Pages

Thursday, December 11, 2014

HIJRAH, PERSAUDARAAN DAN EKONOMI

Setelah membangun Masjid Madinah, langkah pertama yang dilakukan nabi dalam memimpin masyarakat Madinah adalah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin, yang datang dari Makkah dengan kabilah Arab Anshar yang berasal dari Madinah. Persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar dari umat Islam ini sangat penting, sebab diantara masyarakat Madinah juga terdapat masyarakat yahudi, dan sejarah telah membuktikan bahwa sebelum kedatangan nabi ke Madinah, masyarakat Madinah yang terdiri dari kaum Kharaj dan Aus terlibat dalam peperangan yang berlangsung selama dua ratus tahun. Peperangan tersebut disebabkan isu-isu yang ditiup-tiupkan oleh masyarakat yahudi Madinah, sehingga kabilah Arab disibukan dengan peperangan, sehingga akhirnya masyarakat yahudi dapat menguasai politik dan ekonomi Madinah. Untuk menghindari perpecahan yang mungkin timbul antara Muhajirin dan Anshar, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar yang diikat dengan ikatan persaudaraan iman. 

Rasulullah mempersaudarakan satu orang Muhajirin dengan satu orang Anshar seperti Abubakar dengan Kharijah bin Zaid, Umar bin Khatab dengan Ataba bin Malik, Usman bin Affan dengan Aus bin Tsamit,Bilal bin Rabah dengan Abu Ruwaihah, Salman al Farisi dengan Abu darda, Ammar bin Yasir dengan Huzaifah bin Yaman, Abdurahman bin Auf dengan Saad bin Abi Rabi’. Persaudaraan tersebut merupakan persaudaran sejati sehingga sewaktu Sa’ad bin Abi rabi’ menerima Abdurahman bin Auf sebagai saudaranya, maka untuk membuktikan persaudaraan tersebut dia berkata kepada Abdurrahman bin Auf : Wahai Abdurahman, sebab engkau sekarang adalah saudaraku, maka aku akan memberikan kepadamu sepatuh dari harta kekayaan yang aku miliki “. Tetapi disebabkan Abdurahman bin Auf adalah sahabat yang beriman dan berakhlak mulia, maka dia menjawab : “ Wahai saudaraku, tidak usah engkau membagi dua harta kekayaanmu itu, tetapi beri aku informasi dimana letak pasar di Madinah ini sehingga aku dapat berniaga “. Begitulah tingginya nilai persaudaraan antara kaum Anshar dan Muhajirin, sehingga riwayat mengatakan bahwa ada sahabat dari kaum Anshar yang mewariskan 1/6 dari harta kekayaannya kepada muhajirin, sebab pada waktu itu hukum waris yang sebenarnya belum diturunkan. 

 Melihat persaudaraan Muhajirin dan Anshar yang begitu erat, Kaum Yahudi Madinah tidak merasa senang dengan keadaan tersebut, sehingga mereka menyebarkan isu dan fitnah bahwa kedatangan kaum Muhajirin ke Madinah itu hanya memberatkan masyarakat kaum Anshar Madina, sebab banyak diantara kaum Muhajirin menumpang hidup di rumah kaum Anshar. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka semua masyarakat Muhajirin mulai mencari pekerjaan yang sesuai dengan profesi dan keahlian mereka masing-masing, sebagamana yang dicontohkan oleh Abdurahman bin Umar, dimana beliau adalah seorang yang berjiwa pedagang, sehingga sewaktu ditawari harta kekayan, beliau menolak pemberian tersebut, digantikan dengan informasi tempat berniaga, sehingga beliau dapat memulai kembali perniagaan sebagaimana yang beliau lakukan sewaktu berada di Makkah. 

Kawasan Madinah adalah kawasan kebun kurma, sedangkan kawasan Makkah adalah kawasan gunung batu yang tidak memiliki kebun, sehingga masyarakat Makkah belum mengenal bagaimana cara berkebun sebagaimana yang dilakukan oleh penduduk Madinah. Sebagian Muhajirin yang berjiwa niaga, mulai perlahan-lahan kembali memulai perniagaan mereka dari kota Madinah, sedangkan sebagian Muhajirin mencoba mengikuti masyarakat Madinah untuk berkebun kurma di Madinah. Sejarah mencatat bahwa pada awal hijrah tersbeut, semua Muhajirin yang datang ke Madinah mencari pekerjaan untuk menghidupi diri mereka sendiri dengan perniagaan, atau berkebun kurma, atau bekerja di kebn kurma milik masyarakat madinah. Dengan demikian, maka masyarakat Muhajirin tidak menggantungkan hidupnya dari belas kasihan dan pertolongan masyarakat Anshar, tetapi masyarakat yang mandiri , dan sebagai pembuktian bahwa persaudaraan yang dibina bukanlah persaudaraan atas kepentingan dan keuntungan, tetapi persaudaraan atas dasar agama, sebagaimana Rasul berkata kepada dua sahabat yang diikat denganpersaudaraan iman dari kaum Muhajirin dan Anshar tersebut dengan sabda beliau: “ Bersaudaralah kamu berdua karena Allah “. 

