MAKNA RAMADHAN
Ramadhan dalam bahasa arab
berasal dari kata-kata “ ra-ma-dha” yang bermakna keadaan cuaca panas yang dapat
membakar sesuatu. Hal ini terbukti dengan pertanyaan istri Rasulullah, Aisyah kepada rasulullah : Ya Rasulullah, mengapa bulan
diwajibkan berpuasa itu dinamakan dengan nama ramadhan ? Rasulullah sallahu
alaihi wasallam menjawab : Dinamakan
bulan puasa itu dengan nama bulan Ramadhan sebab pada dengan puasa pada bulan
Ramadhan itu, Allah Taala akan membakar dosa-dosa yang dilakukan oleh orang yang
beriman, dan Allah pada bulan tersebut akan memberikan ampunan kepada mereka (
Isfahani/Tafsir Durarur Mansur, jilid 1, hal.335 ). Oleh sebab itu bulan
ramadhan adalah bulan pembakaran atas segala sesuatu yang tidak baik, seperti
pembakaran dosa, toksid badan dan lain sebagainya. Sahabat Nabi bernama Ibnu
Umar juga menyatakan : Dinamakan ramadhan sebab dosa-dosa akan terbakar dalam
bulan tersebut “.
Pembakaran juga dapat berarti
proses pembersihan, sebagaimana besi dibakar untuk dibersihkan daripada karat dan
lain sebagainya. Hal ini dikuatkan
dengan hadis Rasululah menyatakan bahwa
: “ Bagi setiap sesuatu itu ada zakatnya (zakat dalam maksud pembersihan ), dan
zakatnya badan itu adalah puasa “ ( hadis riwayat Ibnu Majah ). Dalam hadis
yang lain juga disebutkan : “ Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat “ ( hadis
riwayat Ahmad ). Dalam hadis berikutnya juga disebutkan bahwa “ Puasa itu
adalah benteng “ ( hadis riwayat Baihaqi ) Benteng dapat berarti proteksi dan
pertahanan. Dari ketiga hadis diatas, penulis melihat inilah konsep puasa bagi
kehidupan, yaitu suatu sistem yang dapat membersihkan , memproteksi, dan menyehatkan
kehidupan manusia . Itulah sebabnya penulis menyatakan ramadhan adalah bengkel
kehidupan, untuk membersihkan kekotoran ang terdapat dalam diri manusia,
sekaligus sebuah proses untuk
memperbaiki dan menyehatkan manusia, serta proses untuk memberikan ketahanan (proteksi ) diri manusia
dalam menjalani dan menghadapi kehidupan.
Sistem Perawatan,
pembersihan diri, proteksi dalam segala sesuatu yang dipakai, itu merupakan suatu
kelaziman (sunatullah ). Sebagai contoh,
kalau kita membeli sebuah kenderaan, maka dalam buku panduan kenderaan
pasti tertulis bahwa kenderaan tersebut dalam masa tertentu harus masuk bengkel
untuk dilihat segala sesuatu yang berkaitan dengan kenderaan tersebut, apakah
air baterenya perlu diisi lagi, olinya diganti, mesinnya di tune-up, bannya
apakah perlu diganti, remnya , dan lain sebagainya, dan itu semua adalah bagian
dari system pemeliharaan kenderaan sehingga kenderaan dapat berjalan dengan
baik sepanjang masa. Jika hal itu diperlukan bagi sebuah kenderaan, demikian
juga bagi kehidupan manusia, dan semua makhluk yang hidup. Hidup adalah
bergerak, dan setiap yang bergerak diperlukan suatu system pemeliharaan
sehingga kehidupan akan tetap berjalan dengan baik. Berarti dalam suatu
kehidupan diperlukan sistem perawatan dan pemeliharaan, dan untuk bengkel
kehidupan manusia dalam satu tahun itulah diperlukan bengkel ramadhan, untuk
memperbaiki dan membersihkan dan menyehtkan seluruh jiwa dan badan manusia,yang
terdiri dari roh, akal, hati, nafsu/emosi, dan jasad manusia, sehingga
manusia itu dapat kembali suci dan bersih serta sehat sebagaimana sewaktu
pertama kali lahir kemuka bumi, dalam keadaan fitrah yang suci. Ramadhan adalah
bulan untuk memproses semua unsur yang
ada diri manusia baik roh, akal, hati, jasad dan nafsu, agar semua komponen
diri itu kembali suci, shat dan kuat, Proses itu dapat dilakukan dengan
menghaati dan memahami proses bulan ramadhan yang terdiri dari shalat taraweh,
tadarus al Quran, Sahur di tengah malam, Imsak, menahan diri dari segala yang
membatalkan puasa, dan iftar dengan makanan yang halal, baik, bergizi dan sehat
di saat berbuka puasa.
