Pages

Thursday, February 10, 2011

Valentine's Day : Sikap muslim.

Pada setiap pertengahan bulan Februari, banyak di antara generasi muda muslim yang ikut-ikutan hari Valentine ( Valentine’s day ) yang juga mereka sebut dengan Hari Cinta Kasih atau Hari Kasih Sayang. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, perayaan tersebut adalah budaya Barat yang berasal dari salah satu tradisi dalam agama nasrani. Oleh sebab itu, seorang muslim tidak boleh merayakan hari tersebut, sebab hari itu merupakan bagian dari perayaan agama Kristen dan tradisi romawi. Pada awalnya bangsa Romawi merayakan acara untuk memperingati suatu hari besar mereka, yang jatuh setiap 15 Februari, yang mereka namakan Lupercalia. Peringatan ini dirayakan guna menghormati perkawinan antara Dewa Juno (Tuhan Wanita) dengan Dewa Pan (Tuhan dari alam ini),dalam agama pagan Romawi kuno.. Pada saat itu, digambarkan orang-orang muda “laki-laki dan wanita” memilih pasangannya masing-masing dengan menuliskan nama atau mengundi nama dari orang-orang yang diminati dan dicintainya, kemudian pasangan ini saling tukar bertukar hadiah sebagai pernyataan cinta kasih. Acara ini dilanjutkan dengan berbagai macam pesta hura-hura bersama pasangan masing-masing. Setelah penyebaran agama Kristen, Para Pemuka Gereja mencoba memberikan pengertian ajaran Kristen terhadap para pemuja berhala itu. Pada tahun 496 Masehi, Paus Gelasius (Pope Gelasius) mengganti peringatan Lupercalia itu menjadi Saint Valentine’s Day, yaitu Hari Kasih Sayang Untuk Orang-Orang Suci.



Di lain versi lagi, banyak pula ahli sejarah lain yang mengkaitkan Hari Valentine tersebut dengan Pendeta St. Valentine yang lain. St. Valentine yang satu ini adalah seorang Bishop (Pendeta) di Terni, satu tempat sekitar 60 mil dari Roma. Pendeta tersebut dikejar-kejar karena mempengaruhi beberapa keluarga Romawi dan memasukkan mereka ke dalam agama Kristen. Kemudian ia dipancung di Roma sekitar tahun 273 masehi. Sebelum kepalanya dipenggal, Pendeta itu mengirim surat kepada para putri penjaga-penjaga penjara dengan mendo’akan semoga bisa melihat dan mendapat kasih sayang Tuhan dan kasih sayang manusia. “Dari Valentinemu” demikian tulis Valentine pada akhir suratnya itu. Surat itu tertanggal 14 Februari 270 M. sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang. St.Valentine diangap sebagai lambang kasih sayang, apalagi pendeta tersebut dihukum sebab keberaniannya melawan penguasa Romawi, ditambah lagi di akhir hayatnya pendeta itu memberikan ucapan kasih sayang kepada putri orang yang menghukumnya, maka sebagai lambang Kahis sayang, dijadikanlah hari kematiannya tersebut menjadi hari kasih sayang.



Sejak kematiannya kisah Saint Valentine seperti tertiup angin, menyebar dan meluas sampai tak satu pelosok di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan Nenek mendongengkan cerita Saint Valentine pada cucunya sebagai dengan nada semangat dan penuh ekspresi. Orang-orang tua selalu menasehatkan pada anaknya, “kelak jika besar nanti, jadilah kau seperti Saint Valentine.” Pokoknya, Saint Valentine adalah sosok idola. Tutur katanya, gaya hidupnya, ketaatannya dalam memegang teguh keyakinannya menjadi acuan semua orang. Sampai pada akhirnya nama Valentine menjadi simbol kasih sayang. Tapi kebiasaan ini tak lama bertahan, sedikit demi sedikit kebiasaan menghormati Saint Valentine sebagai tokoh yang penuh kasih sayang berubah. Peringatan kematian Saint Valentine pada tanggal 14 Pebruari berubah menjadi hari memilih pasangan di antara kaum muda. Saling memberi hadiah dan mengucapkan rasa suka. Akhirnya dari hari kasih sayang, menjadi hari cinta berahi, dan hari kemaksiatan. Dari sejarah perjalanan Valentine’s Day ini, sudah selayaknya umat Islam, khususnya generasi muda, untuk tidak mengadakan, memperinci, bahkan mengistimewakannya. Dari kajian sejarah diatas terbukti bahwa Hari Valentine bukanlah sekedar budaya Barat tetapi budaya yang berhubungan dengan agama Romawi kuno, yang masih menyembah dewa – dewa dan juga berhubungan dengan agama Nasrani. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa seorang muslim tidak boleh sama sekali ikut-ikutan dalam merayakan hari Valentine tersebut, karena dengan ikut merayakannya berarti juga merayakan hari kebesaran agama yang lain.


Umat Islam harus sadar bahwa orang kafir akan berusaha untuk merusak agama kita dengan berbagai cara, termasuk dengan memasukkan budaya mereka dalam kehidupan muslim. Inilah yang dijelaskan dalam kandungan Surah Al Baqarah ayat 120 yang artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (cara hidup) mereka. katakanlah ; sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.



Dalam surat itu Allah ingin menyampaikan pesan, bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berhenti dan tidak pernah lelah melakukan usaha mereka. Dengan cara halus ataupun menghalalkan segala cara. Salah satunya dengan menggerogoti mental dan akidah pemuda-pemuda Islam. Jika pemuda Islam yang di masa depan diharapkan menjadi pembela dan pembawa panji kebesaran Islam sudah porak poranda, tinggal menunggu waktunya saja untuk menghancurkan.



