“Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat yang diperintahkan Tuhanku
( Surah Al Ankabut : 26 )
Secara bahasa, hijrah berasal dari kata-kata “ ha-ja-ra ” yang berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik. Dalam kajian sejarah hijrah bagi ummat Islam adalah peristiwa yang sangat mulia dimana nabi Muhammad saw berpindah dari kota kelahirannya Makkah al Mukarramah ke Madinah. Hijrah merupakan sunatullah bagi mereka yang menginginkan hidup lebih baik. Jika kita menelusuri sejarah perjalanan ummat manusia maka kita akan dapat melihat bahwa hijrah tersebut merupakan untaian sejarah yang diperlukan bagi perkembangan hidup manusia. Nabi Adam berhijrah dari Surga ke atas permukaan bumi untuk mengemban amanat khalifah. Nabi Nuh berhijrah dengan kapal yang menyelamatkan beliau dan pengikutnya dari bencana banjir. Nabi Ibrahim berhijrah dari negeri Babilonia ke negeri Mesir dan negeri Palestina. Nabi Ismail hijrah dari negeri Palestina ke kota Makkah. Nabi Musa hijrah dari Mesir ke negeri Palestina. Nabi Yusuf hijrah dari Palestina ke negeri Mesir.
Dalam Kitab suci al Quran kita dapati sekian banyak ayat yang mengandung kata-kata hijrah. Diantaranya : “ Bangunlah orang yang berselimut, lalu berilah peringatan dan agungkanlah Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkan segala perbuatan dosa “ ( Surah Al Muddasir : 1-5). Dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwa hijrah juga dapat berarti meninggalkan perbuatan dosa. Di ayat yang lain dinyatakan “ Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ( orang kafir ) ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik “ ( Surah Al Muzammil: 10 ) . Dari ayat ini hijrah berarti kita harus dapat menjauhi kawan dan lingkungan yang tidak baik dan mencari lingkungan yang lebih baik dengan cara yang baik dan bijaksana.
Dalam surat AlAnkabut, Nabi Ibrahim berkata : “Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat yang diperintahkan Tuhanku “( Surah Al Ankabut : 26 ). Dari ayat ini jelas bahwa hijrah adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan. Dalam ayat yang lain disebutkan : “ Mereka (orang kafir ) ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, dan kamu akan sama dengan mereka. Maka janganlah kamu menjadikan mereka sebagai penolongmu hingga mereka berhijrah pada jalan Allah “ ( Surah Annisa : 89 ). Dari ayat ini jelas disebutkan orang kafir akan selalu berusaha menjadikan ummat Islam agar mempunyai sikap hidup, tradisi, budaya, cara berpikir, cara bekerja, cara berdagang, cara berpakaian, cara hidup yang sama dengan cara dan pola mereka.
Jika kita melihat dan memperhatikan kondisi pada saat sekarang ini, bagaimana hebatnya pengaruh barat dalam kehidupan muslim sehinga cara berpikir, gaya hidup dan budaya ummat Islam sama dengan cara berpikir mereka, gaya hidup dan budaya bukan islam. Kita disibukkan oleh hidup keduniaan dengan memakai gaya hidup materialis ( hanya mementingkan materi ) , atau gaya hidup hedonis ( berbuat sesuai dengan hawa nafsu ) dan tidak pernah memikirkan bahwa di akhirat nanti masih ada kehidupan yang lebih abadi. Kegiatan sehari-hari telah terpisah dari nilai - nilai agama ( hidup sekular ) dan sehingga agama hanyalah urusan individu belaka. Kita berekonomi dengan gaya kapitalis yang penuh dengan unsur riba, dan tanpa memperdulikan nilai-nilai agama dan moral. Mereka yang kaya terus bertambah kaya dan yang miskin tetap dibiarkan miskin; tidak ada perhatian si kaya kepada si miskin. Harta adalah milik mutlak pribadi dan tidak lagi mempunyai unsur sosial apalagi unsur ibadah. Nilai-nilai akhlak dan moral tidak lagi menjadi dasar dalam bertindak, tetapi yang menjadi dasar adalah nilai keuntungan dan manfaat.
