Pages

Tuesday, May 30, 2017

PERAN KHALIFAH DAN PERADABAN MADINAH

PERAN KHALIFAH, DAN PERADABAN MADINAH

Manusia diciptakan Allah adalah untuk menjadi Khalifah sebagaimana tersirt dalam dialog antara Allah dan malaikat :  “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi “. Mereka berkata : “ Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa betrasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau”. Tuhan menjawab dengan berfirman : “ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui “( QS. al Baqarah : 30 ). Menurut sejarawan Thabari, dengan berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas, malaikat bertanya demikian sebab merujuk kepada pengrusakan dan pembunuhan yang pernah dilakukan oleh makhluk jin, sebab makhluk jin pada waktu itu   merupakan penghuni dan penduduk bumi sebelum penciptaan manusia.[1]

Peran Khalifah

Dalam dialog Tuhan dengan malaikat tersebut dapat dilihat bahwa Allah berfirman : “ Aku hendak menjadkan Khalifah “, dan tidak mengatakan “ Aku hendak menjadikan Manusia “. Kalimat khalifah bermakna “ pengganti dan wakil dari sesuatu “[2], sehingga maksud khalifah di muka bumi adalah menjadi wakil Tuhan yang bertugas  untuk mengatur kehidupan  di muka bumi. Khalifah disebutkan sebagai peran, dan kedudukan manusia di muka bumi. Berdasarkan dialog tersebut diatas, terlihat bahwa sebenarnya Allah hendak menjadikan seorang makhluk yang dapat berperan sebagai khalifah di atas kehidupan dunia ini. Untuk melaksanakan peran khalifah tersebut, Allah akan menciptakan makhluk yang memiliki potensi khalifah yang diperlukan dalam memimpin kehidupan. Makhluk yang memiliki potensi khalifah itulah yang disebut manusia yang diawali dengan penciptaan Adam alaihissalam, bukan seperti makhluk jin yang selama ini melakukan kerusakan dan pembunuhan diatas permukaan bumi.  “ Aku ( Allah ) lebih mengetahui daripada apa yang kamu ( malaikat) tidak ketahui “.

Peran Khalifah hanya dapat dilakukan dengan landasan iman dan ilmu. Setelah Adam alaihissalam dijadikan sebagai khalifah, maka Nabi Adam alaihissalam dibekali dengan ilmu pengetahuan “ wa allamal Adama al asmaa kullaha “ ( QS. Al Baqarah : 31 ) dimana sebelumnya, Nabi Adam alaihissalam telah berjanji untuk mengakui keesaan Tuhan sebagai perjanjian azali ( QS. Al A’raf : 172 ) yang merupakan perjanjian iman dan tauhid manusia kepada Tuhan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan peran khalifah,  nabi Adam itu dibekali dengan ilmu, baik ilmu tauhid, sebagai ilmu fardhu ain, maupun ilmu fardhu kifayah. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa sebaik nabi Adam alaihissalam turun ke muka bumi, maka malaikat Jibril alaihissalam mengajarkan nabi Adam alaihisalam cara menanam pohon gandum, kemudian membuat tepung gandung dan membuat roti dari tepung gandum tersebut.[3] Malaikat jibril juga mengajarkan nabi Adam alaihissalam cara membuat pakaian dari kulit hewan. Dengan modal iman dan ilmu nabi Adam alaihissalam menjalankan peran sebagai khalifah membangun peradaban dunia.

Menurut Imaduddin Khalil,[4] peran khalifah itu dapat dilaksanakan dengan tiga tahapan, yaitu tahapan istikhlaf ( penguasaan ilmu dan sain baik ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah ) taskhir ( pengolahan alam yang menghasilkan teknologi ), dan isti’mar ( pengelolaan kehidupan dan pemakaian teknologi dengan akhak dan abad ). Peran khalifah inilah yang merupakan modal untuk dapat melaksanakan amal shaleh untuk membangun sebuah peradaban di muka bumi,“ Sesungguhnya bumi ini Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang shaleh “. (QS. Al Anbiya : 105 ). 