Dalam firmannya yang lain Allah juga memperingatkan, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mengetahui tentang hal itu. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Israa’:36). Dari ayat ini umat Islam tidak boleh mengikuti sesuatu tanpa menegtahui asal-asul sesuatu tersebut. Sejarah menyatakan bahwa \Valentine itu adalah budaya romawi kuno dan agama Kristen, oleh sebab mengikuti perayaan tersebut, membesarkan hari tersebut sama dengan membesarkan hari agama lain. Tapi sangat disyangkan pada saat sekarang ini, banyak generasi muslim, malahan ada partai politik islam yang menjadikan perayaan hari Valentine menjadi kesempatan menarik pemilih muda dengan ikut-ikut merayakannya.



Dalam sebuah sabdanya Rosulullah berpesan, “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia menjadi bagian atau menjadi satu dengan kaum yang ditirunya.” (HR. Ibnu Hambal dan Abi Daud). Hadis ini menyatakan bahwa umat Islam tidak boleh meniru apapun kebiasaan dari suatu kaum yang lain, sebab dengan meniru perayaan tersebut, maka \nabi Muhammad meyatakan bahwa umat Islam sudah menjadi bagian kaum yang lain. Umat Islam tanpa sadar pada saat sekarng ini sudah terlalu banyak meniru perayaan dari suatu kaum, baik dalam pakaian, tanpa menghiraukan apakah pakaian itu membuka aurat tetapi karena model, fasion, maka pakaian itu dibeli, sebab ingin sama dengan orang barat. Dalam budaya seni juga selalu ikut dengan seni barat, tanpa melihat apakah seni musik, seni budaya, itu untuk memuji Allah atau untuk mengutarakan nafsu birahi dan lain sebagainya.



Dalam Islam, sikap kasih sayang merupakan sikap yang wajib dimiliki oleh setiap muslim dimanapun dia berada, dan simbol kasih sayang seorang muslim hanya rasulullah saw.. Dalam sirah kehidupan rasul, terbukti bahwa Rasulullah adalah contoh teladan bagi kasih sayang, bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada hewan dan makhluk lainnya. Malahan sikap kasih sayang rasulullah telah mendapat pujian dari Allah dengan firmanNya : ” Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kalangan kamu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu , sangat menginginkan keimanan bagimu, amat belas kasihan lagi penyaynag terhadap sekalian orang yang beriman ” ( QS. At Taubah : 128 ). Dari ayat ini terlihat bahwa bagaimana Rasulullah sangat memperhatikan segala sesuatu yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia bukan saja dari penderitaan di dunia, juga daripada penderitaan di akhirat. Oleh sebab itu beliau tanpa pernah jemu mengajak umat manusia dalam keimanan sebab dengan cara itulah manusia selamat dari segala bentuk kesusahan dunia dan akhirat.



Rasulullah sangat menganjurkan kasih sayang kepada seapa saja, sehingga beliau bersabda : ” Tidaklah kamu termasuk orang beriman, sebelum kamu saling kasih-mnengasihi ”. Sahabat bertanya : ” Ya rasulullah, kami telah berbuat saling sayang-menyayangi sesama kami ”. Rasulullah saw menjawab : ” Kasih sayang yang aku maksudkan bukanlah kasih sayang hanya sebatas kamu dengan kelompokmu saja, atau sesama kamu saja, tetapi kasih sayang yang kamu berikat kepada semua orang ” ( Hadis riwayat Thabrani ). Hadis ini menyuruh umat Islam untuk saling kasih mengasihi bukan hanya sesama kelompok atau golongan, sebagaimana banyak terjadi sekarang ini, tetapi untuk sekalian manusia semuanya, dan itu merupakan bukti keimanan seorang muslim.



Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : ” Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan kasih sayangNya kecuali kepada orang yang berhati belas kasihan kepada orang lain ”. Sahabat berkata : ” Ya rasulullah, kami sudah saling menyayangi sesama kami ”. Rasulullah menjawab : ” Bukanlah belas kasihan itu hanya sebatas antara diri kamu dengan isteri dan kelompok kamu saja, tetapi kasih sayang yang diperintahkan itu adalah kasih sayang kepada seluruh kaum muslimin. ” ( hadis riwayat Tirmidzi ). Dari hadis ini terlihat bahwa kasih sayang Allah kepada umat Islam akan datang jika umat Islam saling kasih mengasihi sesama umat Islam seluruhnya, bukan hanya sekadar satu kumpulan, satu golongan, satu mazhab, satu partai, dan lain sebaginya sebagaimana yang terjadi selama ini. Malahan dari hadis ini dapat dipahami, bahwa rahmat dan kasih sayang Al;lah terhalang kepada umat islam hari ini akibat akibat sikap umat Islam yang hanya mengasihi kawan sekelompok, satu usrah, satu partai saja, tanpa mengasihi umat Islam di kelompok yang lain atau golongan yang lain. Semoga di masa mendatang umat islam tanpa memperlihtakan sikap kasih sayang kepada semua orang tanpa harus mengikuti Hari Kasih Sayang Gaya Valentine. Mari tunjukkan umat Islam adalah umat kasih sayang dengan mencontoh kasih sayang rasulullah saw . Fa’tabiru ya ulil Albab. ( M.Arifin ismail ).

No comments:

Post a Comment