutkan Rasulullah bersabda : “ Sebaik-baik manusia adalah mansuia yang beguna bagi manusia yang lain “. Dengan cara meninggalkan amal jariyah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah telah bersabda : “ Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal yaitu doa dari anak yang shaleh, pahala dari sedekah jariyah dan pahala dari ilmu yang bermanfaat “. Dengan shalat di maqam Ibrahim mengingatkan kita apakah kita sudah mendidik anak-anak menjadi anak yang shaleh..? Sudahkah kita mempunyai amal jariyah seperti sedekah, infaq, wakaf dan lain sebagainya..? Inilah pelajaran dan makna daripada shalat dua rakaat di maqam Ibrahim.


Makna daripada minum air zamzam.

Setelah thawaf, dan shalat sunat, jamaah haji disunatkan untuk minum air zam-zam. Minum air adalah syarat bagi kesehatan badan. Dengan minum air zam-zam, dapat diambil pelajaran bahwa manusia harus dapat menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh, dengan mengambil minuman dan makanan yang bersih, sihat dan halal. Makanan yang halal merupakan factor utama dalam ibadah kepada Allah. Sebab untuk menjadi hamba Allah yan taat dan menjadi khalifah Allah diperlukan kesehatan yang baik dan kekuatan tubuh yang bersumber dari makanan dan minuman yang halal dan bersih serta seha sebagaimana air zamzam merupakan air yang sangat baik untuk kesihatan, sebab mengandungi banyak mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia. Dalam sebuah hadis disebutkan yang maksudnya : “ Seorang mukmin yang kuat tubuhnya lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah “.

Untuk mencapai kejayaan dunia dan akhirat, untuk melakukan saie yang berjalan dari bukit Safa ke Marwa, diperlukan kekuatan tubuh. Untuk itulah sebelum melakukan saie, jamaah haji diharuskan minum air zam-zam, sehinnga tubuhnya menjadi sehat dan kuat. Kekuatan tubuh dan kesehatan hanya didapat daripada makanan dan minuman yang baik dan halal. Oleh sebab itu seorang muslim harus dapat menjaga makanan dan minumannya daripada sesuatu yang halal dan berguna .

Dalam Al Quran dinyatakan : “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik daripada apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu “ ( Surah al Baqarah ; 168 ).

Dengan minum air zam-zam, maka seorang muslim harus dapat menjaga makanan dan minumannya daripada barang yang halal, dan yang baik serta berguna bagi tubuhnya sebagaimana air zam-zam yang dapat memberikan kekuatan dan kesehatan bagi tubuh manusia. Inilah makna dan pelajaran daripada minum air zam-zam sebelum melakukan saie dari Safa ke Marwa.

Makna dan Falsafah ibadah Saie

Kehormatan diri di dunia hanya dapat dicapai dengan kerja. Kekayaan dan kesenangan hidup di dunia dapat diraih dengan kerja sepenuh tenaga. Semangat kerja yang tak mengenal penat dan terus menerus inilah yang dilambangkan dalam ibadah Saie yang dilakukan dengan berjalan dan berlari sebanyak tujuh kali putaran dari satu bukit Safa menuju bukit Marwa. Ibadah ini melambangkan kepada manusia jika ingin berjaya maka dia harus melakukan kerja keras menaklukkan bukit dan gunung dan seluruh potensi alam ( taskhir ) yang dilakukan dengan terus menerus.

Saie diharuskan untuk mendidik umat Islam supaya dapat menguasai dunia, menjadi khalifah dengan cara bekerja keras , berdisiplin, berusaha dengah sepenuh tenaga. Saie mendidik umat Islam agar tidak menjadi manusia malas dan lemah. Kerana hanya dengan kerja yang dilakukan dengan sepenuh tenaga , maka umat islam dapat berjaya di dunia. Dengan ibadah secara berterusan seperti yang dilambangkan dengan thawaf, umat islam akan berjaya di alam akhirat dan dengan kerja dengan sepenuh tenaga dan berketerusan seperti berlari yang dilakukan dalam ibadah Saie dari bukit Safa ke Marwa , maka umat islam akan berjaya di dalam kehidupan dunia.


Kedua perkara ( mendekatkan diri kepada Allah, yang dilambangkan dengan thawaf dan kerja keras yang dilambangkan dengan Saie ) harus dilakukan untuk mencapai kebagaian di dunia dan di akhirat, sebagai wujud melaksanakan amanat suci yang diberikan kepada manusia untuk menjadi hamba Allah dan khalifah Allah . Inilah makna daripada ibadah thawaf dan ibadah sa’ie yang dilakukan dalam tujuh kali purtaran. Berarti dengan thawaf dan saie, seorang muslim selama tujuh hari seminggu, harus selalu mendekatkan dirinya untuk beribadah kepada Allah dan juga harus dapat bekerja keras menguasai kehidupan dunia sehingga seorang muslim dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana doa yang selalu dibaca : “ Rabbana Athina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina ‘adzaabannar, Ya Tuhan kami berikanlah kebahagian dunia dan kebahagian akhirat kepada kami, sehingga kami terhindar daripada siksa neraka “.

Makna dan Falsafah Wuquf di Arafah.

Setelah Thawaf dan Sa’ie, maka umat Islam yang sedang melakukan haji harus melakukan ibadah wukuf di Arafah yang dilakukan pada sembilan dzulhijjah. “ Wukuf ”yang berasal dari kata “ wa-qa-fa “ bermakna berhenti, sedang kata-kata “ Arafah “ yang berasal dari kata “ a-ra-fa “ bermakna mengenal. Dalam ibadah wukuf di padang Arafah semua manusia sama dalam kedudukan , kerana semuanya mempunyai kedudukan yang sama di depan Allah, sebagai hamba. Dengan wukuf, dimaksudkan agar manusia yang telah mencapai bahagia di akhirat dengan thawaf, dan mencapai bahagian dunia dengan ibadah saie, jangan merasa sombong dan takabbur. Jika .dengan thawaf maka ada yang merasa dekat dengan tuhan, dan jika dengan saie ada yang menjadi kaya, maka walaupun seseorang itu akan menjadi lebih taat, lebih alim, lebih kaya, lebih hebat, itu semua bukanlah karena kehebatan manusia tetapi karena hanya disebabkan oleh rahmat Allah, maka manusia yang alim tidak boleh takabur dengan ilmunya demikian juga manusia yang telah mendapat kekayaan dan kedudukan karena bekerja sekuat tenaga juga kaya, tidak boleh sombong dengan kekayaan dan kedudukannya tetapi dia harus dapat berhenti sejenak bertafakkur, dan melihat serta mengenal keadan manusia yang lain. Semua manusia baik itu mereka yang kaya, miskin, berpangkat, berkuasa, semuanya sama di depan Allah Taala. Perasaan sama ini akan menimbulkan rasa bersaudara, bersatu dan saling membantu. Untuk dapat menimpulkan rasa bersaudara, bersatu dan saling membantu, maka diperlukan saling mengenal, inilah tujuan daripada wukuf di Arafah.

Setelah thawaf dan saie, kita berwukuf, berarti setelah beribadah dan bekerja, kita berhenti sejenak, untuk melakukan Arafah, untuk mengenal orang-orang yang berada di samping kita, agar kita dapat membantu dan menolong mereka, sebab dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya Allah akan menolong hamba jika hamba itu selalu menolong yang lain “. Setelah umat Islam diharuskan untuk beribadah dan bekerja keras, maka dia akan mendapat kebahagian berupa kesenangan dunia dan akhirat. Dengan kerjaya manusia mendapat harta dan kedudukan. Setelah manusia berjaya di dunia, mendapat kekayaan, kedudukan dan pangkat, manusia tidak boleh lupa diri, tidak boleh merasa sombong dan angkuh, tetapi harus tetap menjaga hubungan silaturrahim, tetap mengenal orang yang berada disampingnya, seperti orang faqir miskin, orang yang lemah dan lain sebagainya.

Umat Islam adalah umpama badan yang satu, maka perbedaan pendapat, perbedaan kekayaan, perpedaan kedudukan tidak boleh menjadi jurang pemisah dan punca perpecahan, sebagaimana perbedaan badan manusia ada kepala, kaki, tangan bukan untuk saling berbangga tetapi saling melengkapi dan menolong. Umat Islam baik mereka yang kaya, yang miskin, yang alim, yang bodoh, pemimpin dan rakyat semuanya harus bersatu , berpadu saling bantu membantu saling melengkapi. Tidak ada perpecahan disebabkan golongan, puak, bangsa dan warna kulit, tetapi semuanya satu, saling membantu dan berpadu membina kesejahteraan umat manusa dan kedamaian hidup.

Inilah makna wukuf di Arafah yang dilaksanakan setelah melakukan thawaf dan saie. Sikap wukuf dan Arafah ini akan menimbulkan sikap rahmah, sikap kasih sayang sesama makhluk, sikap inilah yang dilambangkan dengan adanya Jabal Rahmah, sebuah bukit yang berada di Arafah. Di Jabal Rahmah, nabi Adam dan Hawa bertemu kembali setelah berpisah dari surga, mereka bertemu untuk memberikan kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Itulah sebabnya dengan wukuf di Arafah ini kita dididik untuk menjadi manusia yang mempunyai rasa kasih dan rasa sayang kepada semua makhluk, untuk tercapainya persaudaraan dan persatuan dengan landasan iman.

“ Hai manusia , sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan berpuak-puak agar kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal “. ( Surah Al Hujurat : 13 ).


Makna mengambil batu di Mudzdalifah

Setelah wukuf di Arafah, selepas shalat maghrib , maka jamaah haji akan berangkat menuju Muzdalifah. Di kawasan Mudzdalifah tersebut jamaah haji akan mengambil batu sebagai persiapan untuk memlontar Jamrah di Mina. Mabit dan mengambil batu di Mudzdalifah setelah wukuf ini bermakna bahwa setelah umat Islam setelah dapat merasakan rasa kasih dan sayang antar sesama manusia, maka dia perlu waspada dengan godaan dunia dan syetan, serta serangan musuh yang akan terus menganggu kehidupannya. Untuk itu , agar hidupnya aman daripada gangguan dunia , nafsu dan syetan, maka umat Islam perlu mempunyai senjata untuk membentengi dirinya daripada gangguan syetan dan godaan dunia juga musuh . Senjata yang utama dalam menghadapi godaan dunia, nafsu dan syetan adalah iman di dalam dada.Sedangkan untuk menghadapi musuh harus memakai senjat ilmu dan teknologi sebagaimana dilambangkan dengan batu. Inilah makna daripada mengambil batu di Mudzdalifah, sebagai lambang umat Islam harus mempunyai persiapan dan senjata untuk menghadapi godaan syetan dan dunia , juga dalam menghadapi setiap cabaran dan tantangan hidup.

Dalam kitab suci al Quran , Allah menyuruh orang yang beriman agar selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan baik kehidupan dunia maupun akhirat :

“ Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri mempersiapkan apa yang akan diperbuatnya untuk hari esok ( hari akhirat ) dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan “ ( Surah al Hasyr : 18 ).

Persiapan menghadapi kehidupan akan datang baik itu di dunia dan akhirat adalah dengan keimanan yang diwujudkan dalam sifat taqwa. Dengan iman dan taqwa inilah manusia dapat mengawal diri dan hawa nafsu, juga dapat mengalahkan syetan yang akan selalu menggodanya.

Disamping itu secara berkelompok, secara berjamaah, umat islam juga perlu mempersiapkan diri daripada serangan musuh seperti dari orang-orang kafir yang selalu mengganggu, maka untuk itu umat islam perlu mempersiapkan kekuatan seperti batu-batu sebagai senjata menghadapi mereka. Dalam Al Quran perintah untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi musuh ini dinyatakan dalam ayat yang maksudnya:

“ Dan siapkanlah dirimu untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi baik daripada kuda-kuda yang diikat untuk berperang sehingga persiapan itu dapat menggetarkan kekuatan musuh-musuh Allah, juga menggetarkan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. “
( Surah al Anfal : 60 ).

Dalam ayat ini Allah memerintahkan umat islam untuk mempersiapkan kuda tunggangan dan segala sesuatu untuk menghadapi serangan musuh. Kuda tunggangan dan segala sesuatu yang dapat dijadikan senjata untuk berperang melawan dan menghadapi musuh merupakan sunatulah dalam kehidupan. Persiapan kekuatan dan senjata bukan untuk membuat kerusakan di muka bumi, bukan untuk membunuh manusia, tetapi untuk mempertahankan diri, agama daripada serangan musuh. Inilah maksud dan makna daripada mengambil batu di Mudzdalifah.

Falsafah daripada Mabit di Mina

Di Mina umat Islam dianjurkan untuk melontar jamrah Aqabah, Jamrah Ula dan Jamrah Wustha. Melontar jamrah ini bermakna bahwa dalam menghadapi kehidupan manusia akan mendapat godaan baik itu godaan syetan maupun godaan hawa nafsu. Jika manusia ingin berjaya , maka dia harus dapat melawan godaan tersebut sebagaimana dia melontarkan batu masuk ke dalam lubang-lubang Jamrah. Godaan itu akan datang dalam berbagai bentuk dan peringkat Ada godaan yang besar, ada godaan yang sedang dan ada pula godaan yang kecil. Itulah sebabnya ada tiga tempat melontar, Jamra Aqabah, Jamrah Ula dan Jamrah Wustha.

Godaan syetan dan nafsu itu akan datang berulang kali, itulah sebabnya orang yang melakukan ibadah haji harus melontar Jamrah berulang kali, yaitu pada hari ke 9, 10 dan 11 Dzul Hijjah bagi yang melakukan nafar awal dan ditambah satu hari lagi bagi yang melakukan nafar Tsani. Godaan syetan dan dunia akan datang dalam kehidupan kita berulang kali, maka kita juga harus dapat melontar godaan syetan, nafsu dan dunia itu berualng kali sehingga hidup kita dapat lulus dari segala godaan.

Godaan syetan dan dunia serta nafsu tersebut hanya dapat dilawan dengan kekuatan iman. Itulah sebabnya dalam melontar Jamrah kita ucapkan “ Bismillahi Allahu Akbar “. Jamaah haji sewaktu melontar batu kepada Jamrah hendaklah melontar dengan penuh keimanan bukan dngan emosi dan nafsu. Itulah sebabnya sewaktu melontar Jamrah, kita tidak melontar tiang dengan penuh emosi, tetapi melontar untuk memasukkan batu ke dalam lubang.

Ini bermakna untuk mencapai kejayaan , manusia harus dapat membuang nafsu dan syetan dari dalam dirinya, kerana selama nafsu dan setan masih berada dalam badan, manusia tidak akan dapat melakukan ibadah dengan baik, juga tidak akan dapat melakukan kerja dengan baik, apalagi untuk membantu orang lain dengan penuh kasih sayang. Sewaktu melontar jamrah, sebenarnya kita sedang melontar dan membuang nafsu sombong, angkuh, riya danlain-lain yang berada dalam diri kita masing-masing. Dengan melontar jamrah berarti kita sdeeakan-akan membuang rasa ego dari dalam kehidupan , dan juga melontar syetan yang selalu datang menggoda di dalam hati kita setiap saat.

Dengan melontar batu ke dalam lobang jamrah juga memberikan pelajaran kepada umat islam bahwa dalam menghadapi musuh-musuh Islam, menghadapi orang kafir dan selalu menggangu umat islam, maka umat Islam perlu mempunyai senjata, dan dapat memakai senjata tersebut dengan baik, sehingga dapat memberikan ketakutan kepada musuh.

Sikap bersiap menghadapi musuh ini dilakukan dengan strategi dan manajemen yang rapi sebagaimana dilakukannya melontar jamrah yang dilaksanakan dengan strategi dan menajemen yang baik. Inilah pelajaran daripada melontar mina di Mina sehingga kita dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi musuh baik itu musuh dalam diri sendiri seperti nafsu dan godaan syetan, dan juga musuh dari luar seperti kaum kafir dan manusia yang lain. Konsep mempersiapkan diri dalam jihad inilah yang harus dipunyai oleh mereka yang telah melontar jamrah di Mina.



Falsafah Tahallul ( mengunting rambut ).