Penyucian ruh dngan shalat taraweh
Jika kita memasuki bulan
ramadhan, maka yang pertama kita lakukan adalah shalat taraweh. Shalat taraweh
jika kita umpamakan dengan kenderaan adalah untuk mengisi air bateri agar
batere tetap kuat dan dalam kondisi yang baik. Manusia mempunyai jiwa dan ruh.
Jiwa dan ruh manusia adalah bagaikan sebuah batere. Jika batere perlu diisi
ulang, sehingga kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai bahan penggerak,
demikian juga dengan jiwa dan ruh manusia. Pengisian ruh adalah dengan salat,
itulah sebabnya rasulullah jika akan salat berkata kepada Bilal bin rabah, “ Yaa
Bilaal, arihna bissalah…Wahai Bilal tenangkan jiwa kami dengan shalat “. Dalam
hadis yang lain, Rasulullah bersabda : “ Qurrata Aini fissalah..Penejuk hatiku,
adalah dalam shalat “. Shalat adalah sesuatu yang dapat menghibur diri dan
jiwa. Berarti shalat adalah pengisian jiwa dan ruh agar tetap kuat.
Ramadhan bermula dengan
malam hari, dan kegiatan pertama ang dilakukan di malam hari dalam bulan
ramadhan adalah melaksanakan shalat taraweh. Shalat Taraweh secara bahasa
adalah shalat yang dapat memberikan ketenangan dalam hati, sebab Taraweh adalah
jamak dari kata-kata “ tarwih “ yang bermakna sesuatu yang dapat memberikan
ketenangan. Oleh sebab itu maka perbuatan yang diakuakn di awal ramadhan di
malam ramadhan pertama adalah shalat taraweh yang bertujuan untuk meperbaiki, menyucikan
dan menguatkan ruh dan jiwa manusia. Dengan melakukan shalat taraweh baik itu
delapan atau dua puluh rakaat, maka ruh dan jiwa kita akan kuat, sehat dan
suci, dan hal ini dapat terjadi jika kita dapat menikmati shalat dan menjadikan
shalat sebagai penghibur hati dan jiwa..
Kita tidak perlu
bertengkar tentang bilangan rakaat, karena dalam ibadah shalat biasanya ada
bilangan minimal danm maksimal. Jika dalam shalat duha minimal dua rakaat,
maksimal delapan rakaat, dalam shalat witir minimal satu rakaat dan maksimal
sebelas rakaat, tergantung kepada kemampuan dan keinginan kita untuk
melaksanakannya, demikian juga dengan shalat taraweh, minimal delapan rakaat
dan boleh juga duapuluh rakaat. Malahan dalam sejarah Islam tercatat bahwa
masyarakat Madinah pernah melakukan shalat taraweh dengan tiga puluh enam
rakaat, dan umat islam dalam masa kepemimpinan Umar Abdul Aziz melaksanakan
shalat taraweh dengan empat puluh empat rakaat. Mereka melakukan shalat
tersebut dengan penuh kenikmatan, sebab bilangan rakaat itu dapat menambah
kenikmatan mereka dsebab ruh itu akan kuat jika selalu berdialog dan berjumpa
dengan Tuhan, sang pencipta.