Dalam kisah para nabi yang beredar di masyarakat, kita jarang menemukan tekanan kisah peranan para nabi sebgai khalifah yang memiliki skill dan ketrampilan tertentu,pribadi yang memiliki landasan keimanan dan memiliki ketrampilan dengn sikap istikhlaf, taskhir dan isti’mar diatas. Dalam kitab “ Al Iktisab fi Rizqil Mustatab “,[5] Muhammad bin Hasan al Syaibani menyebutkan bahwa bekerja itu adalah jalan hidup para rasul “ al Kasbu thariqul Mursalin “. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa nabi Adam alaihissalam adalah orang yang pertama bekerja berdasarkan dalil ayat : “ Maka janganlah sekali-kali dia (syetan) mengeluarkan kamu dari syurga yang akan membuat kamu celaka “ ( QS. Thaha : 117 ). Kalimat “tasyqa” menurut tafsir yang beredar di masyarakat bermakna “celaka “[6], padahal menurut Ibnu Abbas, arti “tasyqa” adalah kesusahan bekerja dalam mencari rezeki, malahan Mujahid menyatakan makna ayat adalah “ engkau tidak dapat memakan roti dengan minyak sebelum engkau bekerja dengan penuh kesungguhan “.[7] Ibnu Katsir dalam menjelaskan makna ayat 117 dari surah Taha tersebut menyatakan : “ Hati-hatilah engkau (wahai Adam ) terhadap syetan yang akan berusaha mengeluarkan engkau dari syurga sebab nanti engkau akan penat dalam mencari rezeki, sedang disini ( di dalam syurga ) engkau hidup dengan penuh kenikmatan tanpa ada sedikitpun merasakan penat dan susah  “. [8]

Selanjutnya Syarbaini menyatakan bahwa “ nabi Nuh bekerja sebagai tukang kayu, dan hidup dari pekerjaannya tersebut, nabi Idris bekerja sebagai tukang jahit pakaian, nabi Ibrahim bekerja sebagai pedagang pakaian, nabi Daud bekerja sebagai tukang pembuat baju besi, nabi Zakariya sebagai tukang kayu, dan nabi Isa bekerja dengan menjual kain yang ditenun dan dipintal ibunya “.[9]
Sudah seharusnya dalam membangun peradaban di masa mendatang, kisah-kisah rasul yang disampaikan kepada anak-anak di rumah sebelum tidur, atau murid-murid di ruang kelas, dan masyarakat luas, tidak hanya  berkisar pada  perjuangan dakwah mereka semata-mata, tetapi juga menceritakan peranan khalifah yang mereka lakukan di tengah masyarakat, seperti menceritakan nabi Adam berperan sebagai petani produktif dalam agro bisnis,  nabi Nuh sebagai tukang kayu sehingga dapat membuat kapal yang besar, nabi Daud berperan dalam industri dengan memproduksi baju besi, nabi yusuf sebagai menteri keuangan, dan lain sebagainya, sehingga  kisah peran khalifah para nabi dan rasul tersebut akan memberi motivasi kepada masyarakat muslim dalam membangun peradaban dunia.

Peradaban Madinah

Islam diturunkan sebagai dien, yang memiliki konsep ‘paradaban”, sebab dalam istilah “dien’ itu tersembunyi unsur-unsur peradaban. Oleh sebab itu, pada waktu Dien dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat  itu bernama “madinah”[10]. Dari akar kata din dan madinah dibentuk kata akar baru “madana”, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan, dan memartabatkan . [11] Dari akar kata “madana”, tersebut lahir kata “tamaddun”, yang secara literal bermakna peradaban ( civilization ).

Peradabaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada ilmu. [12] Menurut Imam Ghazali[13], ilmu terdiri dari ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Ilmu fardhu ain adalah lmu yang wajib dituntut oleh setiap individu muslim, seperti ilmu tauhid, ilmu fikih, ilmu akhlak, dan lain sebagainya, sedangkan ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang tidak perlu dituntut oleh setiap individu, tetapi dituntut oleh sebagian dari masyarakat.  Dengan mempelajari ilmu secara lengkap baik ilmu fardhu ain bagi setiap individu, dan ilmu kifayah, maka akan tercipta amal shaleh yang dilakukan oleh masyarakat sehingga tercipta peradaban yang berdasarkan iman dan ilmu.