Tahallul adalah menggunting rambut untuk melepaskan diri dari ihram. Ihram adalah lambing penyucian diri. Kesucian diri manusia dalam ibadah juga harus diikuti dengan sikap berbuat baik kepada manusia yang lain. Islam adalah agama yang mengatur hubungan dengan Allah dan juga dengan manusia yang lain. Ibadah dalam Islam bukan hanya berhubungan dengan Allah sahaja tetapi juga mencakupi hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan manusia dan makhluk yang lain. Oleh sebab itu kesempurnaan ibadah bukan hanya terbatas dengan melakukan shalat dan zikir sahaja, tetapi juga harus dilengkapi dengan zakat, sedekah, menolong faqir miskin, berbuat baik kepada orangtua, saudara dan jiran dan lain sebagainya. Sikap berbuat baik dan membantu yang lain inilah yang terdapat dalam pelajaran tahallul. Dengan mengunting rambut, berarti kita bersedia memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang lain. Rambut adalah kebanggaan setiap insan, maka memberikan sesuatu yang berharga baik itu tanaga, pikiran, harta kekayaan dan apa saja yang dimilikinya kepada orang lain adalah merupakan kesempurnaan iman.

Itulah sebabnya dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Tidaklah beriman seseorang kamu yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan disampingnya ada orang yang sedang kelaparan “.

Dalam Al Quran juga disebutkan yang maksudnya bahwa :

“ Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan yang sempurna sebelum kamu memberikan sebagian daripada harta yang kamu cintai “ ( Surah Ali Imran : 92 ).

Kesempurnaan iman adalah dengan memberikan sebgian harta yang kamu cintai kepada orang lain. Inilah konsep tahallul, sehingga dengan tahallul, berarti seseorang itu tidak akan segan lagi untuk memberikan sebagian daripada harta yang disayanginya untuk membantu orang yang lain dan untuk membela demi perjuangan menegakkan kebenaran. Inilah makna , falsafah dan pelajaran daripada ibadah menggunting rambut (tahallul) baik setalah sa’ie atau setelah melontar jamrah aqabah.

Falsafah Qurban

Setelah melontar jamrah, jamaah haji disunatkan untuk menyembelih hewan qurban. Ini merupakan pendidikan bahwa dalam menghadapi hidup di dunia dan mendapatkan kebahagian hidup di akhirat kelak, manusia harus siap untuk melakukan pengurbanan. Tiada kemenangan tanpa perjuangan dan tiada perjuangan tanpa pengurbanan. Tiada kejayaan tanpa pengurbanan. Pengurbanan diperlukan dalam setiap perjuangan kehidupan, baik pengurbanan waktu, harta, pemikiran, dan jiwa. Inilah kunci kejayaan seorang manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan.

“ Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat untuk menyembah Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya dengan cara demikian maka musuh-musuhmu akan hancur “ ( Surah Al kautsar : 1-3 ).

Dari kandungan surah diatas dapat dilihat bahwa telah menjadi sunatullah, hukum bagi kehidupan bahwa suatu perjuangan hanya dapat berjaya jika diikuti dengan pengurbanan. Dengan semangat mengurbankan segala yang dimiliki untuk tercapainya tujuan, maka musuh, saingan dan segala yang menghalangi akan dapat dikalahkan.
Disamping itu pengurbanan tersebut akan diterima dan bermakna jika dilakukan dengan setulus hati, dan penuh keikhlasan mengharapkan ridha Allah sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran yang maksudnya :

“ Daging dan darah binatang yang disembelih itu sekali-kali tidak akan mencapai keridhaan Allah, melainkan ketaqwaan daripada kamu sekalian “ ( Surah al Hajj : 37 ).

Jika tahallul adalah memotong beberapa helai rambut, adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita sehingga kita bersedia untuk berqurban dengan diri kita sendiri sebagaimana orang yang mati syahid dalam peperangan, maka menyembelih hewan qurban adalah memberikan sebagian harta demi perjuangan Islam. Kesediaan berqurban baik dengan diri maupun dengan harta ini merupakan tanda cinta kepada Allah dan kunci kejayaan umat islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh para nabi dan rasul. Sebaliknya, rasa individualis, cinta harta , dan keengganan umat islam untuk berkurban dalam perjuangan karena kecintaan kepada dunia inilah menjadi penyebab kehancuran umat. Hal ini dinyatakan dalam Al Quran :

“ Katakanlah : Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kamu , harta kekayaan yang kamu miliki, perniagaan yangkamu khawatiri kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggalmu yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya “ ( Surah Al Ahzab : 24 ).

Falsafah Thawaf Ifadhah.

Setelah melontar dan menyembelih qurban di Mina, jamaah haji melakukan thawaf ifadhah. Ini melambangkan bahwa seluruh aktiviti baik itu ibadah, kerja keras, menolong orang lain, berkurban, segalanya harus diakhiri dengan mencari ridha Allah,. Seorang muslim hidup harus dapat melakukan aktiviti kehidupan berdasarkan perintah Allah, dengan niat mencari ridha Allah, ikhlas kepada—Nya, sebab niat yang ikhlas inilah yang akan memberikan nilai di dunia dan di akhirat, sebab semua amal akan dinilai sesuai dengan niat masing-masing. Itulah sebabnya setelah thawaf, saie, wukuf, mengambil batu, melempar jamrah, berkurban, tahallul, maka semua proses ibadah haji ini ditutup dengan thawaf ifadhah, agar kita tidak lupa bahwa seluruh kegiatan itu dilakukan hanya untuk mendekatkan diri kepadaAllah, sebagaimana thawaf ifadah.

Demikianlah falsafah dan makna daripada ibadah haji yang dilakukan oleh seorang muslim. Ibadah haji adalah sebuah sekolah, universiti dan tempat latihan bagi seorang muslim untuk menghadapi kehidupan dengan bekal nilai-nilai tauhid, ibadah, kerjaya keras, silaturrahim, siap menghadapi godaan dan kesiapan diri untuk berkurban. Jika seorang muslim dapat melakuan semuanya, berarti dia telah mencapai kesempurnaan hidup, dan kesucian diri, dan itu semua merupakan syarak untuk menghadap kepada Allah dengan penuh kesempurnaan dan kesucian berdasarkan nilai-nilai taqwa dengan mengikuti sunnah rasululah. Itulah sebabnya perintah haji dan umrah dalam Al Quran dikaitkan dengan kesempurnaan.

“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah “
( Surah Al baqarah : 196 ).


Haji berarti manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah sebagaiman dalam thawaf, bekerja dengan keras (Saie), mengenal dan membantu manusia yang lain dengan kasih sayang (wukuf ), siap menghadapi lawan dan tantangan ( Muzdalifah ), Berani menghadapi dengan strategi dan perlawanan ( Mina ) dan rela memberikan sesuatu kepada yang lain ( tahallul ) dan kalau perlu sampai pada tingkat berkurban ( menyembelih kurban ) serta semuanya itu dilakukan bukan untuk populeritas atau tujuan dunia tetapi hanya denngan tujuan mencari ridha Allah ( thawaf ifadhah ).

Inilah falsafah dan pelajaran dari ibadah umrah dan haji. Hal ini juga merupakan kunci kejayaan seorang manusia dalam menghadapi kehidupan. Inilah cara dan jalan untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat. Ini semua dilakukan dengan mengikuti sunnah dan cara yang dicontohkan oleh rasul dan sahabat beliau. Itulah sebabnya , dengan mengunjungi tanah suci, supaya umat islam dapat mengenang kembali seluruh kepribadian, perjalanan hidup dan perjuangan Rasul bersama para sahabat. Dengan menghayati makna dan falsafah haji inilah , seorang haji akan kembali ke tanah airnya dengan membawa haji yang mabrur, membawa keteladanan bagi seluruh manusia dan masyarakat dunia.

Pada suatu hari rasulullah ditanya salah seseorang sahabat :
“ Ya rasulullah, perbuatan apakah yang paling baik ? “ rasul menjawab : “ iman kepada Allah “. Orang itu bertanya lagi : ‘ Kemudian perbuatan apa lagi ? “ Rasul menjawab ; ‘ Haji yang mabrur “. ( Muttafaq alaihi ). Dalam hadis yang lain juga disebutkan bahwa rasulullah telah bersabda: “ Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji dan tidak berkata-kata kotor, tidak berbuat maksiat, maka dia akan kembali dari menunaikan ibadah haji tersebut bagaikan seorang bayi yang baru keluar dari rahim seorang ibu “ ( Muttafaq alaihi ).

Dari hadis ini dapat dilihat bahwa haji adalah sebuah proses untuk menemukan hidup yang baru, sehingga seorang yang baru pulang dari haji bagaikan seorang “ newborn “. Manusia yang baru dilahirkan, tidak punya dosa, dengan iman yang masih menyala, dan siap untuk berbuat baik kepada manusia yang lain, sehingga kehadirannya menjadi rahmat bagi umat manusia. Inilah manusia yang mendapat gelar “ mabrur “. Mabrur dari kata-kata “ barra – yabirru “ yang bermaksud kebaikan kepada orang lain. Itulah sebabnya berbuat baik kepada orangtua disebut dengan “ birrulwalidaini “. , maka haji mabrur adalah manusia yang selalu berbuat “ birr “ kebaikan bagi manusia yang lain, dengan nilai-nilai taqarrub kepada Allah sebagaimana dilambangkan dalam thawaf, nilai-nilai kerja keras menundukkan dunia sebagaimana dalam saie, dengan nilai-nilai mengenal dan bersikap kasih kepada manusia yang lain sebagaimana dalam wuquf, dengan nilai-nilai siap menghadapi cabaran dan godaan sebagaimana dlaam mabit di mudzdalifah, dan nilai-nilai siap berjuang, berkorban sebagimana dalam melontar jamrah di Mina, sebagai sikap dari ketauhidan dan ibadah kepada Alah taala. Wallahu A’lam.













IBADAH UMRAH

Ibadah Umrah adalah sebuah perjalanan dengan niat ibadah kepada Allah Taala dilakukan dengan cara menziarahi tempat suci, “ Baitullah “ , bertawaf disekelilingnya, kemudian dilanjutkan dengan melakukan sa’ie antara bukit Safa dan Marwa serta bercukur ( tahallul ) dengan mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan.

Dalam hadis Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w telah bersabda yang maksudnya: “ Suatu ibadah Umrah hingga ibadah Umrah berikutnya dapat menjadi penghapus dosa yang ada di antara kedua umrah tersebut “.

Rukun Umrah

1. Niat untuk mengerjakan umrah
2. Thawaf mengelilingi Ka’bah
3. Saie dari Safa ke Marwa
4. Tahallul ( bercukur )
5. Tertib, yaitu dilakukan menurut urutan di atas.

Wajib Umrah

1. Niat Ihram di Miqat.
2. Tidak melanggar larangan semasa dalam ihram.






IHRAM

1. Mandi Sunat Ihram

a. Sunat mempersiapkan diri untuk berihram dengan membersihkan badan seperti mengerat kuku, menanggalkan bulu ketiak, mangandam misai, janggut dan rambut.

b. Sucikan diri dengan melakukan mandi ihram, sebagaimana mandi wajib diawali dengan niat “ Sengaja aku mandi sunat ihram karena Allah Taala “.

2. Memakai pakaian ihram

a. Setelah mandi, segera memakai pakaian ihram. Lelaki memakai kain yang tidak berjahit ( pakaian ihram dengan dua potong kain yang dipakai satu di atas dan satu lagi di bawah ) dan wanita memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan (seperti dalam shalat).

b. Disunatkan memakai pakaian yang putih dan dibolehkan memakai pakaian yang berwarna. Dibolehkan memakai cincin, cermin mata dan tali pinggang. Pakaian ihram boleh dibasuh atau diganti dengan pakaian ihram yang lain, tanpa harus mengulangi niat ihram kembali.

3. Shalat sunat Ihram

a. Setelah berpakaian ihram, lakukan shalat sunat ihram dua rakaat sebagaimana shalat sunat biasa dengan niat : “ Sengaja aku shalat sunat ihram dua rakaat kerana Allah Taala “ Niat ini di dalam hati, dan jika dilafadzkan lebih baik.

b. Dalam rakaat pertama , setelah membaca surah Al Fatihah disunatkan membaca suraah Al Kafirun ( Qul yaa ayyuhal kafiruun ) dan dalam rakaat kedua disunatkan membaca surah al Ikhlas ( Qul Huwallahu ahad ).

Boleh membaca surah yang lebih mudah dan biasa dibaca. Bacaan ruku’, sujud, I’tidal, dan tasyahud sebagaimana shalat biasa.

Jika perjalanan langsung menuju Makkah, sebaiknya mandi ihram dan shalat sunat ihram dilakukan sejak dari rumah.

Jika perjalanan menuju Madinah, maka mandi ihram dilakukan di hotel tempat menginap di Madinah sedang shalat sunat ihram dan niat dapat dilakukan di miqat dari madinah yaitu di masjid Bir Ali ( sekitar 10 km dari Madinah menuju Makkah )

4. Niat ihram umrah

Setelah selesai shalat sunat ihram, lakukan niat ihram. Niat dilakukan dalam hati, tetapi jika diucapkan lebih baik. Lafadz niat ihram iaitu :


“ Nawaitul umrata wa ahramtu biha lillahi taala”

“ Sahaja aku mengerjakan umrah dan berihram dengannya
karena Allah taala “.



Boleh juga lafadz niat dengan membaca :


“Labbaikallahumma umrata lillah “

“ Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah dengan
melakukan Umrah kerana Mu “.

b. Niat umrah ini dibaca sewaktu sampai di Miqat. Jika langsung menuju Makkah, maka miqatnya adalah Qarnul Manazil ( tempat sekitar 1 jam sebelum pesawat sampai di airport Jeddah ). Untuk menghindar daripada terlupa atau tertidur sewaktu berada di atas Miqat, maka lebih baik berniat sejak berangkat dari rumah.

c. Jika perjalanan langsung menuju Madinah, maka niat ihram tersebut dilakukan setelah shalat sunat ihram di masjid Bir Ali.

5. Menjaga Larangan Ihram

Jika telah berniat, maka kita harus menjaga segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum-hakam ihram. Setelah berniat ihram, maka ada beberapa perkara yang tidak boleh dilakukan:
a. Menanggalkan rambut atau bulu dari badan dengan sengaja
b. Mengerat dan memotong kuku.
c. Menutup kepala atau sebagian daripadanya bagi lelaki seperti memakai songkok, serban atau sebagainya tetapi tidak dilarang memakai payung.
d. Memakai pakaian bersarung, berjahit atau sebagainya bagi lelaki seperti seluar, kemeja dan sarung kaki.
e. Memakai sarung tangan
f. Memotong , menebang dan mencabut pokok dan tumbuhan di tanah haram.
g. Memburu binatang buruan yang halal atau membinasakannya.
h. Melakukan hubungan suami isteri ( bersetubuh ) dan segala sesuatu yang dapat menbangkitkan hawa nafsu seperti mencium, meraba dan lain sebagainya.
i. Melakukan aqad nikah samada ijab qabul untuk diri sendiri atau mewakili orang lain.
j. Memakai wangi-wangian atau minyak rambut


6. Membaca Talbiyah

a. Membaca Talbiyah berulang kali dengan penuh ikhlas dan penghayatan akan makna didalamnya serta penuh rasa rendah diri kepada Allah. Lafadz Talbiyah adalah :

" Labbaika Allahumma labbaika,
"Aku penuhi panggilanMu ya Allah, aku penuhi
panggilanMu.

“ Labbaika Laa Syariika laka labbaika,
“ Aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, aku
penuhi panggilanMu.


“ Innal hamda wanni'mata laka
“Sesungguh-nya segala pujian dan nikmat adalah
milikMu,

“ Wal mulka, laa syariika laka"
“ Demikian juga seluruh kekuasaan adalah milikmu jua
Tidak ada sekutu bagiMu Ya Allah."

7. Berdoa

a. Setelah itu bacalah shalawat kepada Nabi dan dilanjutkan dengan membaca doa sesuai dengan maksud dan keinginan masing-masing.

b. Ulangi bacaan talbiyah , shalawat dan doa terus menerus selama dalam perjalanan.

Menuju Masjidil Haram

1. Setelah sampai di airport Jeddah, segera selesaikan urusan imigrasi dengan baik, dan segera berangkat menuju Makkah.

2. Selama dalam perjalanan ke Jeddah perbanyak membaca Talbiyah, dan shalawat serta berdoa.

3. Ketika memasuki kota Makkah, maka bersyukurlah kepada Allah kerana telah sampai di Tanah Haram sambil berdoa seperti : “ Ya Allah ini adalah tanah haram-Mu, maka haramkanlah darahku, dagingku dan tulangku daripada api neraka “. Boleh juga membaca doa yang lain dengan bahasa yang dipahami.

4. Sampai di hotel, segera kemas barang di dalam bilik yang telah disediakan.

5. Dibolehkan rehat dan mandi, makan dan minum, sehingga badan dapat segar kembali untuk melakukan ibadah thawaf dan sa’ie.

6. Segera berangkat menuju Masjidil Haram melalui jalan yang terdekat. Pastikan bag dan kamar anda terkunci dengan baik.

7. Sebelum berangkat , mintalah alamat hotel tempat menginap serta nomor telepon dari pihak hotel.

8. Jangan membawa barang yang berat atau berharga selama dalam tawaf. Simpanlah di dalam kamar atau di tempant penyimpanan barang yang telah disediakan oleh pihak hotel.