Jika kita misalkan shalat
taraweh sebagai penguatan ruh dan jiwa , sama seperti air bateri yang diisi ke
bateri untukmenguatkan bateri itu kemlabli. Jika air bateri ada batas minimal
dan batas maksimal dalam pengisiannya, demikian juga bilangan shalat taraweh
ada batas minimal sehingga dapat dikatakan bahwa bilangan delapan rakaat adalah
batas minimal shalat taraweh untuk dapat menguatakna jiwa dan ruh yang terdapat
dalam diri manusia. Oleh sebab itu yang sepatutnya menjadi perhatian kita
bukanlah bilangan, tetapi kualitas shalat taraweh yang dilakukan, apakah shalat
tersebut sudah dapat menguatkan hubungan ruh dan jiwa kita kepada Allah taala.
Penyucian akal dengan Tadarus
AlQuran
Kegiatan kedua dalam
bulan ramadhan adalah tadarus al Quran, sebab sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad
melakukan tadarus al quran bersama malaikat jibril spade setiap malam sepanjang
bulan ramadhan. Tadarus berasal dari kata-kata bahasa arab “da-ra-sa” ang bermakna mempelajari sesuatu
secara bersama-sama. Tadarus al Quran bermakna suatu kegiatan untuk membca dan
mempelajari al Quran secara bersama-sama. Tadarus al Quran di malam ramadhan
dilakukan sampai khatam sehingga dengan tadarus tersebut timbul kecintaan
kepada membaca dan mempelajari al Quran yang merupakan petunjuk untuk
kebahagiaan hidup. Dengan membaca ayat-ayat al Quran berarti kita sedang
membaca kembali petunjuk Tuhan dalam kehidupan sehingga petunjuk tersebut dapat
kita pahami dengan baik sehingga pikiran ang tidak sesuai dengan petunjuk yang
ada dalam pikiran mansuia dapat terhapus dan digantikan dengan pikiran yang
bersumber dari ayat-ayat al Quran.
Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa kegiatan Tadarus al Quran dimaksudkan untuk memperbaiki pikiran
manusia. Manusia menjalani kegiatan
hidup dengan memakai akal dan pikiran
Kadang dala dengan masuknya informasi media ke dalam pikiran manusia,
sehingga dapat membuat pikiran memutuskan sesuatu perkara yang tidak sesua
dengan pedoman al Quran, Oleh sebabitu diperlukan suatu kegiatan ang dapat
menucikan kembali pikiran yang tidakbaik seperti pikiran yang condong kepada
dunia sehingga melupakan ajaran Tuhan dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadis
rasulullah saw bersabda : " Sesungguhnya hati manusia itu dapat berkarat bagaikan
besi yang berkarat ". Sahabat
bertanya : Ya rasulullah, jika demikian apakah caranya untuk membersihkan karat
hati tersebut ? ". rasulullah saw menjawab : " Karat hati itu hanya
dapat dibersihkan dengan bacaan al Quran dan mengingat kematian ". ( hadis
riwayat baihaqi ).
