Pages

Tuesday, January 25, 2011

DZOUK (MERASAKAN )

DZOUQ

Dzouq adalah keadaan seseorang untuk merasakan kelezatan dan kenikmatan sesuatu baik secara zahir maupun secara batin. Dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa :

ذ ا ق طعم الا يما ن : من رضى با للـه ربا و با لاسـلا م د ينـا و بـمـحـمـد ر سـو لا

“ Seseorang itu akan merasakan makanan iman : sesiapa yang ridha dngan Allah sebagai Tuhan, dan dengan islam sebagai agama, dan dengan Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai rasul “. Hadis ini memberikan gambaran kepada kita bahwa iman itu laksana makanan, dan hati seorang yang beriman akan merasakan kelezatan makanan tersebut sebagaimana seseorang merasakan kenikmatan dan kelezatan suatu makanan dan minuman. Jika seseorang telah merasakan kelezatan iman dan islam, maka tidak ada sedikitpun keraguan yang akan sampai ke dalam hatinya.

Dzouq : Zikir-(ilmu)-Makrifah-(ridha)

Dzouq ini didahului oleh zikir dan makrifah. Zikir adalah mengingat dan mengetahui dan mempunyai ilmu, dengan ilmu itu barulah seseorang mengenal (makrifah ) Allah, dan segala yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah. Setelah mengenal Allah, mengenal Rasulullah, mengenal hari kemudian, mengenal kehidupan, mengenal perintah-perintah Allah, mengenal Surga, mengenal neraka, mengenal kehidupanm akhirat, mengenal malaikat, mengenal musuh-musuh iman seeprti syetan, hawa nafsu, orang kafir, dan munafik; barulah dia dapat merasakan kelezatan iman. Itulah sebabnya, dalam hadis diatas disebutkan bahwa kelezatan iman itu hanya didapat bagi mereka yang telah ridha kepada Allah , ridha kepada rasul dan ridha kepada islam sebagai agama. Keridhaan tersebut hanya didapat setelah seseorang mengenal, dan mengenal tersebut hanya dicapai jika seeseorang telah mengetahui akan sesuatu secara detail.

Ibnu Qayim membagi Dzouq dalam tiga tingkatan :
Pertama : Dzouq dengan merasakan kelezatan keyakinan, sehingga tidak dapat diputuskan dengan anggapan, atau angan-angan. Tidak dapat diputuskan oleh anggapan, maksudnya keyakinan terhadap Allah, rasul dan agama Islam tidak dapat lagi diputuskan oleh “dzan”, anggapan-anggapan dalam pemikiran manusia.

“Dan janganlah kamu mencampurkan yang benar dengan yang salah “ ( Surah albaqarah :42)
“Kebenaran itu hanya datang dari Tuhan engkau maka janganlah engkau termasuk orang yang ragu “ ( Surah al baqarah : 214/ Ali Imran : 60)
“Dan janganlah kamu mengikuti keinginan mereka(orang kafir) tentang sesuatu kebenaran yang datang kepada engkau “ ( Surah alMaidah :48 ).
“Dan sesungguhnya anggapan (dzan ) itu tidak berguna sedikitpun dalam kebenaran” (surah an anjm : 53).
“Mereka (orang kafir)tidak mempunyai ilmu (tentang pembunuhan nabi isa), itu semua hanyalah sangkaan(dzan) “ ( Surah an Nisa:157).
“ Apakah kamu tidak melihat orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai tuhan dan Allah membiarkannya sesat karena ilmunya, dan Allah menutup pendengarannya, dan hatinya, dan meletakkan penutup atas penglihatannya.Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ? Mereka berkata : Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia sahaja,kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanya menyangka (dzan) sahaja “ ( surah al-Jatsiyah/45:23-24).

Tidak dapat diputuskan oleh angan-angan maksudnya adalah tidak dapat diputuskan dengan keindahan dan kemewahan dunia, sebab dia telah mendapatkan janji-janji Allah dengan kehidupan yang penuh nikmat di hari akhirat.

“ Allah telah menjanjikan kepada orang yang beriman laki dan perempuan taman-taman yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan mendapatkan tempat tinggal yang baik di dalam surge adn, dan keridhaan Allah itu lebih besar “ ( Surah Taubah/9:72)

Dalam hadis disebutkan : Demi Allah, tidak ada sesuatu yang diberikan Allah kepada mereka (orang yang beriman ) sesuatu yang lebih hebat daripada melihat wajah Allah “.