9. Perhatikanlah nama jalan dan tanda-tanda di sekitar hotel, untuk memudahkan anda jika kembali nanti.

10. Jika telah sampai di Masjidil Haram, dahulukanlah kaki kanan dan ucapkan do'a masuk masjid seperti : “ Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam dicurahkan kepada Rasulullah. Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmatMu'.

Do'a ini juga diucapkan ketika memasuki masjid-masjid yang lain. Disunatkan masuk dari pintu Babussalam, dan dibolehkan masuk dari pintu yang lain

11. Perhatikan pintu masjid tempat dimana anda masuk, sehingga memudahkan jika anda keluar nanti. Setiap pintu mempunyai nomor pintu, ingatlah nomor tersebut sebagai ikhtiar agar tidak sesat sewaktu akan keluar nanti.

12. Jangan melakukan shalat sunat tahiyatul masjid, kerana selama di masjidil haram tidak ada shalat sunat tahiyatul masjid, tetapi setiap masuk ke dalam Masjid al Haram lakukanlah thawaf tujuh kali, sebagai pengganti sembahyang sunat tahiyatul masjid.

13. Ketika nampak Ka’bah, maka bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang diberikan sehingga dapat melihat Ka’bah dan berdoalah.



THAWAF

Thawaf adalah mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali di mulai dari Hajarul aswad dalam keadaan bersuci dengan niat mendekatkan diri kepada Allah subhana wataala dan mengharapkan ampunan-Nya. Sewaktu bertawaf, rasakanlah kedekatan dan kehadiran Allah sehingga kita selalu mengingat-Nya ( berzikir), mengharapkan ampunan-Nya atas segala dosa-dosa yang telah kita perbuat, dan mengharapkan rahmat dan petunjuk-Nya bagi kehidupan di masa mendatang sehingga mendapat kebahagian di dunia dan di akhirat.

1. Mulailah melakukan thawaf dari sudut Hajar Aswad (dan atau dari tempat yang searah dengannya, biasanya diberi tanda garis coklat di atas lantai disekitar Kaabah). Patikan anda benar-benar menghadapkan diri dan wajah anda kepada Hajar al Aswad, atau berdiri lurus dengan kaki berada di garis sudut Hajar Aswad.

2. Ciumlah batu Hajaral Aswad dengan dengan penuh rasa kesyukuran serta niatkanlah dalam hati bahwa mencium batu tersebut untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw, bukan untuk memuja atau menyembah batu.

3. Setelah mencium, usapkanlah tangan kanan kepada batu yang mulia tersebut, sambil membaca :


“ Bismillah..Allahu Akbar “
( Dengan nama Allah -aku memulai tawaf ini- dan Allah
Yang Maha Besar )

4. Jika tidak dapat mencium Hajarul aswad, kerana banyaknya orang yang bertawaf atau kerana sesuatu hal, maka lambaikanlah tapak tangan kanan menghadap kepadanya. sambil membaca :


“ Bismillah..Allahu Akbar walillahilhamd ‘
( Dengan Nama Allah kumulai tawaf ini dan hanya Allah Yang Maha Besar dan kepada-Nya segala pujaan ).

5. Jika Anda tidak mampu untuk mencium Hajar al Aswad, maka jangan mendesak orang-orang (untuk mencapainya), tetapi berilah isyarat kepada Hajar Aswad dengan tangan kanan sekali isyarat, serta ucapkanlah :


“ Bismillah Allahu Akbar walilahilhamd “
( Dengan Nama Allah –aku memulai tawaf- dan Allah
Yang Maha Besar )

Dan kucuplah telapak tangan kanan tersebut, sebagai
isyarat mengucup hajar al Aswad.

6. Setelah itu, mulailah berjalan mengelilingi Ka’bah dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam. Pastikan bahwa Ka’bah tetap berada di sebelah kiri .

7. Sewaktu berjalan mengelilingi Ka’bah, berzikirlah kepada Allah, dengan perasaan dekat kepada-Nya, mengharapkan ampunan serta petunjuk-Nya.

8. Bacalah zikir apa saja yang dapat dibaca seperti :



“ Subhanallah, wal hamdulillah, walaa ilaaha illallah wallaahu Akbar “

Dibolehkan juga membaca zikir yang lain, atau membaca doa. Tidak ada doa yang khas yang wajib dibaca selama bertawaf dari Hajar Aswad sampai ke Rukun Yamani.

Menurut Imam an Nawawi dalam Kitab “ al Iedhah fi manasikil Haj wal Umrah “, bahwa membaca Al Quran selama bertawaf tersebut adalah lebih baik.

9. Bagi lelaki lakukan lari anak jalan cepat dengan memendekkan langkah ( raml ) pada tiga putaran pertama dan berjalanlah sebagaimana biasa pada putaran berikut-nya. Sedangkan bagi perempuan , seluruh putaran tawaf dilakukan dengan berjalan biasa.

10. Bagi lelaki agar memakai pakaian ihram dengan idhthiba' (meletakkan pertengahan kain selendang di bawah pundak kanan, dan kedua ujungnya di atas pundak kiri).

11. Teruskan berjalan mengelilingi Ka’bah melintasi dinding Hijir Ismail. Selama thawaf jangan berjalan memasuki ke dalam Hijir ismail, karena ruangan itu termasuk kawasan dalam ka’bah. Berjalanlah di luar hijir Ismail, dan jangan menyentuh dinting hijir tersebut.

12. Teruskan perjalanan thawaf sehingga sampai ke sudut yang dekat dengan Hajar as wad , yaitu sudut rukun Yamani, dengan tetap membaca zikir, doa, atau al Quran.



13. Jika Anda telah sampai ke Rukun Yamani maka usaplah sudut yamani tersebut dengan tanganmu jika hal itu memungkinkan-, tetapi jangan mengucupnya. Jika tidak bisa mengusapnya maka beri isyarat saja kepadanya, tanpa mengecup tangan tersebut.

14. Ketika berada diantara sudut Rukun Yamani dan sudut Hajar aswad disunatkan membaca do'a:


“ Rabbana Aatinaa fiddunyaa hasanah “
" Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia “


“ Wa fil aakhirati hasanah “
“ Dan berikanlah kepada kami kebaikan hidup di
akhirat “


“ Waqinaaa azaadannar “
“ Dan jagalah kami daripada siksa api Neraka."

15. Dalam thawaf, tidak ada do'a-do'a khusus , tetapi memang disunatkan memperbanyak dzikir dan do'a ketika thawaf. Jika Anda membaca ayat-ayat Al-Qur'an ketika thawaf, maka itu adalah baik.

Peringatan:

1. Bersuci adalah syarat sahnya thawaf. Jika wudhu anda batal di tengah - tengah melakukan thawaf, maka keluar dan berwudhulah, lalu ulangilah thawaf anda yang batal tersebut dari sudut hajar al aswad atau dari garis coklat.

2. Jika di tengah-tengah melakukan thawaf, maka masuk waktu shalat wajib, atau anda ingin mengikuti shalat jenazah, maka berhentikan tawaf anda dan shalatlah bersama jamaah yang lain, lalu sempurnakanlah thawaf anda dari tempat kaki dimana anda berhenti untuk shalat tadi, tanpa harus mengulangi ke garis coklat.

3. Jika anda perlu duduk sebentar, atau minum air atau berpindah dari lantai bawah ke lantai atas atau sebaliknya di tengah-tengah thawaf, maka hal itu tidak mengapa tanpa membatalkan tawaf anda.

4. Jika anda ragu-ragu tentang bilangan putaran, maka pakailah bilangan yang anda yakini yaitu yang lebih sedikit. Seperti jika anda ragu-ragu apakah anda telah melakukan thawaf tiga atau empat kali maka tetapkan-lah tiga kali, tetapi jika anda lebih mengira bilangan tertentu maka tetapkanlah bilangan tersebut.



Shalat sunat thawaf dua rakaat di Maqam Ibrahim

1. Jika telah selesai dari thawaf putaran ketujuh, pergilah menuju maqam Ibrahim yang berada di dekat Ka’bah.

2. Ambillah posisi di belakang Maqam Ibrahim, sehingga maqam Ibrahim berada di antara dirimu dan Ka’bah.

3. Lakukanlah shalat sunat dua rakaat dengan niat : “ Sengaja aku shalat sunat thawaf dua rakaat kerana Allah “. Niat dalam hati, dan jika dilafadzkan lebih baik.

4. Bacalah surah Al Kafirun ( Qul ya Ayyuhal kafirun ) di rakaat pertama dan surah al Ikhlas ( Qul huwallahu ahad ) di rakaat kedua. Dibolehkan membaca surah lain yang sudah dihafal.

5. Jika orang ramai sedang bertawaf di kawasan maqam Ibrahim, maka carilah posisi tempat shalat di tempat yang agak lapang sedikit di belakang maqam. Shalat sunat dua raka'at thawaf sunnah dikerjakan di belakang maqam Ibrahim, tetapi boleh juga dilakukan di Hijir Ismail atau di tempat mana saja daripada Masjidil Haram.

6. Selesai shalat, berdoalah kepada Allah sesuai dengan keinginan dan hajat. Doa di depan Maqam Ibrahim adalah diantara tempat berdoa yang dimakbulkan.

7. Tidak perlu berzikir atau berdoa yang panjang di tempat ini, untuk memberi kesempatan kepada yang lain , dan segeralah keluar dari tempat tersebut menuju Multazam untuk berdoa disana.

Berdoa di depan Multazam ( Pintu Ka’bah )

Multazam adalah tampat antara pintu Ka’bah dan Hajarul Aswad. Tempat ini merupakan tempat yang dimuliakan Allah sehingga merupakan tempat doa yang mustajab. Berdirilah di depan multazam , dan berdoalah dengan doa yang ikhlas dari hati nurani. Boleh berdoa dengan bahasa sendiri, dan berdoalah dengan sepuas-puasnya, dengan merasakan bahwa seakan-akan kita berdiri di depan Allah dengan jarak yang sangat dekat sekali. Berdoalah dengan penuh pemahaman akan apa yang dibaca dan penuh pengharapan akan ampunan dan rahmat daripada-Nya. Kita dibolehkan berdoa apa saja sesuai dengan keinginan dan hajat kita.

Diantara doa di Multazam adalah :


“ Wahai Tuhanku, untukMu segala puji yang menyamai nikmatMu dan menandingi kelebihanMu, aku memuji Engkau dengan segala puji yang aku ketahui, dengan apa yang aku tidak ketahui terhadap segala nikmat Engkau yang aku ketahui dan yang aku tidak ketahui serta terhadap segala keadaan “.

“ Wahai Tuhanku, sanjungkanlah Muhammad dan sejahterakanlah baginda serta keluarganya. Wahai Tuhanku! Lindungilah aku dari syaitan yang terkutuk, lindungilah aku dari segala kejahatan dan jadikanlah diriku merasa puas terhadap apa yang telah Engkau rezekikan serta kurniakanlah keberkatan untukku.

“ Wahai Tuhanku! Jadikanlah aku dari orang yang paling mulia yang datang kepadaMu dan kekalkanlah aku dalam jalan istiqamah sehingga aku berjumpaMu wahai Tuhan sekalian alam “.

Minum Air zam-zam.

Selanjutnya pergilah ke sumur zam-zam yang terletak di sambing Ka’bah dan minumlah airnya. Berdo'alah kepada Allah pada saat akan meminumnya karena dalam hadis disebutkan bahwa air zamzam akan berkesan kepada seseorang, terpulang pada niat dan doa daripada orang yang meminumnya. Jika air zamzam diminum dengan niat sebagai obat dari penyakit, maka dia akan menjadi obat bagi penyakit dan demikian selenjutnya.

1. Minumlah air zamzam baik dari sumur zamzam yang berada di bawah Ka’bah atau dari tempat air zamzam yang ada di sekitar masjid.

2. Bacalah doa sebelum minum air zamzam. Doa yang biasa dibaca oleh rasul adalah :

“ Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang banyak dan kesembuhan dari segala penyakit “.





























SA’IE ANTARA SAFA DAN MARWA

1. Pergilah menuju Shafa, dan ketika telah dekat ke bukit Safa, naiklah ke atas batu di bukit yang tinggi tersebut dan bacalah ( boleh juga tidak dibaca ) firman Allah Ta'ala:

“ Innassafaa wal marwata min sya’aa irilllah “
( Al Baqarah : 158 )

" Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari
tempat kebesaran Allah."

Jika tidak hafal, maka ayat ini tidak usah dibaca, tetapi naiklah ke atas bukit dengan penuh perasaan syukur, rendah diri dan taqarrub ( dekat ) kepada Allah.

2. Berdiri di atas batu safa. Setelah itu jika dapat ucapkan:

’u bimaaa badaallahu wa“ Abda rasuuluhu “

“ Aku memulai saie dengan apa yang Allah dan rasul-Nya
lakukan ."

Jika tidak hafal, maka lafadz ini tidak usah dibaca, tetapi rasakan bahwa saei ini dilakukan bukan karena untuk memuja batu atau bukit ini tetapi hanya karena mengikuti sunnah dan ajaran daripada rasulullah saw dan mengikuti perintah Allah subhana wa taala.

3. Hadaplah diri dan wajah ke arah Ka'bah, dan berniatlah bahwa “ sahaja aku melakukan saie untuk umrah tujuh kali pusingan kerana Allah “. Niat ini di dalam hati, jika dilafadzkan lebih baik.

4. Lampaikan tangan kanan ke arah Ka’bah sambil membaca takbir tiga kali :



“ Allahu Akbar..Allahu Akbar.Allahu Akbar Walillahil hamd “.

“ Allah Maha Besar..Allah Maha Besar ..Allah Maha Besar dan segala puja dan puji hanyalah ditujukan kepada-Nya “.

Rasakan kebesaran Tuhan sehingga dapat sampai ke tempat bersejarah dimana Hajar berlari-lari mencari air untuk anaknya Nabi Ismail as.

5. Setelah itu berdoalah kepada Allah dengan doa sesuai dengan maksud dan keinginan masing-masing.

6. Kemudian turunlah dari Bukit Safa dan berjalanlah menuju ke bukit Marwa dengan sikap hati bersyukur kepada Allah, bertasbih dan berzikir kepadaNya. Dibolehkan juga untuk membaca Al Quran selama dalam melakukan saie.

7. Bila berada di antara dua tanda lampu hijau di dinding, maka lakukanlah sa'ie dengan berlari –lari anak (khusus untuk laki-laki dan tidak bagi wanita) sambil tetap berzikir.

8. Setelah sampai di tanda hijau yang kedua, lanjutkan saie dengan berjalan biasa sampai kepada bukit Marwa dengan tetap berzikir.

9. Jika Anda telah sampai di Marwa, naiklah ke atasnya dan menghadaplah ke arah Ka'bah, kemudian ucapkan sebagaimana yang diucapkan di atas bukit Safa yaitu : Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar walillahilhamd “.

10. Demikian hendaknya yang anda lakukan pada putaran berikut-nya. Berjalan dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali putaran dan kembali dari Marwa ke Shafa juga dihitung satu kali putaran hingga sempurna menjadi tujuh kali putaran. Karena itu, putaran sa'ie yang ke tujuh berakhir di Marwa.

11. Tidak ada dzikir (do'a) khusus untuk sa'ie, semua doa boleh dibaca, dan oleh karena itu perbanyaklah dzikir dan do'a serta membaca Al-Qur'an.

12. Tidak disyaratkan suci dari hadas dalam melakukan saei, sebagaimana dalam tawaf. Walaupun demikian lebih baik dilakukan dalam keadaan suci daripada hadas.

13. Jika merasa penat dalam melakukan saei, boleh rehat sekejab duduk di tengah jalan..kemudian dilanjutkan dengan putaran berikutnya.

14. Jika tidak mampu melakukan lari seperti sakit maka dibolehkan melakukan saei dengan memakai kursi jalan.








TAHALLUL ( bercukur rambut setelah saei )

1. Jika telah selesai mengerjakan sae'i tujuh kali pusingan, maka lakukanlah tahallul dengan mencukurlah rambut sekurang-kurangnya tiga helai.

2. Sewaktu memotong rambut bacalah : Alahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar.

3. Bagi lelaki disunahkan untuk mencukur sampai gundul (sampai bersih ). Bagi perempuan cukup dengan memotong ujung daripada rambutnya kira-kira seujung jari sahaja.

4. Setelah bercukur, hadapkanlah diri ke arah Kiblat dan berdoalah kepada Allah agar ibadah umrah yang baru saja dilakukan tersebut dapat diterima. Doa itu boleh dibaca dalam bahasa yang dimengerti dan boleh ditambah dengan doa-doa apa saja terpulang kepada keinginan di hati.


