Pages

Thursday, June 11, 2009

PENDIDIKAN AGAMA USIA DINI


“ jagalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka “ (Qs. Tahrim : 6)

Ada seorang laki-laki datng kepada Rasululah berkata : Ya Rasulullah beri aku sebuah nasehat. Nabi bersabda : Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimana saja kamu berada. Orang itu berkata : “ Tambah lagi nasehatnya ya rasulullah. Nabi meneruskan : Ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya yang baik akan menghapuskan yang buruk “. Orang itu berkata lagi : Tambahkan lagi ya Rasulullah. Nabi melanjutkan : " Berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik " Hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar . Dalam hadis yang lain diriwayatkan bahwa ada seorang sahabat berkata kepada Rasulullah : " Ya Rasulullah, ada seorang wanita , dia berpuasa di siang hari dan berdiri mengerjakan shalat tahajud di malam hari, tetapi akhlaknya sangat buruk, sebab dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. Mendengar perkataan sahabat itu, Rasulullah saw bersabda : ' Tidak ada kebaikan pada wanita tersebut, dan dia nanti termasuk penghuni api neraka " Hadis riwayat Imam Ahmad dan Hakim dari Abu Hurairah. Seorang sahabat bertanya kepada rasulullah : Wahai Rasulullah, orang beriman yang manakah yang paling utama imannya.? Rasulullah saw menjawab : Orang yang paling baik akhlaknya ". Hadis riwayat Abu daud dan Tirmidzi daripada Abu Hurairah.

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa pengajaran agama bertujuan untuk membentuk akhlak, sehingga segala perintah dan larangan agama bertujuan untuk membentuk akhlak. Anas bin Malik berkata ; " Bahwa seseorang itu akan sampai ke tingkat yang tertinggi di dalam surga disebabkan dengan kebagusan akhlaknya walaupun ia seorang yang tidak banyak ibadahnya. Dan akan sampai ke tingkat yang paling rendah dalam neraka jahannam disebabkan keburukan akhlaknya walaupun ia seorang yang banyak ibadahnya " Seorang ulama tasauf, Al Junaid berkata : " Empat perkara mengangkat seorang hamba kepada derajat yang paling tinggi, walaupun amalan ibadahnya dan ilmu pengetahuannya sedikit yaitu : lemah lembut, rendah hati, murah hati, dan akhlak yang baik, dan itulah kesempurnaan iman ".

Kitab suci Al Quran diturunkan sebagai pedoman manusia agar mempunyai akhlak yang mulia. Tugas Rasul untuk menyempurnakan akhlak tersebut dinyatakan dalam sebuah hadis : " Sesungguhnya aku ini diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia ". Oleh sebab itu akhl;ak rasul merupakan contoh bagi pelaksanaan Al Quran sehingga Allah sendiri telah memuji tentang kebaikan akhlak Rasulullah saw dengan firmanNya " Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) mempunyai akhlak yang mulia ". ( Q.S. Al Qalam : 4 ). Kitab suci Al Quran juga adalah materi pelajaran pertama yang diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabat-sahabat beliau di rumah Arqam bin Abi Arqam. Tetapi Rasulullah mengajarkan Al Quran bukan hanya dengan membaca, dan menghafal tetapi juga menerangkan cara mempraktekkan ayat tersebut sehingga sahabat berkata : " Jika kami mempelajari sepuluh ayat, maka kami tidak menambah ayat yang lain sebelum kami dapat mengamalkan ayat yang telah kami pelajari tersebut '. Mengajarkan ayat-ayat Al Quran harus bersamaan dengan mengajarkan cara hidup Rasuolullah, oleh sebab itu Ibnu Masud berkata bahwa ; " Kami para sahabat mengajarkan anak-anak kami cerita dan kisah-kisah kehidupan nabi Muhammad sebagaimana kami mengajarkan mereka untuk membaca dan menghafal Al Quran ".

Demikian juga dalam sejarah perjalanan sahabat kita lihat bahwa kitab Al Quran diajarkan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada si anak akan konsep tauhid aplikatif sehingga Allah bukan saja diyakini sebagai Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta tetapi juga seseorang harus dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap sisi kehidupan sehingga kita akan selalu berada dibawah pengawasannya, sebagaimana sabda nabi mepada Ibnu Abbas : wahai anak, peliharalah Allah niscaya Allah akan memelihara engkau ". Tauhid aplikatif ini akan membentuk menusia mempunyai akhlak yang mulia.

