FANA
Fana dalam bahasa artinya adalah kebinasaan. Dalam kitab suci Al Quran disebutkan : “Semua yang ada dibumi ini akan binasa. Dan tetaplah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan “ ( Surah ar Rahman : 26-27).
Sikap fana dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah fana dalam kecintaan dan ketaatan kepada Allah, dan mencari keridhaan Allah sehingga mengantarkannya kepada kehidupan dan kedudukan yang kekal.
Sikap Fana juga dimaksudkan adalah fana hati dari seluruh kehidupan dunia, dan ketergantungan kepada alam dan makhluk yang fana, dan hanya bergantung kepada Dzat Allah yang kekal dan Yang Maha tinggi. Oleh sebab itu sebgain ulama menyatakan bahwa makna ayat Al Quran tersebut seakan-akan menyatakan : “ Jika engkau bergantung kepada yang fana, maka ketergantungan itu akan berakhir pada waktu benda itu menjadi fana ; tetapi jika engkau bergantung kepada Dzat yang kekal, maka ketergantungan itu tidak akan putus dan terus berlanjut “. Kefanaan dalam hal ini berarti puncak dan akhir ketergantungan seseorang dalam kepada makhluk, dan hanya menyerahkan segala keputusan dalam qudrah dan iradah Allah.
Ulama menyatakan ada dua tingkatan fana :
1. Fana dalam makrifat menegnal dzat Alah, sehingga tidak ada sesuatu dialam ini yang kekal kecuali Allah subhana wataala.
2. Fana dalam keilmuan, sehingga tidak ada sesuatu di dalam hati kecuali hanya mengingat dan dzikir kepada Allah.
3. Fana dalam kesaksian :
a. fana dalam kesaksian rububiyah dan qayumiyah. Maksudnya adalah kesaksian terhadap sifat Allah yang qayum ( berdiri sendiri ) bahwa Dialah sebagai pengatur, pencipta, pemberi rezki, pemberi manfaat dan mudharat, dan semua makhluk dan hamba wajib tunduk dibawah hukum rububiyah Allah subhana wataala.
b. Fana dalam kesaksian ilahiyah, maksudnya kefanaan dari kehendak kepada selain Allah, baik dalam cinta, tawakkal, takut dan harap, dengan penuh ketaatan sehingga tidak ada perintah dan larangan selain perintah Allah, tidak ada kehidupan selain mengikuti segala yang telah ditentukan Allah dalam syariatNya.
Penyimpangan pemahaman dalam fana :
1. Wahdatul wujud.
Wahdatul wujud artinya adalah kesatuan yang wujud. Maksudnya bahwa segala ala mini sebenarnya fana, dan yang wujud adalah Allah, dan semua makhluk itu adalah pancaran daripada Allah, oleh sebab itu jika kita melihat makhluk sama dengan kita melihat Allah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh al Hallaj ( Abul Mughist Husain al hallaj hidup dari tahun 858 M – 922 , lahir di Marokko dan wafat di Baghdad ) yang berkata : “ Anal haq, Aku adalah Tuhan “. Dan dalam kesempatan lain dia juga berkata : “ Tidak ada dalam jubahku selain Allah “. Pernyataan ini diungkapkannya karena melihat bahwa dirinya secara Dzat telah fana dan yang ada hanya Dzat allah, sehingga jika aku melihat diriku, maka sebenarnya diriku telah fana, maka yang ada adalah Dzat Allah. Akhirnya ulama memfatwakan bahwa al hallaj adalah sesat dan hukuman bagi pernyataannya adalah dibunuh.
Pemikiran al hallaj ini berkembang ke nusantara sehingga Syekh Siti Jenar di Jawa juga berkata : Aku adalah Tuhan “, dan akhirnya Syekh siti Jenar di pulau jawa juga difatwakan oleh kumpulan ulama di jawa ( Wali Songo ) adalah sesat dan dibunuh.
Hal ini juga sebagaimana yang dikatakan oleh Hamzah Fansuri dalam syairnya :
Satukan hangat dengan dingin
Tinggal loba dan ingin
Hancur hendak seperti lilin
Maka dapat kerjamu licin
Hapuskan akal dan rasamu
Lenyapkan badan dan nyawamu
Pecahkan hendak kedua matamu
Disanalah lihat permai rupamu
Hunuskan pedang bakarkan sarung
Isbatkan Allah nafikan patung
Laut tauhid juga kau harung
Disanalah engkau dapat bernaung
Hamzah fansuri di dalam Makkah
Mencari Tuhan di Baitul Ka’bah
Dari Barus ke Kudis terlalu payah
Akhirnya dapat di dalam rumah
2. Ittihad.
Ittihad secara bahasa adalah bersatu. Hal ini dimaksudkan adalah bersatunya diri manusia dengan dzat Tuhan, sehingga diri manusia fana ( binasa ) dan yang ada adalah Dzat Tuhan. Jika wahdatul wujud menyatunya alam dengan Tuhan sehingga setiap alam seebnarnya adalah Dzat Tuhan yang memancar dalam alam, maka ittihad adalah diri manusia dengan dekatnya kepada Tuhan maka dia akan menyatu dengan tuhan, sebab itulah al hallaj berkata “ Anal Haq “, akulah Tuhan.
3. Hulul
Hulul adalah hilangnya diri dalam Dzat Tuhan, itulah sebabnya dalam syair tersebut Hamzah Fansuri berkata : Hapuskan akal dan rasamu, lenyapkan badan dan nyawamu, pecahkan hendak kedua matamu, disanalah lihat permai rupamu. Wallaahu A’lam.
No comments:
Post a Comment