TAWAF WADA’

Tawaf wada’ adalah tawaf berpisah dengan Ka’bah. Jika akan keluar dari kota Makkah atau akan kembali ke tanah air, maka disunatkan melakukan tawaf perpisahan ( tawaf wida’ ). Tawaf wida’ dilakukan sesbagaimana tawaf biasa, hanya dengan niat “ sengaja aku tawaf wida’ tujuh kali putaran kerana Allah “. Niat ini di dalam hati dan boleh dilafadzkan.






FADHILAT UMRAH :

Ibadah umrah mempunyai beberapa kelebihan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah saw dalam beberapa hadis yang maksudnya seperti berikut :

“ Barang siapa yang datang ke Baitullah ( untuk melakukan umrah atau haji ) dan selama disana tidak melakukan perkelahian dan tidak melakukan hal-hal yang maksiat, maka dia akan kembali ke kampungnya sebagaimana anak yang baru dilahirkan dari rahim ibunya, bersih daripada dosa “.
( hadis riwayat Nasai ).

“ Umrah yang satu kepada umrah yang lain dapat menghapuskan dosa-dosa diantara keduanya “ ( hadis riwayat Muttafaq alaih )

“ Ikutilah haji dengan umrah karena keduanya akan menghilangkan kefaqiran dan dosa sebagaimana api membersihkan karat besi dan perak, dan tiada balasan bagi haji yang mabrur melainkan surga “
( Hadis riwayat Tirmidzi, nasai, Ibnu Hibban )

“ Ikutilah haji dan ibadah umrah karena melakukan haji dan umrah dapat menambah rezeki dan memperpanjang umur “ ( Thabrani )

“ Sesungguhnya umrah itu adalah haji kecil “ ( Hadis )

“ Tamu Allah itu tiga : Orang yang berperang di jalan Allah, Orang yang haji dan Orang yang melaukan umrah “ ( hadis riwayat Nasai )

“ Haji dan umrah adalah tamu Allah, apabila mereka meminta , maka Allah akan memberi dan apabila mereka meminta ampun, maka Allah akan memberikan ampunan-Nya ‘. ( Ibnu Majah )

“ Setiap langkah yang dilakukann untuk pergi mengunjungi Ka’bah akan mendatangkan kebaikan dan dapat menghapuskan keburukan “ ( Hadis riwayat Abd razzzaq )

“ Umrah di bulan ramadhan nilainya sama dengan haji “
( hadis Muttafaq alaihi )

“ Haji dan Umrah adalah tamu Allah. Mereka akan mendapat apa yang mereka pinta, doa mereka akan mustajab, dan Allah akan menggantikan segala belanja yang telah mereka keluarkan dan dilipat gandakan setiap satu dirham dengan beribu-ribu dirham dan demi yang telah membangkitkan aku dengan benar, satu dirham itu lebih berat daripada bukit ini, sambil rasulullah menunjuk bukit Jabal Qubaisy yang berada di samping Masjidil Haram “.

“ Barangsiapa yang mati daripada mereka yang sedang haji atau umrah, maka mereka tidak akan dihisab dan akan masuk ke dalam surga “ ( riwayat Thabrani )


Fadilat uang yang dikeluarkan untuk umrah

Abu hurairah berkata bahwa Rasulullah pada waktu haji wada telah bersabda : ‘ Haji dan umrah adalah tamu Allah, maka mereka akan mendapat apa yang mereka pinta, dan doa mereka akan dikabulkan, dan segala harta yang dikeluarkan untuk keperluan ibadah tersebut akan diganti , dan setiap satu dirham akan dibalas dengan beribu-ribu dirham, dan demi yang telah mengutus aku dengan penuh kebenaran, maka satu dirham itu akan lebih berat daripada gunung ini ( sambil baginda menunjuk kepada gunung Jabal Uhud ) “.. Hadis riwayat Fakihiy.

Fadilat Talbiyah

Sahal bin Saad menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda : ‘ Sesiapa saja yang mengucapkan talbiyah, maka seluruh apa saja yang ada di sebelah kanan dan kirinya baik itu batu, pokok, dan belahan tanah disekitar nya baik itu di kanan dan di kiri semuanya akan ikut mengucapkan talbiyah bersama-sama “. Hadis sahih dikeluarkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim.

Fadilat Tawaf

Abdullah bin Umar berkata bahwasanya rasulullah saw telah bersabda : ‘ Sesiapa yang berthawaf di sekeliling Ka’bah selama satu minggu maka sama seperti memerdekakan seorang hamba sahaya “ dan aku mendengar baginda juga berkata : ‘ Setiap langkah yang dilakukan dalam tawaf maka Allah akan menghilangkan darinya satu derajat dan mengangkatnya satu derajat “. hadis riwayat Tirmidzi.

Jabir bin Abdilah berkata bahwa rasulullah bersabda : “ Sesiapa yang berthawaf di Ka’bah tujuh kali dan kemudian shalat di maqam Ibrahim dua rakaat dan kemudian minum air zamzam, maka Allah akn mengampuni dosa-dosanya sebesar apapun dosanya tersebut “ Hadis diriwayatkan oleh Abu Said al Jundiy.

Abu Hurairah berkata bahwa rasulullah saw bersabda : “ Sesiapa yang bertawaf di Ka’bah tujuh kali dan dia tidak berkata-kata kecuali melafazkan Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illa Allah , wallahu Akbar, walaa haula walaa quwwata illa billaah “ maka Allah akan menghapuskan baginya sepuluh kejahatan dan dituliskan baginya sepuluh kebaikan. Siapa yang berthawaf dan berkata-kata pada waktu itu maka dia berada di dalam rahmat seperti kaki yang sedang berada di dalam kola “. Hadis riwayat Ibnu Majah.


Fadhilat Sa’ie

Sahabat Rasulullah Anas menceritakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : Sesiapa yang berthawaf diantara Safa dan marwa maka itu sama dengan memerdekakan tujuh puluh hamba sahaya “. Hadis riwayat Said bin Mansur.


FadhilatTtahallul

Rasulullah saw bersabda ; “ Setiap satu helai rambut yang dicukur oleh orang yang bertahalul, itu akan menjadi cahaya di hari kiamat “. hadis riwayat Ibnu Hibban.

Perhatian :

1. Selama di Makkah kita dapat melakukan umrah sunat dengan miqat dari Ji’ranah. Dalam hadis disebutkan bahwa sebaik-baik umrah adalah dilakukan sebelum subuh dan setelah sembahyang ashar. Berangkat ihram dari Ji’ranah, kemudian lakukan tawaf, sai, dan tahallul, berarti kita telah melakukan satu umrah.

2. Selama berada di masjidil haram perbanyaklah untuk melakukan shalat sunat seperti sunat tahajjud, sunat dhuha, sunat witir, sunat awwabin. Juga memperbanyak istighfar dan zikir serta doa. Juga dianjurkan untuk selalu membaca Al Quran dan usahakan untuk mengkhatamkan Al Quran selama di Tanah Suci.

3. Selama di Tanah suci, pergunakanlah kesempatan untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah sebanyak mungkin dengan beribadah dan menghayati kehidupan rasulullah saw beserta keluarga dan sahabat beliau. Ziarahi tempat bersejarah dengan harapan dapat memberikan motivasi keimanan dan ketaqwaaan sehingga sekembali dari tanah suci kita dapat meningkatkan ibadah dan amal kita kepada Allah Taala.



MIQAT IHRAM

Miqat adalah tempat dimana seorang yang akan melakukan umrah atau haji bermula dengan niat, memakai pakaian ihram, dan menjaga segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan ihram. Dalam ihram ada miqat makani ( miqat tempat ) dan ada miqat zamani ( miqat waktu melakukan ).

Miqat Makani:

Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah menetapkan tempat miqat bagi penduduk Madinah di Zul Hulaifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Najd di Qarnul Manazil dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam. Sabda Baginda Lagi: Miqat-miqat tersebut adalah bagi penduduk negeri-negeri tersebut dan bagi mereka yang melaluinya untuk menunaikan ibadat Haji dan Umrah. Manakala, selain dari mereka yang tersebut, miqatnya adalah mengikut arah kedatangan mereka, begitu juga dengan penduduk Mekah, miqatnya memadai dari Mekah. Para ahli Ilmu telah bersepakat mengenai tempat-tempat miqat tersebut.

Juhfah: Merupakan miqat bagi penduduk Mesir, Syam dan mereka yang datang dari arahnya.

Abyar ( Bir ) Ali dan Zul Hulaifah : Iaitu miqat bagi penduduk Madinah: Dinamakan Abyar Ali kerana ia merupakan tempat bekalan air bagi Bani Jathim, juga merupakan miqat yang paling jauh dari Kota Mekah iaitu kira-kira 450 kilometer. Perjalanan dengan unta dapat merentasi jarak tersebut selama sembilan hari, kira-kira 50 kilometer setiap hari (iaitu kira-kira 4 kilometer satu jam). Ia (50 Km) juga dinamakan satu marhalah.

Qarnul Manazil: Sebuah bukit yang terletak di hadapan padang Arafah yang dikenali dengan Qarnul Manazil dan ia merupakan miqat bagi penduduk Taif dan mereka yang berada di belakangnya.

Zaatu Irqin: Dinamakan Zaatu Irqin kerana ia merupakan sebuah bukit bernama Irqin, terletak di hadapan sebuah lembah yang dikenali dengan Wadi al-Aqiq iaitu sebuah perkampungan yang terletak sejauh 2 marhalah dari Kota Mekah. Miqat ini tidak terdapat di dalam hadis Rasulullah s.a.w, tetapi ia telah disepakati oleh para ulama.

Yalamlam: Yalamlam merupakan salah sebuah dari bukit-bukit yang terdapat di sebelah utara, kira-kira 2 marhalah dari Kota Mekah dan ia adalah miqat bagi penduduk Yaman.







BEBERAPA PERINGATAN

1. Niat dengan ikhlas bahwasanya umrah dilakukan hanya kerana Allah Taala dan mengikuti Sunnah rasulullah.

2. Laksanakanlah segala kewajiban umrah seperti ihram, tawaf, sa’ie dan tahallul dengan penuh kepahaman dan penghayatan.

3. Jagalah kesucian hati, kesucian jiwa, dan kesucian badan dari segala sesuatu perbuatan yang munkar dan larangan semasa dalam mengerjakan ihram dan berada di tanah suci.

4. Selama berada di tanah Suci, perbanyak zikir, doa dan membaca Al Quran, shalat sunat, I’tikaf , dan ibadah sunat lainnya.

5. Sewaktu mengunjungi tempat-tempat bersejarah, ingat dan hayatilah peristiwa dan sejarah Rasulullah saw, dan berdoalah agar diberi kekuatan untuk dapat mengikuti sunnah beliau sehingga dapat menjadi umat Muhammad yang terbaik.

6. Selama berada ditanah suci, kita menjadi Tamu Allah, maka hendaklah kita merasa dekat dengan Allah, dan menjaga segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya baik dalam hati, perbuatan dan ucapan lisan.

7. Selalu berdoa kepada Allah agar segala amal ibadah kita diterima dan kita mendapat ampunan daripada-Nya.

PELAKSANAAN IBADAH HAJI

A. HAJI TAMATHU’

Haji Tamathu maksudnya adalah jika seseorang mengerjakan umrah untuk haji terlebih dahulu di bulan-bulan haji ( sejak awal bulan syawal sampai 9 Dzulhijjah ) baru kemudian dilanjutkan dengan mengerjakann haji di tahun yang sama.

Cara Mengerjakannya haji tamathu :

1. Ihram Umrah
a. Persiapan sebelum ihram : memotong kuku dan lain-lain.
b. Mandi Ihram
c. Berpakaian ihram
d. Sembahyang sunat Ihram dua rakaat
e. Niat ihram di Miqat “ Sengaja aku berumrah dan berihram untuknya kerana Allah “.
f. Menjaga diri dari larangan ihram
g. Membaca Talbiyah : “ Labbaikallahumma labbaik Labaika la sharika laka labbaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulk laa sharika laka “

2. Memasuki kota Makkah
a. Membaca doa masuk kota makkah
b. Membaca Talbiyah

3. Tiba di Hotel/penginapan
a. Segera mencari bilik yang akan ditempati
b. Rehat sekejab/ mandi
c. Makan dan minum
d. Segera menuju masjidil haram


4. Tiba di Masjidil haram
a. Membaca doa masuk masjid
b. Membaca doa sewaktu melihat ka’bah
c. Segera menuju ke Ka’bah

5. Melakukan Thawaf Umrah
a. Sucikan diri dengan air sembahyang
b. Memakai pakaian ihram yang rapi
c. Segera menuju Hajarul Aswad
d. Berdiri di garis coklat di sudut Ka’bah
e. Hadapkan diri kepada Hajarul Aswad
f. Niatkan thawaf untuk umrah
g. Lambaikan tangan ke hajaral aswad
h. Baca : “Bismillahi Allahu Akbar walillahilhamd”
i. Kucup telapak tangan tersebut
j. Pusingan badan ke arah kanan
k. Mulai melangkah untuk thawaf
l. Berjalan mengelilingi ka’bah
m. Pastikan ka’bah berada di sebelah kiri badan
n. Jangan masuk ke dalam kawasan hijir ismail
o. Jangan sampai badan menyentuh ka’bah
p. Bacalah doa/zikir/Al Quran
q. Dekatkan diri kepada Allah
r. Teruskan berjalan sampai ke Rukun yamani
s. Di rukun yamani, lambaikan tangan kepadanya
t. Baca : Bismillahi Allahu Akbar
u. Terus berjalan menuju arah sudut hajaral aswad sambil membaca : “ rabbana Atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qinaa ‘azaabannar “.
v. Jika telah sampai di sudut hajar aswad, kucuplah batu tersebut
w. Jika tidak dapat mengucupnya, maka cukup dengan melambaikan tangan sambil membaca : Bismillah Allhu Akbar walillahilhamd..”
x. Lanjutkan untuk pusingan kedua
y. Bagi laki-laki disunatkan untuk berjalan anak pada pusingan pertama sampai ke tiga.
z. Jika telah selesai tujuh kali pusingan, segera menuju maqam Ibrahim.

6. Shalat di maqam Ibrahim
a. Niat shalat dua rakaat sunat Thawaf
b. Berada di belakang makam Ibrahim antara makam dengan ka’bah
c. Jika tidak dapat di makam, boleh juga shalat sunat thawaf di Hijir Ismail.

7. Berdoa di Multazam
a. Segera menuju Multazam
b. Berdiri diantara pintu Ka’bah dan hajar aswad
c. Berdoalah dengan doa apa saja baik dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami dengan baik.
d. Rasakanlah kedekatan diri kita dengan Allah, seakan-akan kita berdiri di depan pintu-Nya.

8. Minum Air Zamzam
a. Setelah berdoa, segera menuju tempat air zamzam
b. Minumlah air zamzam denga penuh kesyukuran
c. Berdoalah sebelum meminum air tersebut.

9. Menuju Safa untuk Saie
a. Setelah minum segera menuju bukit safa
b. Pastikan kaki menginjak kaki bukit, lantai yang agak tinggi sedikit di kawasan safa
c. Hadapkan diri ke Ka’bah
d. Niatkan akan melakukan saie umrah karena Allah
e. Lambaikan tangan ke hajaral Aswad
f. Baca : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “.
g. Segera turun ke bawah dan berjalan menuju Marwa
h. Sambil berjalan bacalah doa/zikir/ Al Quran
i. Tiba di lampu hijau, segera berlari anak ( untuk lelaki ) sampai pada lampu hijau berikutnya
j. Terus berjalan menuju bukit marwa sambil berdoa/berzikir
k. Tiba di bukit Marwa , pastikan kaki menginjak lantai yang agak tinggi.
l. Hadapkan diri ke arah Ka’bah, lambaikan tangan ke arahnya dan bacalah : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “
m. Segera turun kebawah, dan teruskan berjalan menuju Safa untuk melakukan pusingan kedua dan lakukan terus sampai pusingan ketujuh berakhir di Marwa

10. Tahallul Umrah ( menggunting rambut )
a. Setelah selesai pusingan ketujuh segera berdiri di atas marwa dan hadapkan diri ke arah ka’bah.
b. Berdoalah sebagai kesyukuran melakukan saie
c. Ambil gunting untuk menggunting rambut
d. Guntinglah rambut sedikitnya tiga helai
e. Orang lain boleh diminta tolong untuk mengguntingkan rambutnya, dengan syarat orang tersebut telah melakukan tahallul.
f. Berdoalah kepada Allah sebagai kesyukuran setelah menyelesaikan ibadah umrah
.
11. Menunggu sampai tiba masa haji ( 8 Dzulhijjah )
a. Setelah selesai umrah, dibolehkan melepaskan pakaian ihram dan melakukan larangan ihram.
b. Selama menunggu waktu haji ( 8 dzulhijjah ) boleh melakukan umrah sunat dengan mengambil miqat dari Taniem atau Ji’ranah.
c. Perbanyak ibadah di masjidil haram dan membaca Quran, berzikir dan berdoa.