Sejarah membuktikan bahwa masyarakat yang dibina Rasulullah dengan landasan iman dan ilmu merupakan masyarakat terbaik, sesuai dengan hadis Rasul : “ Sebaik-baik manusia adalah manusia pada masaku (masa nabi dan sahabat ), kemudian masyarakat pada masa setelahku (sahabat dan tabiin ), dan kemudian masyarakat setelah itu (masyarakat tabiin-tabiut tabiin ). [14] Sejarah juga telah mencatat bahwa sistem ekonomi, politik, budaya, ekonomi dan pertahanan dalam masa Rasulullah telah menjadi contoh bagi peradaban dunia selanjutnya. [15]

Sangat disayangkan dalam kitab-kitab sirah kontemporer[16], kita tidak dapat melihat sisi peradaban Madinah dalam semua budang kehidupan. Sebagai contoh, dalam kisah hijrah nabi ke madinah, kitab sirah hanya bercerita sekitar pembangunan masjid madinah, persaudaraan antara muhajirin dan anshar, dan pembentukan piagam madinah, padahal pada tahun pertama hijrah tersebut, Nabi Muhammad membangun sistem ekonomi madinah dengan perniagaan dan industri sehingga penguasaan pasar madinah dengan mendirikan pasar wakaf yang dapat menghancukan beberapa pasar yahudi yang selama ini ada di madinah.[17] Padahal menurut Zainal Arifin Abbas, bahwa pada tahun pertama Hijrah, setelah membangun masjid, nabi membangun sistem ekonomi Madinah dengan menggalakkan umat Islam Madinah khususnya muhajirin untuk berniaga dan berkebun kurma, memproduksi panah, pedang, dan senjata perang sampai membuat pasar wakaf sebagai pusat perniagaan, yang dapat menghancurkan pasar yahudi yang telah beroperasi selama dua ratus tahun. [18] Pada tahun pertama Hijrah tersebut, nabi juga mengatur komplek perumahan bagi kabilah-kabilah Arab, sebagai contoh kabilah Bani Ghifari diberi tempat antara rumah Katsir bin Abu Salt sampai ke rumah Abu Sabrah. dan demikian seterusnya, sehingga kota Madinah pada zaman nabi merupakan kota yang penuh dengan pemukiman penduduk.[19] Nabi juga membagi-bagikan tanah dan mengatur pembangunan rumah-rumah di Madinah bagi sahabat yang memerlukan. Misalnya kepada Bani Zuhrah, nabi memberikan tanah di ujung masjid beliau. Abubakar mendapat sebidang tanah yang dekat dengan masjid, sehingga pintu rumah Abubakar bertemu dengan pintu masjid nabi. Tanah-tanah tersebut pada mulanya adalah milik kaum Anshar yang diberikan kepada nabi untuk dibagi-bagikan kepada sahabat yang memerlukan.[20]

Dalam kepemimpinan  peradaban Madinah, nabi menjalankan roda kepemimpinan yang sempuna dengan megatur sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pengaturan agama, dan sistem pertahanan militer dengan baik. Dalam pemerintahan, nabi membagi pemerintahan menjad pemerintahan pusat di Madinah, dan pemerintahan daerah dan provinsi yang dipimpin oleh seorang ‘wali”, seperti di kota administratif Makkah dipimpin oleh  Atab bin Asid, provinsi Yaman dibawah Bazan, kemudian Sahr bin Bazan, selanjutnya dipimpin oleh Muadz bin Jabal, yang bertugas juga sebagai koordinator bagian selatan arab yang meliputi beberapa kawasan yang dipimpin oleh gubernur. Nabi juga melantik bebererapa gubernur kawasn lain seperti kawasan Thaif, Bahrain, Hamadan, dan lain sebagainya.[21]

Nabi Muhammad sallahu alaihi wa sallam dalam memimpin pemerintahan pusat dibantu wakil-wakil yang bertugas memimpin pemerintahan dikala nabi sedang keluar kota seperti melakukan peperangan dan lain sebagainya (Naib).  Naib menjalankan tugas-tugas nabi dalam pemerintahan selama nabi tidak berada di ibukota Madinah. Pelantikan Naib tidak bersifat tetap, tetapi berganti, sebab Nabi dilantik ketika nabi keluar Madinah, seperti memimpin parang, dan lain sebgainya. Diantara sahabat yang pernah dilantik menjadi naib adalah Sa’ad bin Ubadah, Zaid bin Haritsah, Amr bin Ummu Maktum, dan lain sebagainya.  Nabi juga dibantu oleh para penasehat ( musyir ) yang memberikan masukan kepada nabi dalam sesuatu keadaan. Diantara sahabat yang pernah dilantik menjadi penasehat adalah Abubakar , Umar bin Khatab, Miqdad bin Amr al Khuzai, dan lain sebagainya. Nabi juga dibantu oleh para sekretaris ( katib) seperti Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Zubair bin Awwam, dan lain sebagainya. Nabi juga melantik  utusan khusus ( rusul ), sebagai wakil nabi ke kabilah-kabilah seperti Dihyah al kalbi yang menjadi utusan ke Kaisar Romawi, Abdullah bin Huzafa kepada Kaisar Parsi, dan lain sebagainya.