Dalam bekerja yang menjadi tujuan utama adalah uang, karier, popularitas. Mencari ilmu juga dengan tujuan sekular, agar nanti dapat kerja, kedudukan, titel dan lain sebagainya. Hubungan keluarga, antara anak dan bapak hanya sekedar hubungan darah, sehinga rumah hanya tempat tinggal, bukan tempat mendapatkan ketenangan hidup. Hubungan kekeluargaan tidak lagi mempunyai nilai spiritual , sehingga boleh jadi seorang anak tidak akan peduli dengan kematian orangtuanya, dan seorang bapak tidak lagi peduli dengan kemaksiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Dalam berpakaian mereka tidak lagi memperdulikan masalah aurat, atau perasaan malu.. Busana hanyalah hiasan dan fashion belaka bukan sebagai penutup aurat. Dalam makanan mereka memakan apa saja yang penting enak dan bermanfaat tanpa memikirkan halal atau haram. Dalam bermasyarakat mereka menjadi insan individualis, sehingga boleh jadi seorang kaya tidak lagi mengenal siapakah nama dan bagaimanakah keadaan tetangga yang berada disamping rumahnya. Dia hanya mengenal kenal teman dan kolega bisnis atau orang-orang tertentu yang dapat menunjang karier dan bisnisnya. Tetangga sebelah rumahnyapun tidak dapat datang lagi bersilaturrahmi ke rumahnya karena di pintu rumahnya ada anjing galak atau petugas keamanan dengan penampilan yang tidak ramah. Ini adalah beberapa bentuk sikap hidup yang tanpa sadar telah banyak mempengaruhi sikap hidup ummat Islam.
Inilah sebabnya setiap pergantian tahun kita namakan dengan tahun hijrah, sehingga dapat melihat batas-batas keimanan dan kekafiran dalam hidup setahun yang lalu sehingga dapat merubah cara hidup itu kepada yang lebih islami. Inilah makna hijrah . Hijrah dari kondisi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, kepada cara dan pola hidup yang lurus dengan niat hanya mencari keridhaan Ilahi. Hijrah berarti juga usaha untuk mengembangkan potensi diri agar diri lebih baik sehingga dapat mengemban amanat khalifah di muka bumi. Hijrah dalam karier berarti berusaha untuk meningkatkan karier . Hijrah dalam ilmu juga berarti berusaha untuk mencari ilmu yang lebih banyak. Hijrah dalam harta berarti berusaha mencari kekayaan yang lebih banyak. Perubahan sikap itu harus dilakukan dengan niat yang benar, karena Allah. Itulah sebabnya hadis hijrah diletakkan dalam hadis niat sebagaimana sabda Rasul: “ Sesungguhnya setiap pekerjaan itu akan dinilai sesuai dengan niat dan motivasi dalam melakukannya. Oleh karena itu setiap orang akan mendapat balasan ataupun hasil sesuai dengan niat dan motivasinya tersebut. Maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang melakukan hijrah karena mencari dunia atau mencari wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya akan sesuai dengan apa yang diniatkann“.
Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa niat dan motivasi berbuat adalah ukuran dari segalanya. Niat dan motivasi tersebut biasanya berdasarkan pada tiga hal. Pertama, hidup dan berbuat sesuatu dengan niat dan tujuan mencari kepuasaan keduniaan seperti mencari populeritas, mencari kedudukan, mencari kekayaan, dan lain sebagainya. Inilah sikap seorang materialis. Kedua, ada lagi manusia berbuat bukan mencari populeritas, kedudukan atau pangkat tetapi mencari kepuasan hawa nafsu, seperti untuk bersenang-senang , berfoya-foya, dan lain sebagainya. Inilah yang dinamakan hidup hedonis, yaitu hidup hanya untuk mencari kesenangan dan kepuasan belaka. Yang ketiga adalah hidup dan bekerja dengan niat mencari keridhaan Allah dengan cara menjalani petunjuk-Nya dan mengikuti cara hidup yang telah dicontohkan oleh rasul-Nya Muhammad saw. Inilah cara hidup seorang muslim.
Dari keterangan di atas, mari kita teliti cara hidup kita selama ini. Sudahkah kita hidup, bekerja, berkeluarga, mendidik anak, memberi makan anak, berdagang, berkarya, berkarier, belajar, mencari ilmu, menjadi guru, mengajarkan ilmu, menjadi ustadz, menjadi direktur, menjadi ayah, menjadi ibu, menjadi isteri, menjadi pemimpin, menjadi pengurus, menjalankan ibadah shalat, menunaikan zakat, menunaikan rukun haji, mendatangi majlis pengajian, menjadi dosen, menikah, berpakaian, berpenampilan, benar-benar dengan niat mencari keridhaan Allah, dengan niat menjalankan sunnah Rasulullah, atau karena mencari kepuasan materi dan hawa nafsu..? Sudah selayaknya setiap kita memasuki bulan Muharram di awal tahun hijriyah kita mengadakan hijrah dalam niat dan motivasi dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, sebagaimaan dikatakan oleh Umar bin Khatab : Hijrah adalah sesuatu yang memisahkan antara kebenaran dan kebatilan “. Selamat Tahun Baru Hijrah.
No comments:
Post a Comment