12. Ihram untuk Haji ( pada 8 Dzul Hijjah )
a. Pada pagi 8 hb Dzulhijjah, mandi dan lakukan sunat-sunat Ihram di hotel masing-masing.
b. Lakukan shalat sunat Ihram dua rakaat di bilik hotel.
c. Turun dari bilik menuju bus yang akan membawa ke Arafah.
d. Berniat Ihram untuk haji “ Sengaja aku mengerjakan haji dan berihram untuknya kerana Alah “.
e. Segera menaiki kenderaan menuju Arafah
f. Perbanyak membaca talbiyah /zikir dan doa selama dlaam perjalanan menuju Arafah.

13. Tiba di Arafah dan wuquf pada 9 Dzul hijah
a. Segera cari khemah yang telah ditentukan
b. Jika sampai di malam 9 Dzulhijjah, segera rehat persiapan untuk besok hari.
c. Lakukan shalat wajib dengan jama’ kecuali shalat subuh
d. Di pagi hari berkemas-kemas barang dan tempat.
e. Waktu wuquf bermula dari selepas dzuhur.
f. Jika tiba waktu dzuhur , segera shalat Dzuhur jama’ dengan Ashar berjamaah ( jama’ taqdim )
g. Selepas shalat, hadirkan diri kepada Allah, berzikir dan berdoa dengan penuh khusyu’ dan tawadhu’.
h. Mintalah ampunan ( istighfar ) kepada-Nya sebanyak mungkin.
i. Jangan sia-siakan waktu dengan berjalan-jalan atau melakukan kegiatan yang sia-sia seperti berborak, bersembang dan lain sebagainya.
j. Isilah waktu sampai petang dengan zikir, doa, baca Al Quran dan istighfar.
k. Masuk waktu maghrib segera lakukan shalat maghrib dan Isya dengan jama’ taqdim.
l. Setelah shalat dan makan malam, segera bertolak menuju Muzdalifah.

14. Bermalam di Mudzdalifah ( 9 dzulhijjah malam ).
a. Selepas Isya pada 9 haribulan Dzulhijjah, segera berangkat meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
b. Bermalam di Muzdalifah maksudnya berada di Muzdalifah pada waktu selepas tengah malam walaupun sekejab.
c. Jika sampai di Muzdalifah sebelum tengah malam, maka tunggulah sampai lewat tengah malam.
d. Tiba di Muzdalifah perbanyak doa dan talbiyah
e. Turun dari kenderaan untuk mencari batu sedikitnya sebanyak 7 biji untuk dipakai buat melontar Jamrah Aqabah di Mina esok hari.
f. Boleh mencari batu lebih banyak lagi sebagai persiapan untuk melontar tiga Jamrah di hari kesebelas dan duabelas atau tiga belas dzulhijjah. Batu yang diperlukan untuk melontar jamrah bagi nafar awwal sebanyak 49 biji batu, dan bagi nafar tsani sebanyak 63 biji batu selan batu yang dipakai untuk jamrah Aqabah diatas.
g. Setelah batu dikumpulkan segera naik kenderaan lagi menuju Mina.



15. Melontar Jamrah Aqabah di Mina ( 10 dzul hijjah )
a. Tiba di Mina segera mencari khemah yang telah ditentukan.
b. Setelah rehat sekejab, segera menuju tempat melontar Jamrah Aqabah.
c. Waktu melontar sejak selepas subuh pada 10 Dzulhijjah.
d. Lontarlah Jamrah Aqabah dengan perasaan untuk mengikuti sunnah rasulullah bukan dengan emosi untuk melontar syetan.
e. Mulailah melontar dengan membaca “ Bismillah Allahu Akbar “.
f. Pastikan batu yang dilontar masuk ke dalam lobang.
g. Jika batu yang dilontar mengnai tiang/dinding dan tidak masuk ke dalam lobang, maka lontaran tidak sah.
h. Jika lontaran tidak masuk ke dalam lobang, maka ulangi kembali lontaran tersebut sampai masuk.
i. Lakukan lontaran yang sah sampai tujuh kali.

16. Tahallul Awwal setelah lontaran Jamrah Aqabah.
a. Setelah melontar jamrah Aqabah, segera berdoa kepada Allah.
b. Guntinglah/cukur rambut sedikitnya tiga helai sebagai tahallul pertama.
c. Jika telah melakukan tahallul pertama, maka dibolehkan melepaskan pakaian ihram dan melakukan larangan ihram kecuali melakukan hubungan suami isteri.
d. Jika mempunyai waktu dibolehkan untuk segera melakukan Thawaf Ifadhah dan Saie Haji di Masjidil haram atau jika tidak mempunyai masa hal itu dapat dilakukan besok hari selama hari tasyri’ atau nanti selepas selesai dari Mina.
e. Segera kembali ke khemah dan perbanyak zikir/doa/baca al Quran.

17. Bermalam di Mina.
a. Pada malam 11 dzulhijjah dan 12 dzulhijjah diwajibkan bermalam di Mina.
b. Bermalam maksudnya berada di Mina selepas sampai selepas tengah malam.
c. Jika siang hari berada di Makkah maka pastikan berada di mina sebelum maghrib sampai lepas tengah malam.
d. Selama berada di mina, perbanyak doa/zikir/membaca Al Quran.
e. Hindari dari perbuatan sia-sia seperti berjalan-jalan, bersembang dan berborak atau bergurau.

18. Melontar Jamrah pada 11 hb dzulhijjah.
a. Pada 11 dzulhijjah lakukan lontaran Jamrah kepada tiga Jamrah secara tertib bermula dari Jamrah Ula, Jamrah Wustha dan Jamrah Aqabah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur sampai subuh 12 Dzulhijjah.
c. Jangan melontar pada waktu sebelum dzuhur.

19. Bermalam di Mina pada malam 12 Dzulhijjah.
a. Pastikan berada di Mina sebelum maghrib sampai lepas tengah malam.
b. Perbanyak doa/zikir/baca Al Quran/ talbiyah dan perbuatan yang bermanfaat.

20. Melontar jamrah pada 12 Dzulhijjah.
a. Pada 12 dzulhijjah lakukan sekali lagi melontar ketiga jamrah bermula dari jamrah Ula, jamrah Wustha dan berakhir di jamrah aqabah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur sampai fajar subuh keesokan hari.
c. Batu melontar boleh diambil dari batu Muzdalifah atau batu yang ada disekitar mina.
d. Pastikan melontar tujuh kali setiap jamrah.
e. Bagi yang akan melakukan nafar awwal, segera berangkat ke Makkah sebelum waktu maghrib.
f. Jika berada di Mina selepas waktu maghrib, maka wajib bermalam di mina pada malam 13 dzulhijjah dan melakukan nafar yang kdua ( nafar tsani ).

21. Bermalam di Mina pada malam 13 dzulhijjah ( bagi nafar tsani )
a. Jika berada di mina sampai waktu maghrib, maka wajib bermalam di Mina pada malam 13 dzulhijjah.
b. Perbanyak doa/zikir/baca Quran/istighfar.

22. Melontar jamrah pada 13 dzulhijjah
a. Bagi yang melakukan nafar tsani, lakukan lontaran ketiga jamrah sekali lagi pada 13 hb Dzulhijjah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur
c. Setelah melontar, berarti selesai amalan di Mina.

23. Berkorban selama di Mina.
a. Disunatkan selama di mina melakukan qurban.
b. Qurban boleh dilakukan pada 10, 11,12,13 dzulhijjah.
c. Qurban boleh dilakukan dengan memotong langsng ke jabal Qurban atau melalui bank yang elah ditunjuk oleh kerajaan Arab saudi.

24. Thawaf Ifadah ( thawaf haji ).
a. Selepas dari Mina, segera menuju Masjidil haram untuk melakukan Thawaf ifadah ( thawaf haji ) sebagaimana cara melakukan thawaf biasa.
b. Selesai thawaf, shalat dua rakaat sunat thawaf di maqam Ibrahim, berdoa di multazam dan minum air zamzam.
c. Setelah selesai segera menuju Safa untuk saie.

25. Saie haji
a. Setelah thawaf ifadhah, segera menuju bukit safa
b. Lakukan saie sebagaimana cara melakukan saie umrah.
c. Selesai tujuh pusingan berdoa dan segera tahallul.

26. Tahallul kedua ( tahallul tsani )
a. Selepas melakuka saie tujuh pusingan, segera tahallul kedua dengan menggunting rambut sedikitnya tujuh helai.
b. Bagi yang tidak mempunyai rambut, cukup dengan memberi isyarat dengan meletakkan guntung di atas kepala.
c. Setelah tahallul kedua berarti telah selesai melakukan ibadah haji.
d. Berdoalah kepada Allah sebagai kesyukuran atas ibada yang telah dilaksanakan.

Setelah tahallul ini selesailah mengerjakan haji dan umrah, tingal menunggu melakukan thawaf wada’ sebelum meninggalkan kota Makkah, jika akan kembali pulang ke tanah air.

27. Thawaf wada’.
a. Jika akan meninggalkan Makkah, maka lakukanlah thawaf wada’ ( thawaf perpisahan ).
b. Cara melakukan sama dengan thawaf umrah.
c. Setelah thawaf berdoalah agar di masa mendatang dapat kembali lagi mengunjungi masjidil haram untuk umrah atau haji.
d. Thawaf wada’ dilakukan tanpa saie.

28. Membayar dam
a. Dagi haji tamathu’ dan qiran harus membayar dam.
b. Dam dengan menyembelih seekor kibasa atau kambing atau satu pertujuh daripada unta /lembu.
c. Boleh disembelih sewaktu di Mina atau dengan membayar melalui bank yang telah ditunjuk.
d. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa sepuluh hari yang dilakukan di tanah suci selama tujuh hari dan selebihnya dilakukan di luar tanah suci, di tempat sendiri.
e. Jika tidak kuasa dapat diganti dengan memberikan makanan kepada faqir miskin selama sepuluh hari.

29. Ziarah ke Madinah / Tempat bersejarah.
a. Setelah melakukan haji dapat berziarah ke tempat bersejarah seperti madinah, Gua Hira, Gua Tsur, dan lain sebagainya.
b. Niatkan dalam berziarah untuk menghayati perjuangan daripada rasulullah dan sahabat-sahabat beliau.
c. Dapatkan sejarah hidup dengan bertanya atau membaca kitab-kitab sejarah nabi dan sahabat.

@


B. HAJI IFRADH

Haji Ifradh maksudnya adalah jika seseorang mengerjakan haji terlebih dahulu di dalam masa haji , baru kemudian mengerjakan umrah di tahun yang sama.

Cara Mengerjakannya :

1. Ihram haji.
a. Persiapan sebelum ihram : memotong kuku dan lain-lain.
b. Mandi Ihram
c. Berpakaian ihram
d. Sembahyang sunat Ihram dua rakaat
e. Niat ihram untuk Haji di Miqat “ Sengaja aku mengerjakan haji dan berihram untuknya kerana Allah”
f. Menjaga diri dari larangan ihram
g. Membaca Talbiyah “ Labbaikallahumma labbaik…….”

2. Memasuki kota Makkah
a. Membaca doa masuk kota makkah
b. Membaca Talbiyah

3. Tiba di Hotel/penginapan
a. Segera mencari bilik yang akan ditempati
b. Rehat sekejab/ mandi
c. Makan dan minum
d. Segera menuju masjidil haram

4. Tiba di Masjidil Haram
a. Membaca doa masuk masjid
b. Membaca doa sewaktu melihat ka’bah
c. Segera menuju ke Ka’bah

5.Melakukan Thawaf Qudum
a. Sucikan diri dengan air sembahyang
b. Memakain pakaian ihram yang rapi
c. Segera menuju Hajarul Aswad
d. Berdiri di garis coklat di sudut Ka’bah
e. Hadapkan diri kepada Hajarul Aswad
f. Niatkan thawaf untuk umrah
g. Lambaikan tangan ke hajaral aswad
h. Baca : “Bismillahi Allahu Akbar walillahilhamd”
i. Kucup telapak tangan tersebut
j. Pusingan badan ke arah kanan
k. Mulai melangkah untuk thawaf
l. Berjalan mengelilingi ka’bah
m. Pastikan ka’bah berada di sebelah kiri badan.
n. Jangan masuk ke dalam kawasan hijir ismail
o. Jangan sampai badan menyentuh ka’bah
p. Bacalah doa/zikir/Al Quran
q. Dekatkan diri kepada Allah
r. Teruskan berjalan sampai ke Rukun yamani
s. Di rukun yamani, lambaikan tangan kepadanya
t. Baca : Bismillahi Allahu Akbar
u. Terus berjalan menuju arah sudut hajaral aswad sambil membaca : “ rabbana Atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qinaa ‘azaabannar “.
v. Jika telah sampai di sudut hajar aswad, kucuplah batu tersebut
w. Jika tidak dapat mengucupnya, maka cukup dengan melambaikan tangan sambil membaca : Bismillah Allhu Akbar walillahilhamd..”
x. Lanjutkan untuk pusingan kedua
y. Bagi laki-laki disunatkan untuk berjalan anak pada pusingan pertama sampai ke tiga.
z. Jika telah selesai tujuh kali pusingan, segera menuju maqam Ibrahim.

6.Shalat di maqam Ibrahim
a. Niat shalat dua rakaat sunat Thawaf
b. Berada di belakang makam Ibrahim antara makam dengan ka’bah
c. Jika tidak dapat di makam, boleh juga shalat sunat thawaf di Hijir Ismail.

7.Berdoa di Multazam
a. Segera menuju Multazam, yaitu kawasan antara pintu Ka’bah dan hajar al aswad .
b. Berdiri diantara pintu Ka’bah dan hajar aswad
c. Berdoalah dengan doa apa saja baik dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami dengan baik.
d. Rasakanlah kedekatan diri kita dengan Allah, seakan-akan kita berdiri di depan pintu-Nya.

8.Minum Air Zamzam
a. Setelah berdoa, segera menuju tempat air zamzam
b. Minumlah air zamzam denga penuh kesyukuran
c. Berdoalah sebelum meminum air tersebut.

9. Menuju Safa untuk Saie Haji.
( Saie Haji ini boleh dilakukan selepas thawaf qudum, dan juga boleh dilakukan selepas thawaf ifadhah )

a. Setelah minum segera menuju bukit safa
b. Pastikan kaki menginjak kaki bukit, lantai yang agak tinggi sedikit di kawasan safa
c. Hadapkan diri ke Ka’bah
d. Niatkan akan melakukan saie umrah karena Allah
e. Lambaikan tangan ke hajaral Aswad
f. Baca : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “.
g. Segera turun ke bawah dan berjalan menuju Marwa
h. Sambil berjalan bacalah doa/zikir/ Al Quran
i. Tiba di lampu hijau, segera berlari anak ( untuk lelaki ) sampai pada lampu hijau berikutnya
j. Terus berjalan menuju bukit marwa sambil berdoa/berzikir
k. Tiba di bukit Marwa , pastikan kaki menginjak lantai yang agak tinggi.
l. Hadapkan diri ke arah Ka’bah, lambaikan tangan ke arahnya dan bacalah : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “
m. Segera turun kebawah, dan teruskan berjalan menuju Safa untuk melakukan pusingan kedua dan lakukan terus sampai pusingan ketujuh berakhir di Marwa.
n. Setelah selesai pusingan ketujuh, segera naik ke atas bukit Marwa berdoa atas selesainya melakukan sai.
o. Tidal melakukan tahallul, dan tetap dalam pakian ihram sampai tiba waktu wuquf.

Palaksanaan Haji dan Wuquf
10. Persiapan berangkat menuju Arafah. ( 8 Dzul Hijjah )
a. Turun dari bilik menuju bus yang akan membawa
jamaah menuju Arafah
b. Segera menaiki kenderaan menuju Arafah
c. Perbanyak membaca talbiyah /zikir dan doa selama
dalam perjalanan menuju Arafah.