 Masyarakat Madinah sudah berpengalaman dalam berkebun kurma, dimana kurma itu akan berbuah disebabkan perkawinan antara bunga kurma yang jantan dengan bunga betina. Perkawinan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh angina yang berhembus dan juga disebabkan oleh perkawinan yang dilakukan oleh manusia. Masyarakat Makkah tidak berpengalaman dalam bekebun kurma, sehingga mereka menyangkan bahwa buah kurma itu hanya dapat terjadi dengan perkawinan yang dilakukan oleh angin, dan dengan ketentuan Allah, tanpa harus dikawinkan dengan tangan manusia. Akibatnya banyak dari pokok kurma dari kebun kaum Muhajirin Makkah memiliki buah yang tidak sebanyak dari hasil kaum kurma yang dimiliki oleh masyrakat Anshar Madinah. Mereka mengadu kepada Nabi Muhammad, akhirnya nabi memerintahkan kaun Muhajirin Makkah tersebut untuk berguru dengan pengalaman kaum Anshar dalam mengawinkan bunga kurma lelaki dengan bunga kurma perempuan. Itulah sebabnya nabi berkata kepada kaum Anshar Madinah bahwa : “ Kamu itu ( masyarakat Anshar Madinah ) lebih mengetahui dengan urusan dunia kamu “, maksudnya bahwa masyarakat Madinah itu lebih mengetahui dalam urusan berkebun kurma sebab mereka lebih berpengelaman daripada masyarakat Muhajirin Makkah, oleh sebab itu nabi menyarankan kepada masyarakat Muhajirin untuk belajar dari pengalaman kaum Anshar Madinah dlam urusan berkebun kurma sehingga dapat menghasilkan hasil kurma yang banyak. 

Demikian juga dengan nabi Muhammad sendiri, beliau juga membuktikan bahwa diri beliau merupakan pekebun kurma yang terbaik, sebagaimana sewaktu di Makkah beliau membuktikn sebagai peniaga yang terbaik sewaktu membawa barang dagangan dari Khadijah binti Khuwalaid. Demikian juga di Madina, nabi Muhammad membuktikan dirinya sebagai peneliti dan pekebun kurma yang terbaik sehingga beliau kurma yang ditanam beliau ( kurma ajwa ) merupakan kurma yang memiliki mempunyai kualitas terbaik. Berarti jika memakan sunnah itu merupakan sunnah nabi yang digalakkan untuk diikuti, maka sebenarnya melakukan penelitian tentang kurma dan menanam bibit kurma yang terbaik yang juga dapat dikiaskan supaya umat Islam melakukan penyelidikan dan riset tentang buah-buahan, dan dapat memproduk hasil peranian, perkebunan, yang terbaik juga merupakan sunnah nabi Muhammad saw, tetapi sangat disayangkan har ini banyak umat Islam sibuk dengan sunnah makan kurma, tetapi tidak sibk dengan sunah nabi dalam melakukan riset dan pennyelidikan hasil pertanian dan perkebunan sehingga umat Islam dapat menjadi umat yang memiliki dan menguasai pertanian, perkebunan, yang terbaik sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah pada waktu beliau di Madinah. Bukan hanya menjadi peniaga dan pekebun kurma, tatapi Nabi menggalakkan masyarakat Madinah untuk menghasilkan segala keperluan hidup sehingga umat islam menjadi umat yang produktif dan tidak bergantung dengan barang produk dari negeri lain, apalagi jika produk itu dikuasai oleh orang kafir.

 Oleh sebab itu dalam piagam Madinah nabi Muhammad saw menekankan bahwa masyarakat Madinah tidak boleh bergantung dengan orang lain, sehinnga semua keperluan umat Islam dapat dihasilkan dan dibuat oleh umat Islam sendiri. Nabi juga memerintahkan sahabat untuk membuat alat persenjataan perang seperti pedang, panah, tombak, baju besi, rantai, palu, godam, dan lain sebagainya. Dalam beberapa peperangan yang terjadi pasukan kafir Makkah tidak menyangka jika umat islam Madinah memiliki alat perang yang banyak, sehingga pada tahun kesembilan sewaktu perang Tabuk terjadi, umat islam sudah memiliki 40 ribu pedang, 40 ribu pnah, dan 40. Ribu tombak disamping tombak, rantai, godan yang palu yang bakyak. Oleh sebab itu kita dapat melihat bahwa Nabi Muhammad dalam memimpin masyarakat Madina, maka usaha pertama kali dilalukan adalah menguatkan ukhuwah persaudaraan antar umat, kemudian menguatkan ekonomi umat Islam, sehingga umat Islam tidak memiliki ketergantungan dengan masyarakat lain, dari keperluan biasa sampai kepada alat senjata perang. Sebab itu dapat dikatakan bahwa persaudaran dan ekonomi masyarakat merupakan syarat dalam kejayaan suatu umat dalam memimpin dunia, dan perpecahan serta kelemahan ekonomi suatu umat merupakan sebab kelemahan suatu umat. Sudahkah umat Islam hari ini memiliki persaudaraan dan kekuatan ekonomi sebagaimana masyarakat Madinah terdahulu.. ? Fa’tabiru Ya Ulil albab.

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Salam. Berkenaan perkataan, "Bersaudaralah kamu berdua karena Allah", sila diteliti kajian dari laman berikut:

    http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/pemurnian-sejarah/zaman-rasulullah/beberapa-cerita-palsu-sekitar-peristiwa-muakhat.html

    ReplyDelete