 Di bawah kekuasaan gubernur terdapat pemerintahan kawasan yang dipimpin oleh seorang  “Amir”. Dibawah kepemimpinan kawasan, terdapat kabilah/suku  yang dipimpin oleh seorang ketua kabilah/suku yang disebut  “Naqib”.  Disamping melantik wali, amir, dan naqib; nabi juga melantik hakim bagi setiap negeri, dan juga melantik pengawas pasar yang disebut dengan petugas hisbah.[22] Dari kajian diatas, dapat dilihat bahwa sistem pemerintahan yang telah dilakukan nabi dengan pembagian pemerintahan pusat, daerah dan kampung, dengan melantik pemimpin di tiap kawasan merupakan sistem pemerintahan pada saat ini.

Rasulullah saw dalam bidang ekonomi telah menetapkan sumber-sumber pendapatan negara yang terdiri daripada : derma (sedekah ), harta rampasan perang ( ghanimah ) baik itu berupa uang tunai dan alat dan perkakas, harta rampasan tanah, jizyah ( pajak tanah yang dipungut daripada orang kafir yang berada di kawasan islam ); dan zakat harta. Untuk melaksanakan sistem ekonomi dan kewangan tersebut, Rasululah melantik petugas yang disebut dengan Ummal Sadaqat ( pemungut zakat ), Katib sadaqat ( pencatat  ), Kharas ( pentaksir ), pengawas kawasan padang rumput untuk hewan milik negara( sahibul hima ), atau petugas yang menjaga badan usaha milik negara.[23]

Kerajaan islam yang dibentuk Rasulullah selepas hijrah ke Madinah memerlukan organisasi ketenteraan yang kuat, disebabkan ancaman yang nyata daripada orang-kafiir musyrik Makkah, disamping kelompok masyarakat yahudi yang ada di kota Madinah. Organisasi ketenteraan dibentuk rasulullah seperti : panglima perang ( amir saraya ), pemimpin pasukan( amir maimanah ), pembawa bendera ( sahibul liwa ), peninjau ( tali'ah ), pengintip ( uyun ), penunjuk arah ( dalil ), pegawai harta rampasan perang dan tawanan ( sahib ghanimah wa asara ), pegawai penguasa senjata dan kuda perang (sahibul silah wal faras ), dan pengawal pribadi ( sahibul haras ).[24]

Tugas Rasulullah yang utama adalah menyampaikan wahyu ilahi kepada umat manusia, dan memberikan contoh teladan kepada umatnya. Walaupun demikian, Rasulullah melantik sahabat-sahabat beliau yang bertindak sebagai petugas-petugas khusus dalam bidang agama, seyang terdiri dari pendakwah agama,[25] guru al Quran ( muqri/mu’allim ), Imam Masjid [26], Mu’azzin[27], Mufti ( petugas pemberi fatwa )[28] , dan pegawai yang mengurus urusan  haji[29].

Dari paparan sistem pemerintahan nabi di Madinah diatas dapat terbaca bagaimana masyarakat madinah menjadi pusat peradaban dunia yang dilakukan dengan nila-nilai tauhid, yang diaplikasikan dalam hukum-hukum syariah, yang dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat yang memiliki nila-nilai akhlak dan adab mulia, yang diselenggarakan dengan sistem pemerintahan yang teratur dan rapi, sehingga menjadi unsur-unsur utama dalam membangun peradaban Madinah yang dapat menjadi contoh dan rujukan bagi peradaban dunia di masa mendatang. Sepatutnya kajian sirah nabi dimasa akan datang tidak terbatas kepada sejarah kehidupan pribadi dan peperangan, tetapi juga menceritakan sistem pemerintahan, sehingga dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi umat dalam membangun peradaban islam di masa mendatang. Wallahu A’lam. ( Kuala Lumpur, 17 Maret 2017/ Muhammad Arifin Ismail).