11. Tiba di Arafah dan Wuquf
a. Segera cari khemah yang telah ditentukan
b. Jika sampai di malam 9 Dzulhijjah, segera rehat
persiapan untuk besok hari.
c. Lakukan shalat wajib dengan jama’ kecuali shalat subuh
d. Di pagi hari kemas-kemas barang dan tempat.
e. Waktu wuquf bermula dari selepas dzuhur.
f. Jika tiba waktu dzuhur , segera shalat Dzuhur jama’
dengan Ashar berjamaah ( jama’ taqdim )
g. Selepas shalat, hadirkan diri kepada Allah, berzikir dan
berdoa dengan penuh khusyu’ dan tawadhu’.
h. Mintalah ampunan ( istighfar ) kepada-Nya sebanyak
mungkin.
i. Jangan sia-siakan waktu dengan berjalan-jalan atau
melakukan kegiatan yang sia-sia seperti berborak,
bersembang dan lain sebagainya.
j. Isilah waktu sampai petang dengan zikir, doa, baca Al
Quran dan istighfar.
k. Masuk waktu maghrib segera lakukan shalat maghrib
dan Isya dengan jama’ taqdim.
l. Setelah shalat dan makan malam, segera bertolak
menuju Muzdalifah.

12. Bermalam di Mudzdalifah ( malam 9 Dzul Hijah )
a. Selepas Isya pada 9 haribulan Dzulhijjah, segera berangkat meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
b. Bermalam di Muzdalifah maksudnya berada di Muzdalifah pada waktu selepas tengah malam walaupun sekejab.
c. Jika sampai di Muzdalifah sebelum tengah malam, maka tunggulah sampai lewat tengah malam.
d. Tiba di Muzdalifah perbanyak doa dan talbiyah
e. Turun dari kenderaan untuk mencari batu sedikitnya sebanyak 7 biji untuk dipakai buat melontar Jamrah Aqabah di Mina esok hari.
f. Boleh mencari batu lebih banyak lagi sebagai persiapan untuk melontar tiga Jamrah di hari kesebelas dan duabelas atau tiga belas dzulhijjah. Batu yang diperlukan untuk melontar jamrah bagi nafar awwal sebanyak 49 biji batu, dan bagi nafar tsani sebanyak 63 biji batu selan batu yang dipakai untuk jamrah Aqabah diatas.
g. Setelah batu dikumpulkan segera naik kenderaan lagi menuju Mina.



13. Melontar Jamrah Aqabah di Mina ( 10 dzul hijah )
a. Tiba di Mina segera mencari khemah yang telah ditentukan.
b. Setelah rehat sekejab, segera menuju tempat melontar Jamrah Aqabah.
c. Waktu melontar sejak selepas subuh pada 10 Dzulhijjah.
d. Lontarlah Jamrah Aqabah dengan perasaan untuk mengikuti sunnah rasulullah bukan dengan emosi untuk melontar syetan.
e. Mulailah melontar dengan membaca “ Bismillah Allahu Akbar “.
f. Pastikan batu yang dilontar masuk ke dalam lobang.
g. Jika batu yang dilontar mengnai tiang/dinding dan tidak masuk ke dalam lobang, maka lontaran tidak sah.
h. Jika lontaran tidak masuk ke dalam lobang, maka ulangi kembali lontaran tersebut sampai masuk.
i. Lakukan lontaran yang sah sampai tujuh kali.

14. Tahallul setelah lontaran Jamrah Aqabah.
a. Setelah melontar jamrah Aqabah, segera berdoa kepada Allah.
b. Guntinglah/cukur rambut sedikitnya tiga helai sebagai tahallul.
c. Jika telah melakukan tahallul , maka dibolehkan melepaskan pakaian ihram dan melakukan larangan ihram kecuali melakukan hubungan suami isteri.
d. Jika mempunyai waktu dibolehkan untuk segera melakukan Thawaf Ifadhah dan Saie Haji di Masjidil haram atau jika tidak mempunyai masa hal itu dapat dilakukan besok hari selama hari tasyri’ atau nanti selepas selesai dari Mina.
e. Segera kembali ke khemah dan perbanyak zikir/doa/baca al Quran.

15. Bermalam di Mina.
a. Pada malam 11 dzulhijjah dan 12 dzulhijjah diwajibkan bermalam di Mina.
b. Bermalam maksudnya berada di Mina selepas sampai selepas tengah malam.
c. Jika siang hari berada di Makkah maka pastikan berada di mina sebelum maghrib sampai lepas tengah malam.
d. Selama berada di mina, perbanyak doa/zikir/membaca Al Quran.
e. Hindari dari perbuatan sia-sia seperti berjalan-jalan, bersembang dan berborak atau bergurau.

16. Melontar Jamrah pada 11 hb dzulhijjah.
a. Pada 11 dzulhijjah lakukan lontaran Jamrah kepada tiga Jamrah secara tertib bermula dari Jamrah Ula, Jamrah Wustha dan Jamrah Aqabah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur sampai subuh 12 Dzulhijjah.
c. Jangan melontar pada waktu sebelum dzuhur.

17. Bermalam di Mina pada malam 12 Dzulhijjah.
a. Pastikan berada di Mina sebelum maghrib sampai lepas tengah malam.
b. Perbanyak doa/zikir/baca Al Quran/ talbiyah dan perbuatan yang bermanfaat.

18. Melontar jamrah pada 12 Dzulhijjah.
a. Pada 12 dzulhijjah lakukan sekali lagi melontar ketiga jamrah bermula dari jamrah Ula, jamrah Wustha dan berakhir di jamrah aqabah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur sampai fajar subuh keesokan hari.
c. Batu melontar boleh diambil dari batu Muzdalifah atau batu yang ada disekitar mina.
d. Pastikan melontar tujuh kali setiap jamrah.
e. Bagi yang akan melakukan nafar awwal, segera berangkat ke Makkah sebelum waktu maghrib.
f. Jika berada di Mina selepas waktu maghrib, maka wajib bermalam di mina pada malam 13 dzulhijjah dan melakukan nafar yang kdua ( nafar tsani ).

19. Bermalam di Mina pada malam 13 dzulhijjah ( bagi nafar tsani )
a. Jika berada di mina sampai waktu maghrib, maka wajib bermalam di Mina pada malam 13 dzulhijjah.
b. Perbanyak doa/zikir/baca Quran/istighfar.

20. Melontar jamrah pada 13 dzulhijjah
a. bagi yang melakukan nafar tsani, lakukan lontaran ketiga jamrah sekali lagi pada 13 hb Dzulhijjah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur
c. Setelah melontar, berarti selesai amalan di Mina.

21. Berkorban selama di Mina.
a. Disunatkan selama di mina melakukan qurban.
b. Qurban boleh dilakukan pada 10, 11,12,13 dzulhijjah.
c. Qurban boleh dilakukan dengan memotong langsng ke jabal Qurban atau melalui bank yang elah ditunjuk oleh kerajaan Arab saudi.

22. Thawaf Ifadah ( thawaf haji ).
a. Selepas dari Mina, segera menuju Masjidil haram untuk melakukan Thawaf ifadah ( thawaf haji ) sebagaimana cara melakukan thawaf biasa.
b. Selesai thawaf, shalat dua rakaat sunat thawaf di maqam Ibrahim, berdoa di multazam dan minum air zamzam.

23. Saie Haji ( Bagi yang belum melakukannya selepas thawaf qudum ).
a. Setelah thawaf ifadhah, segera menuju bukit safa
b. Lakukan saie sebagaimana cara melakukan saie umrah.
c. Selesai tujuh pusingan berdoa dan segera tahallul.

24. Tahallul Saie untuk Haji.
a. Selepas melakukan saie tujuh pusingan, segera tahallul kedua dengan menggunting rambut sedikitnya tujuh helai.
b. Bagi yang tidak mempunyai rambut, cukup dengan memberi isyarat dengan meletakkan guntung di atas kepala.
c. Setelah tahallul berarti telah selesai melakukan ibadah haji.
d. Berdoalah kepada Allah sebagai kesyukuran atas ibada yang telah dilaksanakan.

Setelah selesai haji, maka jamaah haji ifradh melaksanakan umrah dengan miqat dari Ji’ranah atau Tan’im yang dilakukan selepas haji.

25. Ihram Umrah
a. Persiapan sebelum ihram : memotong kuku dan lain-lain.
b. Mandi Ihram
c. Berpakaian ihram
d. Sembahyang sunat Ihram dua rakaat
e. Niat ihram di Miqat “ Sengaja aku umrah dan berihram untuknya karena Allah “.
f. Menjaga diri dari larangan ihram
g. Membaca Talbiyah : “ Labbaikallahumma labbaik…….”

26.Melakukan Thawaf Umrah
a. Sucikan diri dengan air sembahyang
b. Memakain pakaian ihram yang rapi
c. Segera menuju Hajarul Aswad
d. Berdiri di garis coklat di sudut Ka’bah
e. Hadapkan diri kepada Hajarul Aswad
f. Niatkan thawaf untuk umrah
g. Lambaikan tangan ke hajaral aswad
h. Baca : “Bismillahi Allahu Akbar walillahilhamd”
i. Kucup telapak tangan tersebut
j. Pusingan badan ke arah kanan
k. Mulai melangkah untuk thawaf
l. Berjalan mengelilingi ka’bah
m. Pastikan ka’bah berada di sebelah kiri badan.
n. Jangan masuk ke dalam kawasan hijir ismail
o. Jangan sampai badan menyentuh ka’bah
p. Bacalah doa/zikir/Al Quran
q. Dekatkan diri kepada Allah
r. Teruskan berjalan sampai ke Rukun yamani
s. Di rukun yamani, lambaikan tangan kepadanya
t. Baca : Bismillahi Allahu Akbar
u. Terus berjalan menuju arah sudut hajaral aswad sambil membaca : “ rabbana Atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qinaa ‘azaabannar “.
v. Jika telah sampai di sudut hajar aswad, kucuplah batu tersebut
w. Jika tidak dapat mengucupnya, maka cukup dengan melambaikan tangan sambil membaca : Bismillah Allhu Akbar walillahilhamd..”
x. Lanjutkan untuk pusingan kedua
y. Bagi laki-laki disunatkan untuk berjalan anak pada pusingan pertama sampai ke tiga.
z. Jika telah selesai tujuh kali pusingan, segera menuju maqam Ibrahim.

27.Shalat di maqam Ibrahim
a. Niat shalat dua rakaat sunat Thawaf
b. Berada di belakang makam Ibrahim antara makam dengan ka’bah
c. Jika tidak dapat di makam, boleh juga shalat sunat thawaf di Hijir Ismail.

28.Berdoa di Multazam
a. Segera menuju Multazam, yaitu kawasan antara pintu Ka’bah dan hajar al aswad .
b. Berdiri diantara pintu Ka’bah dan hajar aswad
c. Berdoalah dengan doa apa saja baik dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami dengan baik.
d. Rasakanlah kedekatan diri kita dengan Allah, seakan-akan kita berdiri di depan pintu-Nya.

29.Minum Air Zamzam
a. Setelah berdoa, segera menuju tempat air zamzam
b. Minumlah air zamzam denga penuh kesyukuran
c. Berdoalah sebelum meminum air tersebut.

30. Menuju Safa untuk Saie
a. Setelah minum segera menuju bukit safa
b. Pastikan kaki menginjak kaki bukit, lantai yang agak tinggi sedikit di kawasan safa
c. Hadapkan diri ke Ka’bah
d. Niatkan akan melakukan saie umrah karena Allah
e. Lambaikan tangan ke hajaral Aswad
f. Baca : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “.
g. Segera turun ke bawah dan berjalan menuju Marwa
h. Sambil berjalan bacalah doa/zikir/ Al Quran
i. Tiba di lampu hijau, segera berlari anak ( untuk lelaki ) sampai pada lampu hijau berikutnya
j. Terus berjalan menuju bukit marwa sambil berdoa/berzikir
k. Tiba di bukit Marwa , pastikan kaki menginjak lantai yang agak tinggi.
l. Hadapkan diri ke arah Ka’bah, lambaikan tangan ke arahnya dan bacalah : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “
m. Segera turun kebawah, dan teruskan berjalan menuju Safa untuk melakukan pusingan kedua dan lakukan terus sampai pusingan ketujuh berakhir di Marwa

31. Tahallul Umrah ( menggunting rambut )
a. Setelah selesai pusingan ketujuh segera berdiri di atas marwa dan hadapkan diri ke arah ka’bah.
b. Berdoalah sebagai kesyukuran melakukan saie
c. Ambil gunting untuk menggunting rambut
d. Guntinglah rambut sedikitnya tiga helai
e. Orang lain boleh diminta tolong untuk mengguntingkan rambutnya, dengan syarat orang tersebut telah melakukan tahallul.
f. Berdoalah kepada Allah sebagai kesyukuran setelah menyelesaikan ibadah umrah.

Setelah selesai umrah maka jamaah menungu masa akan kembali, dan beberapa jam sebelum bertolak ke Makkah, jamaah diwajibkan melakukan thawaf wada’ sebagai tawaf selamat tinggal.



32.Thawaf wada’.
a. Jika akan meninggalkan Makkah, maka lakukanlah thawaf wada’ ( thawaf perpisahan ).
b. Cara melakukan sama dengan thawaf umrah.
c. Setelah thawaf berdoalah agar di masa mendatang dapat kembali lagi mengunjungi masjidil haram untuk umrah atau haji.
d. Thawaf wada’ dilakukan tanpa saie.

33.Membayar dam
a. Dagi haji tamathu’ dan qiran harus membayar dam.
b. Dam dengan menyembelih seekor kibasa atau kambing atau satu pertujuh daripada unta /lembu.
c. Boleh disembelih sewaktu di Mina atau dengan membayar melalui bank yang telah ditunjuk.
d. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa sepuluh hari yang dilakukan di tanah suci selama tujuh hari dan selebihnya dilakukan di luar tanah suci, di tempat sendiri.
e. Jika tidak kuasa dapat diganti dengan memberikan makanan kepada faqir miskin selama sepuluh hari.

34. Ziarah ke Madinah / Tempat bersejarah.
a. Setelah melakukan haji dapat berziarah ke tempat bersejarah seperti masjid Nabawi di Madinah, Gua Hira tempat nabi mendapat wahyu pertama kali , Gua Tsur, tempat persinggahan nabi dalam berhijrah dari Makkah menuju madinah dan lain sebagainya.
b. Niatkan dalam berziarah untuk menghayati perjuangan daripada rasulullah dan sahabat-sahabat beliau.
c. Dapatkan sejarah hidup dengan bertanya atau membaca kitab-kitab sejarah nabi dan sahabat.



C. HAJI QIRAN
Haji Qiran adalah mengerjakan haji dan umrah serentak dalam masa yang sama dengan cara hanya mengerjakan amalan haji sahaja tanpa mengerjakan umrah.

Cara Mengerjakannya :

1. Ihram haji.
a. Persiapan sebelum ihram : memotong kuku dan lain-lain.
b. Mandi Ihram
c. Berpakaian ihram
d. Sembahyang sunat Ihram dua rakaat
e. Niat ihram untuk Haji di Miqat “ Sengaja aku mengerjakan haji dan umrah serta berihram untuk keduanya kerana Allah “.
f. Menjaga diri dari larangan ihram
g. Membaca Talbiyah “ Labbaikallahumma labbaik…….”

2. Memasuki kota Makkah
a. Membaca doa masuk kota makkah
b. Membaca Talbiyah

3.Tiba di Hotel/penginapan
a. Segera mencari bilik yang akan ditempati
b. Rehat sekejab/ mandi
c. Makan dan minum
d. Segera menuju masjidil haram

4. Tiba di Masjidil Haram
a. Membaca doa masuk masjid
b. Membaca doa sewaktu melihat ka’bah
c. Segera menuju ke Ka’bah

5.Melakukan Thawaf Qudum
a. Sucikan diri dengan air sembahyang
b. Memakain pakaian ihram yang rapi
c. Segera menuju Hajarul Aswad
d. Berdiri di garis coklat di sudut Ka’bah
e. Hadapkan diri kepada Hajarul Aswad
f. Niatkan thawaf untuk umrah
g. Lambaikan tangan ke hajaral aswad
h. Baca : “Bismillahi Allahu Akbar walillahilhamd”
i. Kucup telapak tangan tersebut
j. Pusingan badan ke arah kanan
k. Mulai melangkah untuk thawaf
l. Berjalan mengelilingi ka’bah
m. Pastikan ka’bah berada di sebelah kiri badan.
n. Jangan masuk ke dalam kawasan hijir ismail
o. Jangan sampai badan menyentuh ka’bah
p. Bacalah doa/zikir/Al Quran
q. Dekatkan diri kepada Allah
r. Teruskan berjalan sampai ke Rukun yamani
s. Di rukun yamani, lambaikan tangan kepadanya
t. Baca : Bismillahi Allahu Akbar
u. Terus berjalan menuju arah sudut hajaral aswad sambil membaca : “ rabbana Atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qinaa ‘azaabannar “.
v. Jika telah sampai di sudut hajar aswad, kucuplah batu tersebut
w. Jika tidak dapat mengucupnya, maka cukup dengan melambaikan tangan sambil membaca : Bismillah Allhu Akbar walillahilhamd..”
x. Lanjutkan untuk pusingan kedua
y. Bagi laki-laki disunatkan untuk berjalan anak pada pusingan pertama sampai ke tiga.
z. Jika telah selesai tujuh kali pusingan, segera menuju maqam Ibrahim.