Inilah juga yang dipelajari oleh ulama terdahulu sebagaimana kisah seorang ulama sufi, Sahal bin Abdullah Tusturi yang berkata : Sewaktu aku berumur tiga tahun, aku bangun pada suatu malam dan melihat pamanku Muhammad bin Suwar melakukan shalat tahajud. Kemudian pada suatu hari dia berkata kepadaku : " Wahai sahal, Tidakkah engkau mengingat Allah yang menjadikan engkau ? " Kemudian aku bertanya : Bagaimanakah caranya agar aku selalu mengingatNya? Pamanku menjawab : " Katakanlah dalam hatimu, ketika kamu akan tidur, sebanyak tiga kali, tanpa menggerakkan lidahmu : “ Allahu Ma'iy…Allahu Nadzirun ilayya…Allahu Syahidi ( artinya : " Allah bersamaku, Allah melihat kepadaku, Allah menyksikan segala perbuatanku ") Sahal melanjutkan : " Aku lakukan apa yang disuruhnya , dan aku ceritakan kepada pamanku bahwa aku telah membacanya. Pamanku berkata : coba engkau baca lagi tujuh kali ". Aku lakukan dan pamanku tak lama berkata lagi : Bacalah setiap malam sebelas kali..Aku tetap melakukan demikian sampai aku mendapatkan kemanisan iman dalam hatiku. Pamanku berkata : " wahai sahal , barangsiapa yang merasa Allah selalu bersamanya, selalu melihatnya, selalu menyaksikan apa saja yang dilakukannya, mungkinkah dia melakukan maksiat ?

Pembentukan keimanan dan akhlak sejak usia dini sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari rumah dengan mengajarkan ayat-ayat Al Quran dan nilai-nilai tauhid sejak dini, sehinga hal itu dapat menjadi filter kehidupan sewaktu mereka masuk ke alam remaja. Dilanjutkan dengan tersedianya madrasah diniyah ditengah masyarakat, sehingga setiap anak muslim wajib masuk madrasah diniyah sehingga sewaktu dia baligh, system pendidikan telah membentuk dia memiliki agama yang kuiat. Jika ada wajib belajar bagi anak bangsa, mengapa tidak ada wajib agama bagi anak muslim sebelumusia baligh?

Baru-baru ini menteri Agama telah mencadangkan tahun 2009 sebagai Tahun pendidikan agama usia dini. Program ini semoga tidak hanya menjadi slogan tanpa aksi, tetapi sepatutnya menjadi gerakan dari rumah ke rumah, masjid ke masjid. Program di rumah dengan menggalakkan kembali membaca al Quran, membuiat programm-program tivi sarat dengan nilai-nilai agama untuk anak usia dini. Sebagai contoh, di televise negara jiran ada pelajaran membaca al Quran, ada lagi program belajar tajwid, ada lagi program melagukan al Quran, sehingga anak-anak yang tidak sempat ke madrasah masih mendapatkan pelajaran tersebut memalui tivi.

Dulu sewaktu anak-anak masuk sekolah dasar di pagi hari, maka hamper dapat dipastikan di sore harinya anak-anak tersebut akan mengikuti pendidikan madrasah diniyah ( seratus persen agama ) sehingga sewaktu anak berusia dua belas tahun, maka dia tamat sekolah dasar dan waktu yang sama tamat madrasah diniyah. Pada saat sekarang ini sangat disayangkan banyak program sekolah umum sampai pukul tiga sore, ditambah lagi dengan les, dan bimbingan tes, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk belajar agama. Jika ada madrasah diniyah saat ini, maka kurikulum tidak seperti dahulu yang seratus persen agama tetapi telah bertukar menjadi tujuh puluh persen agama malahanada yang hanya tiga puluh persen. Jika ada yang masuk sekolah islam terpadu sampai sore, tetapi sdit tidak memberikan materi agama sebanyak yang diberikan oleh madrasah diniyah dahulu. Akibatnya muatan agama yang dimiliki anak pada hari ini sangatlah minim. Oleh sebab itu bagaimana mungkin seorang anak akan mendapat pendidikan agama yang lengkap jika lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan masjid tidak memberikan agama dalam kehidupannya.

Sudah waktunya setiap orangtua berpikir bahwa pendidikan agama adalah fardhu ain, sedangkan pendidikan umum merupakan fardhu kifayah. Maksudnya perhatian orangtua kepada pelajaran dan pendidikan agama lebih utama daripada perhatian kepada masalah akademik. Sehingga jika seandainya anak tidak sempat masuk kemadrasah disebabkan kesibukan sekolah atau les, maka orangtrua perlu berinisiatif bagaimana mendatangkan guru ke rumahnya untuk mengajarkan anak fardhu ain, seperti tauhid, ibadah dan akhlak. Jika orangtua berani membayar guru lue private bahasa inggeris, matematika sampai les piano dan lain sebagainya, maka orangtua muslim sepatutnya biasa mendatangkan guru ke rumahnya untuyk belajar mengaji bukan hanya alquran,tetapi juga ilmu-ilmu islam yang lain. Semoga pencadangan tahun pendidikan usia dini dilanjutkan dengan program terpadu, sehingga kita dapat menyiapkan generasi yang tangguh di masa mendatang. Jangan anak kita mendengar azan hanya pada waktu lahir ke dunia,sedangkan setelah itu lebih banyak dia mendengar nyanyian yang tidak bermakna. Fa’tabiru ya ulil albab.

No comments:

Post a Comment