[1] Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tarikhul Umam wal Muluk, Bait Afkar dauliyah, Yordan, 2003Jilid 1, hal.37
[2] Raghib Isfahani, al Mufradat fi gharibil Quran, Darul makrifah, Beirut, 2010,hal. 162.
[3] Abul Fida’ Ibnu Katsir, al Bidayah wan Nihayah, Dar alamul Kitab, 2003, jilid 1, hal.205.
[4] Imadudin  Khalil, Madkhal ila Islaiyatil ma’rifah, Dar Ibni Katsir 2006; al Aql al Muslim wa Ru’yah Hadhariyah,Darul haramain, ; al Madkhal ila Hadharah al Ilamiyah, Markaz Tsaqafah al arabiyah, 2005.
[5] Muhammad bin al Hasan al Syaibani, al Iktisab fir rizqil mustathab, Majalah al Azhar, 1995.
[6] Al Quran dan Terjemahanya, Departemen Agama Republik Indonesia, 1989, hal.490.
[7] Al Syabani, al Iktisab fi rizqil mustathab, hal. 27.
[8] Ibnu Ktsir, Tafsir al Quran al karim, Darul Fikr, Beirut, 1998, jilid 3, hal.186
[9] Al Syaibani, al Iktisab fi amril Mustathab, hal.26-29.
[10] Sayyid Naquib Al Attas, Islam, Religion and Morality, dalam Prolegomena to the Methaphysict of Islam, ISTAC, 1995, hal. 43-44.
[11] Ibnu Manzur, Lisan al Arab, Beirut, 1988, jilid 13, hal.402.
[12] Hamid Fahmi, On Islamic Civilization, Unisulla Press, Semarang, 2010, hal.45.
[13] Pembahasan pembagian ilmu terdiri dari fardhu ain dan fardhu kifayah, terdapat dalam Imam Ghazali,Kitab Ihya Ulumudin, jilid 1, hal.
[14] Hadis : “ Khairunnasi qarni, tsumma ladzina yalununahu, tsummal ladina yalununahu “, merupakan hadis sahih riwarat Bukhari ( 2509) dan Muslim (6635)
[15] Muhammad Yasin Mazhar Siddiqi, Organization of Government under the Holy Prophet, Islamic Publication, Lahore, 1986; Muhammad abdul Hayy al Kattani, Nidamul Hukumah an Nabawiyah al musamma al tartib al Idariyah, Darusslam, al Kaherah, 2012.
[16] Sejak dari kitab sirah Husein Haikal, Hayatu Muhammad; Khudari beik, Nurul Yaqin fi siratis sayyidil mursalin, sampai kepada kitab sirah terakhir al Mubarakpuri, al Rahiq al Makhtum”, penulisan sirah nabi hanya berkisar pada perjalanan dakwah, hijrah, dan peperangan, tanpa menceritakan suasana ekonomi, dan sistem peradaban madinah.
[17] Sebelumnya di Madinah terdapat empat pasar, yaitu pasar Zabalah, pasar al Yasar yang dimiliki oleh kaum yahudi Bani Qainuqa, pasar Safasir, dan pasar Zaqaq.
[18] Zainal Arifin Abbas, Sejarah dan Perjuangan Nabi Muhammad, Pustaka Antara, Kuala Lumpur, jilid 3, hal. 425. Lebih lanjut lihat Nuruddin Ali bin Ahmad as Samhudi (w.911 Hijrah ), Wafaul Wafa bi ikhbari daaril Mustafa, darul kutub ilmiyah, Beirut.
[19] Zainal Arifin Abbas, Sejarah Perjuangan Nabi Muhammad, hal.427.
[20] Zainal Arifin Abbas, hal. 424.
[21] Mazhar Siddiqi, Organization of Government under the holy Prophet, hal. 252-255.
[22] Mazhar Siddiqi, Organization of Government under the Holy Prophet, hal. 210-275.
[23] Mazhar Siddiqi, Organization of Government under the Holy Prophet, hal. 277-355.
[24] Mazhar Siddiqi, Organization of Government under the Holy Prophet, hal. 137-207.
[25] Diantra pendakwah adalah Ala bin Hadrami dikirim ke Bahrain.
[26] Seperti Hanzalah bin Abi hanzalah al Anshari sebagai imam masjid Quba, dan lan sebagainya.
[27] Seperti Bilal bin Rabah di masjid nabi, Sa’ad al Qarraz muezzin di masjid Quba, dan lain sebagainya.
[28] Diantara saabat yangpernah dilantik sebagai mufti yang bertugas menyelesaikan suatu perkara di kabiah seperti Abubakar, Umar, Usman, Ali, Abdurrahman bin Auf,dan lain sebagainya
[29] Rasulullah melantik Abubakar sebagai pemimpin haji pada tahun ke 9 Hijrah ( lihat Mazhar Siddiqi, Organization of Government under the Holy Prophet, hal. 345-367).

No comments:

Post a Comment