6.Shalat di maqam Ibrahim
a. Niat shalat dua rakaat sunat Thawaf
b. Berada di belakang makam Ibrahim antara makam dengan ka’bah
c. Jika tidak dapat di makam, boleh juga shalat sunat thawaf di Hijir Ismail.

7.Berdoa di Multazam
a. Segera menuju Multazam, yaitu kawasan antara pintu Ka’bah dan hajar al aswad .
b. Berdiri diantara pintu Ka’bah dan hajar aswad
c. Berdoalah dengan doa apa saja baik dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami dengan baik.
d. Rasakanlah kedekatan diri kita dengan Allah, seakan-akan kita berdiri di depan pintu-Nya.

8.Minum Air Zamzam
a. Setelah berdoa, segera menuju tempat air zamzam
b. Minumlah air zamzam denga penuh kesyukuran
c. Berdoalah sebelum meminum air tersebut.


9. Menuju Safa untuk Saie Haji.
( Saie Haji ini boleh dilakukan selepas thawaf qudum, dan juga boleh dilakukan selepas thawaf ifadhah )
a. Setelah minum segera menuju bukit safa
b. Pastikan kaki menginjak kaki bukit, lantai yang agak tinggi sedikit di kawasan safa
c. Hadapkan diri ke Ka’bah
d. Niatkan akan melakukan saie umrah karena Allah
e. Lambaikan tangan ke hajaral Aswad
f. Baca : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “.
g. Segera turun ke bawah dan berjalan menuju Marwa
h. Sambil berjalan bacalah doa/zikir/ Al Quran
i. Tiba di lampu hijau, segera berlari anak ( untuk lelaki ) sampai pada lampu hijau berikutnya
j. Terus berjalan menuju bukit marwa sambil berdoa/berzikir
k. Tiba di bukit Marwa , pastikan kaki menginjak lantai yang agak tinggi.
l. Hadapkan diri ke arah Ka’bah, lambaikan tangan ke arahnya dan bacalah : “ Bismillah Allahu Akbar walillahilhamd “
m. Segera turun kebawah, dan teruskan berjalan menuju Safa untuk melakukan pusingan kedua dan lakukan terus sampai pusingan ketujuh berakhir di Marwa.
n. Setelah selesai pusingan ketujuh, segera naik ke atas bukit Marwa berdoa atas selesainya melakukan sai.
o. Tidak melakukan tahallul, dan tetap dalam pakian ihram sampai tiba waktu wuquf.

Palaksanaan Haji dan Wuquf

10. Persiapan berangkat menuju Arafah. ( 8 Dzul Hijjah )
a. Turun dari bilik menuju bus yang akan membawa
jamaah menuju Arafah
b. Segera menaiki kenderaan menuju Arafah
c. Perbanyak membaca talbiyah /zikir dan doa selama
dalam perjalanan menuju Arafah.

11. Tiba di Arafah dan Wuquf
a. Segera cari khemah yang telah ditentukan
b. Jika sampai di malam 9 Dzulhijjah, segera rehat
persiapan untuk besok hari.
c. Lakukan shalat wajib dengan jama’ kecuali shalat subuh
d. Di pagi hari kemas-kemas barang dan tempat.
e. Waktu wuquf bermula dari selepas dzuhur.
f. Jika tiba waktu dzuhur , segera shalat Dzuhur jama’
dengan Ashar berjamaah ( jama’ taqdim )
g. Selepas shalat, hadirkan diri kepada Allah, berzikir dan
berdoa dengan penuh khusyu’ dan tawadhu’.
h. Mintalah ampunan ( istighfar ) kepada-Nya sebanyak
mungkin.
i. Jangan sia-siakan waktu dengan berjalan-jalan atau
melakukan kegiatan yang sia-sia seperti berborak,
bersembang dan lain sebagainya.
j. Isilah waktu sampai petang dengan zikir, doa, baca Al
Quran dan istighfar.
k. Masuk waktu maghrib segera lakukan shalat maghrib
dan Isya dengan jama’ taqdim.
l. Setelah shalat dan makan malam, segera bertolak
menuju Muzdalifah.


12. Bermalam di Mudzdalifah ( malam 9 Dzul Hijah )
a. Selepas Isya pada 9 haribulan Dzulhijjah, segera berangkat meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
b. Bermalam di Muzdalifah maksudnya berada di Muzdalifah pada waktu selepas tengah malam walaupun sekejab.
c. Jika sampai di Muzdalifah sebelum tengah malam, maka tunggulah sampai lewat tengah malam.
d. Tiba di Muzdalifah perbanyak doa dan talbiyah
e. Turun dari kenderaan untuk mencari batu sedikitnya sebanyak 7 biji untuk dipakai buat melontar Jamrah Aqabah di Mina esok hari.
f. Boleh mencari batu lebih banyak lagi sebagai persiapan untuk melontar tiga Jamrah di hari kesebelas dan duabelas atau tiga belas dzulhijjah. Batu yang diperlukan untuk melontar jamrah bagi nafar awwal sebanyak 49 biji batu, dan bagi nafar tsani sebanyak 63 biji batu selan batu yang dipakai untuk jamrah Aqabah diatas.
g. Setelah batu dikumpulkan segera naik kenderaan lagi menuju Mina.

13. Melontar Jamrah Aqabah di Mina ( 10 dzul hijah )
a. Tiba di Mina segera mencari khemah yang telah ditentukan.
b. Setelah rehat sekejab, segera menuju tempat melontar Jamrah Aqabah.
c. Waktu melontar sejak selepas subuh pada 10 Dzulhijjah.
d. Lontarlah Jamrah Aqabah dengan perasaan untuk mengikuti sunnah rasulullah bukan dengan emosi untuk melontar syetan.
e. Mulailah melontar dengan membaca “ Bismillah Allahu Akbar “.
f. Pastikan batu yang dilontar masuk ke dalam lobang.
g. Jika batu yang dilontar mengnai tiang/dinding dan tidak masuk ke dalam lobang, maka lontaran tidak sah.
h. Jika lontaran tidak masuk ke dalam lobang, maka ulangi kembali lontaran tersebut sampai masuk.
i. Lakukan lontaran yang sah sampai tujuh kali.

14. Tahallul setelah lontaran Jamrah Aqabah.
a. Setelah melontar jamrah Aqabah, segera berdoa kepada Allah.
b. Guntinglah/cukur rambut sedikitnya tiga helai sebagai tahallul.
c. Jika telah melakukan tahallul , maka dibolehkan melepaskan pakaian ihram dan melakukan larangan ihram kecuali melakukan hubungan suami isteri.
d. Jika mempunyai waktu dibolehkan untuk segera melakukan Thawaf Ifadhah dan Saie Haji di Masjidil haram atau jika tidak mempunyai masa hal itu dapat dilakukan besok hari selama hari tasyri’ atau nanti selepas selesai dari Mina.
e. Segera kembali ke khemah dan perbanyak zikir/doa/baca al Quran.

15. Bermalam di Mina.
a. Pada malam 11 dzulhijjah dan 12 dzulhijjah diwajibkan bermalam di Mina.
b. Bermalam maksudnya berada di Mina selepas sampai selepas tengah malam.
c. Jika siang hari berada di Makkah maka pastikan berada di mina sebelum maghrib sampai lepas tengah malam.
d. Selama berada di mina, perbanyak doa/zikir/membaca Al Quran.
e. Hindari dari perbuatan sia-sia seperti berjalan-jalan, bersembang dan berborak atau bergurau.

16. Melontar Jamrah pada 11 hb dzulhijjah.
a. Pada 11 dzulhijjah lakukan lontaran Jamrah kepada tiga Jamrah secara tertib bermula dari Jamrah Ula, Jamrah Wustha dan Jamrah Aqabah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur sampai subuh 12 Dzulhijjah.
c. Jangan melontar pada waktu sebelum dzuhur.

17. Bermalam di Mina pada malam 12 Dzulhijjah.
a. Pastikan berada di Mina sebelum maghrib sampai lepas tengah malam.
b. Perbanyak doa/zikir/baca Al Quran/ talbiyah dan perbuatan yang bermanfaat.

18. Melontar jamrah pada 12 Dzulhijjah.
a. Pada 12 dzulhijjah lakukan sekali lagi melontar ketiga jamrah bermula dari jamrah Ula, jamrah Wustha dan berakhir di jamrah aqabah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur sampai fajar subuh keesokan hari.
c. Batu melontar boleh diambil dari batu Muzdalifah atau batu yang ada disekitar mina.
d. Pastikan melontar tujuh kali setiap jamrah.
e. Bagi yang akan melakukan nafar awwal, segera berangkat ke Makkah sebelum waktu maghrib.
f. Jika berada di Mina selepas waktu maghrib, maka wajib bermalam di mina pada malam 13 dzulhijjah dan melakukan nafar yang kdua ( nafar tsani ).


19. Bermalam di Mina pada malam 13 dzulhijjah ( bagi nafar tsani )
a. Jika berada di mina sampai waktu maghrib, maka wajib bermalam di Mina pada malam 13 dzulhijjah.
b. Perbanyak doa/zikir/baca Quran/istighfar.

20. Melontar jamrah pada 13 dzulhijjah
a. Bagi yang melakukan nafar tsani, lakukan lontaran ketiga jamrah sekali lagi pada 13 hb Dzulhijjah.
b. Waktu melontar dari selepas dzuhur
c. Setelah melontar, berarti selesai amalan di Mina.

21. Berkorban selama di Mina.
a. Disunatkan selama di mina melakukan qurban.
b. Qurban boleh dilakukan pada 10, 11,12,13 dzulhijjah.
c. Qurban boleh dilakukan dengan memotong langsng ke jabal Qurban atau melalui bank yang elah ditunjuk oleh kerajaan Arab saudi.

22. Thawaf Ifadah ( thawaf haji ).
a. Selepas dari Mina, segera menuju Masjidil haram untuk melakukan Thawaf ifadah ( thawaf haji ) sebagaimana cara melakukan thawaf biasa.
b. Selesai thawaf, shalat dua rakaat sunat thawaf di maqam Ibrahim, berdoa di multazam dan minum air zamzam.

23. Saie Haji ( Bagi yang belum melakukannya selepas thawaf qudum ).
a. Setelah thawaf ifadhah, segera menuju bukit safa
b. Lakukan saie sebagaimana cara melakukan saie umrah.
c. Selesai tujuh pusingan berdoa dan segera tahallul.

24. Tahallul Saie untuk Haji ( bagi yang belum ).
a. Selepas melakukan saie tujuh pusingan, segera tahallul kedua dengan menggunting rambut sedikitnya tujuh helai.
b. Bagi yang tidak mempunyai rambut, cukup dengan memberi isyarat dengan meletakkan guntung di atas kepala.
c. Setelah tahallul berarti telah selesai melakukan ibadah haji.
d. Berdoalah kepada Allah sebagai kesyukuran atas ibada yang telah dilaksanakan.

Setelah selesai melaksnaakan haji ini, maka jamaah berarti telah selesai melakukan haji tanpa harus melakukan umrah, dan tinggal menunggu untuk melakukan thawaf wada’sebelum meninggalkan kota Makkah untuk kembali ke tanah air.



25. Thawaf wada’.
a. Jika akan meninggalkan Makkah, maka lakukanlah thawaf wada’ ( thawaf perpisahan ).
b. Cara melakukan sama dengan thawaf umrah.
c. Setelah thawaf berdoalah agar di masa mendatang dapat kembali lagi mengunjungi masjidil haram untuk umrah atau haji.
d. Thawaf wada’ dilakukan tanpa saie.

26. Membayar dam
a. Dagi haji tamathu’ dan qiran harus membayar dam.
b. Dam dengan menyembelih seekor kibasa atau kambing atau satu pertujuh daripada unta /lembu.
c. Boleh disembelih sewaktu di Mina atau dengan membayar melalui bank yang telah ditunjuk.
d. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa sepuluh hari yang dilakukan di tanah suci selama tujuh hari dan selebihnya dilakukan di luar tanah suci, di tempat sendiri.
e. Jika tidak kuasa dapat diganti dengan memberikan makanan kepada faqir miskin selama sepuluh hari.

27. Ziarah ke Madinah / Tempat bersejarah.
a. Setelah melakukan haji dapat berziarah ke tempat bersejarah seperti masjid Nabawi di Madinah, Gua Hira tempat nabi mendapat wahyu pertama kali , Gua Tsur, tempat persinggahan nabi dalam berhijrah dari Makkah menuju madinah dan lain sebagainya.
b. Niatkan dalam berziarah untuk menghayati perjuangan daripada rasulullah dan sahabat-sahabat beliau.
c. Dapatkan sejarah hidup dengan bertanya atau membaca kitab-kitab sejarah nabi dan sahabat.



Kisah – Kisah Haji


1. NIAT HAJI

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Apabila datang akhir zaman maka manusia akan keluar mengerjakan haji terdiri dari empat jenis : pertama jenis penguasa dan sultan dimana mereka mengerjakan haji untuk istirahat. Kedua jenis orang kaya dimana mereka mengerjakan haji untuk berbelanja dan berbisnis. Ketiga jenis orang miskin dimana mereka mengerjakan haji untuk meminta-minta dan keempat jenis qari Al Quran dimana mereka mengerjakan haji untuk populeritas dan dikenal oleh orang lain “. Hadis dioatas disampaikan oleh sahabat nabi, Anas. Dari hadis diatas kita dapat melihat bahwa niat haji merupakan ukuran kesempurnaan haji , sehingga dengan ketulusan niat, menjadi ukuran kualitas suatu haji. Itulah sebabnya orang yang akan berhaji harus selalu membaca talbiyah, sebagai upaya mementapkan hatinya akan niat haji hanya untuk memenuhi panggilannya : Labbaikahhahumma labbaik “, Ya Allah aku dating , aku berangkat, hanya untuk memenuhi panggilanMu,,,bukan panggilan gengsi, bukan panggilan shoping, bukan panggilan status sosial, bukan karena ingin disebut pak haji, bukan karena aku kaya dan banyak harta, bukan karena aku penguasa , dan bukan juga untuk menutupi korupsi dan mencuci uang yang haram.

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Ali bin Husien, sedang mengerjakan haji. Ketika sedang mengerjakan ihram dan siap akan berangkat diatas kenderaannya, sewaktu akan membaca talbiyah, maka tiba-tiba mukanya pucat dan seluruh badannya berkeringat serta gemertar, sehingga dia tak dapat membaca talbiyah. Orang yang berada disampingnya bertanya kepadanya : Mengapa engkau tidak sanggup membaca talbiyah ? Ali menjawab : “ Aku takut nanti dikatakan kepadaku : Tak ada nilai talbiyahmu dan tak ada kebahagiaan bagimu “. Inilah yang dirasakan oleh Ali bin Hussien sewaktu akan membaca talbiyah, sudahkah dia benar-benar membaca dengan seluruh kehidupabnnya, sudahkan niatnya hanya untuk memenuhi panggilan Allah, atau adakah disana niat-niat yang lain sehingga akan merusak panggilan talbiyahnya.

Demikian juga Ahmad bin Abi Hawari menceritakan bahwa dia berjalan bersama Abi Sulaiman Darani untuk melakukan ihram dalam haji.Kami berjalan sampai satu mil, tetapi sahabatku Darani belum juga membaca talbiyah. Tiba-tiba dia merasa pening dan taklama kemudian sembuh, kemudian dia berkata : Wahai Ahmad, sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepada Musa alihissalam : Suruhlah orang-orang yang dzalim dari Bani Israel untuk menyedikitkan berdzikir kepadaKu. Karena Aku akan menyebut mereka tersebut dengan kutukan “. Teringat dengan wahyu yang disampaikan kepada Musa tersebut, maka Darani kemudian melanjutkan : “ Celakalah wahai Ahmad, telah sampai kepadaku bahwa orang yang mengerjakan haji bukan daripada harta yang halal, kemudian dia membaca talbiyah maka Allah akan menjawab : “ Tak ada makna talbiyahmu dan tidak ada kebahagiaan bagimu, sampai engkau kembalikan semua harta yang ada dalam tanganmu tersebut “.

