AL HIKAM 120
مَتَى
جَعَلَكَ فِى الظَّاهِرِ مُمْتَثِلاً لأَمْرِهِ وَرَزَقَكَ فِى الْبَاطِنِ الاسْتِسْلاَمَ
لِقَهْرِهِ فَقَدْ أَعْظَمَ الْمِنَّةَ عَلَيْكَ
Terjemahan : Apabila Allah
telah menjadkan engkau pada zahirnya menurut perintahNya dan dalam hatimu
menyerah bulat kepadaNya, berarti Tuhan telah memberi sebesar-besar nikmat
kepadamu ( Ibnu Athailah Sakandary /AL Hikam 120 )
Penjelasan :
Tujuan manusia
hidup adalah penghambaan kepada Allah,
sebagaimana dinyatakan dalam kitab suci al Quran : “ Tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKU “( QS. Dzariyat/51 : 56 ).
Penyembahan yang
sempurna adalah penyembahan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, penyerahan
diri kepadaNya : “ Tidaklah aku ( Muhammad ) diperintahkan kecuali hanya untuk
menyembah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan agama “ ( QS.
Al Bayyinah/98 : 5)
Penyerahan diri
kepada Allah secara zahir adalah dengan menjalankan segala perintahNya dan
meninggalkan segala laranganNya : “ Apakah mereka mencari selain agama Allah
padahal seluruh langit dan bumi telah menyerahkan dirinya kepada Allah “ ( QS.
Ali Imran :83 ).
Dalam ayat yang
lain dinyatakan juga bahwa “ Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah
agama Islam “ ( QS. Ali Imran/19) “ Dan siapa yang mencari selain agama Islam,
maka Allah tidak akan menerimanya “ ( QS. Ali Imran : 85 )”. Maka siapa yang
dikehendaki Allah untuk diberi petunjuk
maka Allah akan melapangkan dadanya dalam menjalankan Islam “ ( QS. Al An’am/6 : 125).
Menjalankan
perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, itulah ibadah secara zahir,
sedangkan keikhlasan menyerahkan diri dengan ridha dalam menerima segala
ketentuanNya, itu merupakan ibadah secara batin, serta mendapat kedua-duanya
dalam kehidupan itu merupakan kenikmatan hidup yang terbesar. Ramadhan al Bouty berkata bahwa sifat
ubudiyah ( penghambaan ) kepada Allah akan sempurna dengan dua perkara (1) melaksanakan
segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya (2) penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah dalam segala segala keadaan. Itulah sebabnya Rasulullah
mengajarkan umatnya agar membaca kalimat zikir : Aku Ridha menjadikan Allah sebagai Tuhanku, Aku
ridha menajdikan Islam sebagai agamaku
dan Aku ridha akan Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul “.
Melakukan amal
ibadah dengan penyerahan diri, dan hati yang ikhlas hanya mengharapkan
keridhaanNya itulah kenikmatan hidup yang diberikan kepada hambaNya. Sedangkan
ada sebagian manusia yang beribadah
kepadaNya bukan untuk mencari keredhaanNya, tetapi untuk mendapatkan tujuan dan
kesenangan tertentu. “ Dan diantara manusia ada yang menyembah Allah hanya ditepi,
maka jika dia memperoleh kebajikan, dia puas dan tenang, tetapi jika dia ditimpa kesusahan, maka dia
balik ke belakang. Dia mendapatkan kerugian dunia dan akhirat. Itulah kerugian
yang nyata “ ( QS. al Hajj/ 22 : 11 ).
Ibnu Ajibah dalam
menerangkan kalimat alhikam ini menyatakan : “ Pelaksanaan ibadah zahir dan
batin ini merupakan sebesar-besar pemberian dan nikmat sebab jika seseorang itu
dapat melaksanakan perintahNya dan meningalkan larannganNya, dengan
penghambaan, keridhaan, penyerahan diri, dan keikhlasan hati dalam menjalankan
kehidupan sesua dengan petunjukNya berarti orang tersebut telah makrifat (
mengenal ) Allah dengan sebenar-benar makrifat, sebab melaksanakan perintahNya
dan meninggalkan laranganNya itu menunjukkan pada kesempurnaan dalam
menjalankan syariat, dan penyerahan diri kepadaNya di dalam batin itu merupakan
kesempurnaan tharikat ( jalan menuju kepadaNya ), dan menyatukan keduanya dalam
kehidupan itu merupakan hakikat kehidupan, dan itulah puncak kesempurnaan. Oleh
sebab itu jika Allah telah menghiasi
zahir dengan ketaatan atas perintahNya, dan menghiasi batin engkau
dengan mengenal ( makrifat ) segala ketentuanNya yang dinampakkan dengan penyerahan diri kepada segala ketentuan dan
takdirNya, dan keridhaan dalam menjalankan perintahNya dengan penuh keikhlasan,
itu merupakan nikmat terbesar dalam kehidupan yang harus disyukuri sehingga
keadaan tersebut dapat membuat dirimu melihat kebesaran Tuhan dengan penuh
kecintaan dan kerinduan.
Sebesar-besar
nikmat karunia Tuhan kepada hambanya ialah jika Allah memberikan taufik dan
hidayah kepada hambaNya untuk melakukan segala perintah kemudian ditambah
dengan kekuatan menyerahkan diri, tawakal kepadaNya di dalam batinnya. Dengan
kedua nikmat zahir dan batin tersebut maka seseorang itu telah mencapai keperluan
hidup di dunia dan di akhirat, sebab manusia itu hanya diperintahkan supaya
beribadah dengan tulus ikhlas menuju kepada Allah, sedangkan segala keperluan
hidupnya yang lain akan dicukupkan oleh Allah, sebagaimana dinyatakan Wahab bin
Munabbih : “ Aku telah membaca dalam sebagian kitab-kitab suci terdahulu dimana
Allah berfirman : “ Hai hambaKu, patuhlah kepadaKu pada apa yang Aku
perintahkan kepadamu, dan jangan engkau mengajar Aku dengan segala keperluanmu.
Aku memuliakan siapa yang memuliakanKu, dan Aku menghinakan siapa yang
merendahkan perintahKu kepadanya, dan Aku tidak melihat kepada hak seorang
hamba sehinga hamba itu melihat kepada hakKu. “.
Wallahu A'lam bissawab.
No comments:
Post a Comment