Dzouq diperoleh setelah meyakini Allah dengan ilmu dan makrifah, kemudian mengamalkan perintahNya dengan motivasi pahala, serta kenikmatan surga, dan menjauhi laranganNya dengan mengingat siksaan dan kepedihan neraka bagi mereka yang ingkar kepadaNya. Maka untuk merasakan Dzuoq ibadah dalam tingkatan pertama ini diperlukan hadis-hadis motivasi tentang pahala dan hadis berbagai siksa bagi mereka yang ingkar kepadaNya. Tujuannya adalah agar seorang mukmin tidak lagi terpengaruh dengan angan-angan kenikmatan dunia yang akan selalu mengganggunya dalam menjalankan perintahNya. Dalam hadis disebutkan : Orang yang pandai itu adalah orang yang dapat menguasai keinginan dirinya/hawa nafsu dan berbuat untuk kehidupan setelah kematian; dan orang yang bodoh itu adalah orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya tetapi berangan-angan kepada yang dijanjikan Allah “.

Tingkatan kedua adalah Dzuq dengan merasakan kelezatan kehadiran Allah dalam setiap keadaan hidupnya. Orang ini akan merasakan bahwa Allah selalu bersamanya, selalu melihat perbuatannya, selalu mengawasi tindakannya, baik di dalam masjid atau di luar masjid, baik di waktu seorang diri maupun sedang bersama orang ramai. Orang yang merasakan dzouq seperti ini akan selalu : Zikir kepada Allah dalam setiap keadaan dan waktu, mencintai Allah dalam setiap keadaan, dan tetap melakukan perbuatan terbaik ( ihsan ) dalam setiap tindakan. Kualiti dzouq tingkatan kedua ini tergantung kepada kualiti kedekatan (taqarrub ) kepada Allah, dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dalam tingkatan kedua ini mereka melakukan amal bukan karena pahala tetapi karena hanya untuk menghambakan diri kepadaNya. “ Sesungguhnya kami ini mememberikan makanan kepada mereka hanya karena mengharapkan keridhaan Allah,Kami tidak menginginkan balasan daripada kamu, dan juga tidak menginginkan (ucapan) terima kasih “ ( surah al Insan/76 : 9 ).

“ Dan kelak akan dijauhkan dari neraka orang yang paling bertaqwa, yaitu orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkannya, dan tidak seorangpun yang mengharapkan balasan dari kenikmatan tersebut sebab dia memberikan itu hanya karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi “ ( Surah al lail ?92 : 17-20)

Tingkatan ketiga adalah dzouq dengan merasakan kelezatan berhubungan dengan Allah dalam setiap keadaan. Setiap ucapan merupakan ucapan kesyukuran atas karunia Allah, dan merupakan munajat kepada Allah. Pendengaran dipergunakan hanya untuk mendengarkan perintah Allah, penglihatan hany untuk melihat kekuasaan Allah dan perbuatan, baik ibadah ataupun kerja hanya untuk penghambaan diri kepada Allah.

Dalam hadis Qudsi , Allah subhana wa Taala telah berfirman : “ Sesiapa yang memusuhi waliKu maka seolah-olah dia berani untuk mengisytiharkan perang kepadaKu. Tiadalah seorang hambaKu bertaqarrub kepadaKu dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain daripada kewajiban-kewajiban yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan hambaKu itu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga aku mencintainya. Apabila aku mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya dengan itu ia mendengar. Aku menjadi penglihatannya, dengan itu dia akan melihat. Aku akan menjadi tangannya, dengan itu dia akn memegang; dan Aku akan menjadi kakinya, dengan itu dia berjalan. Apabila dia meminta kepadaKu, niscaya Aku kabulkan, dan apabila dia memohon perlindungan kepadaKu, nescaya Aku akan melindunginya ( hadis riwayat Bukari ).

Ibnu Qayim dalam kitab “Thariqul Hijratain” berkata bahwa wali Allah adalah orang yang tidur, tetapi hatinya berkeliling di sekitar Arsy dan dia senantiasa berhubungan dengan Allah, Tuhan Yang Maha Agung.
ا لـلـه أ عـلــم و ا لـحـمـد لـلــه رب ا لـعـا لمـين

No comments:

Post a Comment