Ibnu Umar berkata : “ Orang haji yang paling afdhal adalah mereka yang mengerjkakan haji dengan niat yang paling ikhlas, dengan harta yang paling bersih dan dengan keyakinan serta keimanan yang paling baik “. Oleh sebab itu Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin berkata bahwa sebelum berangkat hai sebaiknya orang yang akan haji melihat dulu kepada harta kekayaannya dan melakukan muhasabah. Segera bertobat, meminta ampun kepada Allah; kemudian jika ada hak-hak orang lain dalam hartanya segera dikembalikan kepada yang punya, disamping mengembalikan jika ada simpanan dan titipan orang lain yang ada pada dirinya. Tinggalkan harta untuk keluarga yang ditinggalkan sehingga keluarga tidak terlantar sebab kita mempunyai kewajiban terhadap keluarga yang ditinggal. Meminta ampun kepada Allah atas segala dosa-dosa dalam mencari harta, atau sebab mengkonsomsi harta, makanan dan minuman yang haram atau syubhat selama ini , atau melakukan tindakan mumbazir dan berlebih-lebihan. Segera bersedekah dan menolong faqir miskin , untuk menutupi kesalahan-kesalahan atas kealpaan diri dimasa-masa lalu. Kemudian sewaktu di tanah suci, maka belanjakan harta secukupnya tanpa ada sikap mumbazir dan bersenang-senang; tetapi semuanya dilakukan hanya dengan niat ibadah kepada Allah. Sebelum berangkat haji kita perlukan agar diri kita bersih. Dalam melaksanakan haji juga kita usahakan agar tetap bersih. Sehingga nanti setelah haji kita menjadi manusia yang bersih. Inilah maksud memakai pakaian ihram, menghilangkan segala yang haram dan mengharamkan segala yang tidak baik.

Ihram adalah lambang kesucian diri, itulah sebabnya dalam ihram kita memakai pakaian yang suci dan bersih. Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang suci tanpa dosa. Setelah baligh dan dewasa, manusia menjalani kehidupan dengan memilih jalan hidup. Jika hidupnya dengan hidayah Allah maka dia telah dapat menjaga kesucian diri tetapi jika dia hidup dengan mengikuti nafsu dan rayuan setan berarti dia telah mengotori kesucian dirinya sendiri. Segala perbuatan manusia itu harus dapat dipertangungjawabkan kepada Allah, Tuhan yang telah menjadikannya. Sebab itulah maka setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia untuk menghadap kepada-Nya mempertanggungjawabkan semua amal dan perbuatan yang dilakukannya.

Sepatutnya manusia yang dilahirkan dalam keadaan suci ini harus dapat kembali kepada Tuhan, menghadap kepada-Nya juga dalam keadaan suci. Kesucian diri inilah yang merupakan kehormatan seorang muslim. Menghadap Tuhan dalam keadaan suci ini merupakan cara untuk mendapatkan kesempurnaan hidup. Itulah sebabnya sebelum menghadap Allah , mengunjungi baitullah, jamaah haji perlu melakukan ihram dengan pakaian yang suci dan bersih. Sebelum menghadap Allah, manusia perlu mensucikan dirinya terlebih dahulu, mensucikan badannya, mensucikan hatinya, mensucikan pikirannya, mensucikan harta kekayaannya, dan mensucikan seluruh kehidupannya. Kesucian diri dalam menghadap Tuhan adalah syarat mutlak sebab Tuhan yang Maha Suci hanya menerima sesuatu yang suci. Kesucian diri dan siap untuk menghadap Ilahi inilah makna daripada ihram bagi jamaah haji dan umrah.


Kesucian diri dan kesiapan diri dalam memenuhi panggilan Allah harus dinyatakan dengan lisan. Inilah sebabnya jamaah haji dan umrah setelah memakai pakaian ihram dan berniat ihram diharuskan untuk mengucapkan lafadz talbiyah :“ Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syariika laka, Inal hamda wanni’mata wal mulka laka..laa syarika laka “.

Maksudnya : “ Ya Allah, aku datang menghadapmu Ya Allah, memenuhi seruan-Mu… Aku datang menghadap-Mu tanpa ada sedikitpun syirik kepada-Mu..Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, segala kekuasaan , semuanya itu adalah milik-Mu, tiada sedikitpun syirik kepada-Mu “.Ucapan talbiyah ini adalah sikap untuk memenuhi seruan Allah dengan sikap tauhid, tanpa sedikitpun syirik kepada-Nya. Manusia akan lulus di depan Allah jika dia dapat menghadap Allah tanpa sedikitpun syirik kepada-Nya.

Segala amal perbuatan, segala amal ibadah, segala kebaikan, segala sesuatu akan diterima oleh Allah jika dilakukan tanpa ada sedikitpun syirik di dalamnya, seperti riya dan lain sebagainya. Sudahkh amal perbuatan kita terlepas dari syirik..? Sudahkah harta kekayaan kita terlepas daripada syirik? Sudahkah kekuasaan kita terlepas daripada syirik..? Sudahkan semua kenikmatan, harta kekayaan, kekuasaan , kehidupan kita kita pergunakan sesuai dengan seruan dan perintah Allah..? Sadarkah kita bahwa segala sesuatu nanti semuanya akan dipertanggungjawabkan di depan Allah, akan ditanya di depan mahkamah Ilahi..? Inilah makna talbiyah, kesiapan diri untuk menjawab panggilan Tuhan, kesiapan diri untuk mempersembahkan seluruh kehidupan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Inilah makna “ labbaikallahumma labaik “ Ya Allah..aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu ya Allah.




3. HAJI MABRUR

Seorang ulama bernama Abdullah bin Mubarak sedang berada di Tanah suci untuk melakukan ibadah haji. Pada suatu hari beliau tertidur di masjidil haram. Di dalam tidurnya beliau bermimpi melihat dua orang malaikat turun dari langit. Salah seorang dari malaikat tersebut bertanya kepada kawannya : “ Berapa banyak jumlah orang yang mengerjakan haji pada tahun ini..? “. Malaikat yang ditanya menjawab : “ Jumlah jamaah haji tahun ini adalah enamratus ribu orang “. Malaikat yang pertama tadi bertanya lagi : “ Dari enam ratus ribu orang jamaah haji tersebut, berapa orangkah yang diterima hajinya..? Malaikat kedua menjawab : “ Di antara enam ratus ribu orang yang melakukan haji tersebut, hanya seorang saja yang hajinya diterima dan mendapat haji mabrur. Orang itu bernama Muwaffaq, dia tinggal di kota Damaskus. Dia adalah seorang tukang sepatu. Dia tidak dapat melakukan haji tetapi dia telah mendapat pahala haji mabrur. Maka berkat Muwaffaq, kesemua orang yang mengerjakan haji pada tahun ini akan diterima hajinya..”.

Abdullah bin Mubarak tersentak dari tidurnya, dan diapun segera berangkat menuju kota Damaskus, mencari berita dan informasi tentang tukang sepatu yang digambarkan dalam mimpinya tersebut. Setelah kesana-kemari mencari orang yang dimaksud, akhirnya bertemulah dia dengan seorang tukang sepatu yang bernama Muwaffaq, sebagaimana tersebut dalam mimpi. Abdullah mengetuk pintu rumah Muwaffaq, dan tak lama kemudian keluar seoang lelaki dari dalam. Abdullah bertanya ; “ Siapakah nama saudara..? “. Lelaki itu menjawab : “ nama saya Muwaffaq “. Abdullah bin Mubarak kemudian berkata : “ Tolong ceritakan kepadaku amalan apakah yang telah saudara lakukan sehingga mendapat derajat yang tinggi..? “. Muwaffaq menjawab : “ Sebenarnya aku ingin sekali melaksanakn ibadah haji ke tanah suci. Tetapi karena keadaanku yang seperti ini , apalagi dengan bekerja sebagai tukang sepatu , aku masih belum mampu untuk menunaikan ibadah tersebut. Tiba-tiba dengan cara mendadak, pada suatu hari aku mendapat pesanan sepatu yang banyak sehingga aku mendapat uang sebanyak tiga ratus dirham, maka dengan uang sebanyak itu akupun berniat untuk pergi haji di tahun ini. Pada suatu hari, isteriku yang sedang hamil muda mencium aroma makanan dari rumah tetangga di sebelah, sehingga mengidam makanan tersebut”.

“ Aku segera pergi ke rumah tetangga di samping rumahku, mengetuk pintunya dan tak lama kemudian seorang wanita muncul di pintu. Maka aku segera memberitahukan keinginan isteriku yang sedang ngidam itu kepadanya “. Wanita sebelah rumahku itu berkata : Mungkin pak Muwaffaq tidak mengetahui keadaan kami , maka sekarang lebih baik aku jelaskan keadaan kami yang sebenarnya. Pada saat ini bersamaku ada tiga orang anak yatim, dan kami sudah tiga hari tidak makan. Akhirnya di hari ketiga aku keluar untuk mencari makan, tetapi aku tidak mendapat sesuatu apapun. Di tengah perjalanan pulang, aku jumpa dengan bangkai seekor keledai ( himar ), maka aku potong sebagian dari daging himar tersebut, dan itulah yang sedang aku masak sekarang ini. Masakan itu halal bagi kami karena kami sedang kelaparan dan tiada mempunyai sedikitpun makanan yang lain, tetapi itu bagi orang lain menjadi haram. Maka aku mohon maaf, jika tidak dapat memberikan masakan itu kepada isteri bapak “. Mendengar cerita yang begitu memilukan tersebut, Muwaffaq segera kembali ke rumahnya , mengambil simpanan uang yang dipersiapkan untuk haji sebanyak tiga ratus dirham , dan kemudian uang itu seluruhnya diberikan kepada wanita di sebelah rumahnya yang sedang kelaparan tersebut, sambil berkata : “ Belanjakanlah uang ini untuk anak-anakmu “. Kemudian setelah memberikan uang tersebut, aku berkata kepada diriku sendiri : “ Hajiku di muka pintu rumah tetanggaku “, demikianlah Muwaffaq menceritakan kisah tersebut kepada Abdullah bin Mubarrak.

Sikap ketulusan hati Muwaffaq yang memberikan seluruh uang persiapan hajinya untuk membantu kesusahan hidup yang diderita oleh tetangga sebelah rumahnya itu rupanya diterima oleh Allah, sehingga walaupun dia tidak jadi berangkat ke tanah suci, tetapi pahala haji mabrur telah diterimanya, sehingga dalam dialog antara malaikat terlihat bahwa pahala membantu tetangga yang kelaparan tersebut telah tercatat sebagai pahala haji yang mabrur, walaupun pak Muwaffaq sendiri tidak sampai ke tanah suci. Sedangkan mereka para jamaah haji yang berjumlah enam ratus ribu orang tersebut , walaupun telah sampai ke tanah suci, telah melakukan segala prosesi haji, tetapi amalan mereka tidak diterima, karena mungkin makna dan hakikat haji yang sebenarnya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah , membantu yang susah, belum menjiwai kehidupan mereka. Sehingga ibadah haji hanya dilaksanakan sebagai upacara seremonial belaka, malah mungkin juga ada yang mengerjakannya sebagai formalitas belaka.

Perjalanan ke Tanah Suci bukanlah perjalanan biasa, sebagaimana tour ke Singapore, ke Cairo dan lain sebagainya. Niat utama adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan jalan-jalan. Sikap keikhlasan niat ini akan diuji dari sejak prosesi pra-haji sampai pasca haji. Persiapkan diri untuk bersikap sebagai muslim, sebagai muslim yang berakhlak mulia, dapat menahan emosi , dapat menjaga hawa nafsu, dapat mengendalikan diri, dapat menjaga mata, telinga, perasaan dan hati, baik dari sebelum berangkat, baik di rumah dengan anak dan sanak saudara, dengan sesama jamaah di asrama haji , di dalam pesawat, di dalam bus , di penginapan sampai pulang kembali ke tanah air. Untuk mendapatkan haji yang mambur, bukan sekedar dapat melafazkan doa dengan fasih, tetapi yang lebih utama adalah dapat selalu mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan ibadah ritual maupun dengan sikap sosial. Taqarrub kita kepada Allah bukan hanya dibuktikan dengan pelaksanaan ibadah ritual seperti shalat, membaca zikir, tawaf, dan lain sebagainya; tetapi juga harus dibuktikan dengan ibadah sosial, bagaimana kita dapat bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia., apalagi dengan kawan sekamar, dengan kawan satu rombongan, dengan setiap muslim yang akan kita jumpai nanti di tanah suci dari berbagai bangsa dan penampilan.

Untuk meraih haji yang mabrur juga diperlukan pemahaman dan penghayatan atas segala prosesi ibadah yang dilakukan. Sewaktu tawaf kita merasa dekat , taqarrub dengan-Nya. Dalam tawaf kita merasakan kehadiran Allah, sehingga kita sebagai insan yang daif benar-benar mengharapkan kekuatan dan inayah serta petunjuk dari Allah. Menghadirkan kehidupan kita setiap waktu yang berproses selama dua puluh empat jam, selama tujuh hari dalam setiap minggu dibawah bimbingan, petunjuk, dan pengawasan Allah inilah makna daripada tawaf. Sehingga setiap waktu kita selalu merasa menjadi insan yang daif yang selalu bermunajat kepada-Nya.

Ya Allah… Labbaikallahumma Labbaik, Ya Allah Aku datang memenuhi panggilanmu.. Ya Allah aku datang menghadapmu untuk memenuhi panggilanmu. Panggilan melalui perintah nabiMu, panggilan yang terkumpul dalam ayat-ayat Al Qur an dan Hadis NabiMu… Ya Allah, aku hadirkan diriku di bawah pengawasan dan bimbinganmu..Ya Allah Aku serahkan hidupku di bawahqadha dan keputusan-MU…Ya Allah ..aku datang kepadamu dengan seluruj jiwa ragaku, menyerahkan diri kepadamu, siap menerima setiap petunjuk dan bimbinganmu..Ya Allah, labbaikanllahumma labbaik, Ya Allah aku datang untuk bertobat kepadaMu, mengakui segala dosa dan kesalahan yang selama ini mengotori jiwa dan ragaku, maka ampunilah segala dosa dan kesalahanku di masa yang lalu, serta bimbinglah aku di dalam kehidupan di masa mendatang, sehingga hidupku akan lebih baik, lebih bermanfaat, lebih berguna baik bagi diriku sendiri , bagi keluargaku, bagi masyarakatku, dan bagi perjuangan agama-Mu.

Haji yang mabrur dapat dicapai dengan mencontoh sirah perjuangan rasulullah, maka dengan berkunjung ke tanah suci diharapkan agar jamaah haji dapat langsung melihat, merasakan, danmengambil teladan dari seluruh perjuangan beliau, baik sejak beliau di lahirkan di kota makkah, sampai beliau menerima wahyu, di gua hira, sampai beliau hijrah ke kota madinah, dan berjuang membela agama Allah dan menegakkan kebenaran seperti yang terjadi di perang Uhud, perang Khandaq,; sampai bagaimana beliau mendirikan masyarakat madani, masyarakat Madinah dengan masjid sebagai pusat pembinaan ummat. Semoga sebelum berangkat ke tanah suci, para jamaah sudah terlebih dahulu membaca buku-buku sejarah nabi Muhammad, seperti Fiqih Sirah karangan Muhammad Al Ghazali, Ramnadhan al Buthi, atau buku sejarah Rasulullah karangan K.H. Munawar Khalil, KH. Zainal Arifin Abbas dan lain sebagainya. Diharapkan dengan demikian, sebelum berangkat setiap calon jamaah haji dapat memahami kehidupan dan perjuangan rasul sehingga sesampai di tanah Suci, tinggal mengadakan napak tilas, menghayati sejarah rasul, sehingga setelah kembali ke tanah air dapat mencontoh setiap tindakan, perbuatan dan perjuangan Rasulullah berserta para sahabat yang lain. Inilah makna perjalanan haji, bukan sekedar jalan-jalan; tetapi dapat menarik pelajaran dari sejarah perjuangan rasul dari nabi Adam sampai nabi Muhammad saw, setelah keluar dari kursus dan Pusdiklat ( pusat pendidikan dan latihan ) di tanah suci tersebut, akan lahir manusia yang berjiwa dan berakhlak mulia, sebagaimana yang ditamsilkan oleh pribadi haji Muwaffaq, yang siap membela dan membantu orang lain dengan niat ikhlas, hanya mencari ridha kepada-Nya. Semoga calon jamaah haji dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sehingga mendapat hakikat dan makna haji dan bagi yang tinggal berbuat baik sebanyak mungkin sehingga mendapat pahala seperti pahala haji yang mabrur , walaupun tidak berangkat ke tanah suci, sebagaimana kisah di atas. Fastabiqul khairaaat…!!!

2 comments:

  1. mohon izin mengkopi. terimaksih

    ReplyDelete
  2. Terimakasih artikel nya, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah, aamiin.

    ReplyDelete