Sebagaimana dalam shalat
sunat taraweh ada batas minimal, demikian juga dalam membaca Al Quran, maka
untuk membersihkan hati diperlukan bacaan al Quran walaupun dilakukan dengan membaca
tanpa mengetahui makna. Kegiatan membaca ayat al Quran ini disebut dengan
Tilawah. Bacaan Tilawah ditingkatkan kepada membaca dengan mencari makna, yang
disebut dengan Qira’ah. Bacaan qira’ah ditingkatkan lagi menjadi bacaan yang
dapat memahami makna dan menghayati makna sehingga dapat dijalankan dalam
kehiduan sehari-hari. Inilah yang disebut dengan kegatan “ tadabbur “. Tadarus
al Quran adalah membaca, dan mempelajari ayat-ayat yang terkandung dalam al
Quran. Jika dengan membaca saja sudah dapat membersihkan karatnya hati, maka
dengan tadarus atau tadabur al quran kita dapat memasukkan informasi, pesan
dari ayat-ayat al Quran ke dalam otak kanan kita, sebagaimana kita mempelajari
suatu ilmu pengetahuan.. Berari tujuan tadarus al Quran adalah memasukkan kembali
pedoman hidup, informasi al quran ke dalam memori otak kita, sehingga dengan
tadarus berarti membuang informasi yang salah tentang kehidupan seperti cara
berpikir kapitalis, sekular, dan lain sebagainya, menjadi cara berpikir al
quran. Jika dalam berpikir sekular kita melihat bahwa dunia ini adalah
kesenangan, maka berpikir al Quran kita akan melihat bahwa dunia ini adalah
ujian, dan meyakinikehidupan yang utama adalah kehidupan akhirat nanti. Dengan tadarus berarti kita sedang memproses
diri kita memiliki pikiran yang Qurani, berpikir sesuai dengan petunjuk al
Quran.
Penyucian Hati dengan Sahur
Setelah tadarus, maka
kegatan selanjutnya dalam ramadhan
adalah sahur. Sahur
secara bahasa dari kata-kata “ sa-ha-ra” yang bermakna berjaga diwaktu malam. Makan
sahur adalah proses penjagaan diri daripada keadaan lapar pada esok hari.
Manusia berjaga di waktu malam juga diharapkan untuk melakukan shalat tahajud,
bermunajat kepada Allah, dan memohon ampun kepadaNya, sebab dalam sebuah hadis
: " Tuhan akan turun setiap malam ke langit pertama di sepertiga malam
terakhir dan berfirman : Siapa yang berdoa kepadaKu maka Aku akan menjawabnya,
Siapa yang meminta kepadaKu, Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun
kepadaKu, Aku akan memberi ampunan kepadanya " ( riwayat Bukhari ). Dalam
al Quran juga dinyatakan bahwa diantara sifat orang beriman adalah “melakukan
istighfar di waktu sahur “ (QS. Ali Iman : 17 / QS. Ad Dzariyat : 18 ) . Dengan
demikian dapat dikattakan bahwa dalam waktu sahur tersebut seorang muslim dapat
melakukan shalat tahajud, dzikr dan istighfar serta berdoa dan munajat yang
kita panjatkan kepada Allah, seba waktu sahur adalah waktu yang sangat baik
untuk mengingat dan bermunajat kepadaNya. Dzikir. Istighfar dan menujat itu
dapat memberikan ketenangan dan kekuatan hati manusia sebagaimana dalam al
Quran dinyatakan : “ Ketahuilah bahwa zikir keopada Allah itu dapat memberikan
ketenangan kepaa hati” (QS. Ra’ad:28). Di
waktu sahur, dengan tahajud dan munajat,
seakan-akan manusia melaporkan rencana kerjayang akan dilakukan pada esok hari,
maka mansuia perlu meminta persetujuanNya, rahmatNya, pertolongan dan
perlindungan Allah. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan di waktu
sahur sahur adalah suatu kegiatan yang dilakuan untuk menguatkan hati dan
keyakinan kepada Allah, serta proses penjagaan diri dalam menghadapi cabaran
dan tantangan hidup di esok hari, sebagaimana makan sahur merupakan proses
menguatkan jasad untuk menjalankan kewajiban bekerja di esok hari.
Menyucikan nafsu dengan imsak
Setelah sahur , kita akan memasuki proses berpuasa dengan menahan diri
daripada segala yang membatalkan puasa, dan menahan diri daripada keinginan dan
nafsu, sejak terbit ajar di pagi hari sampai terbenam matahari di sebeah barat.
Proes menahan diri dari segala ang membatalkan puasa dan dari segala yang
mebatalkan pahala puasa ini disebut dengan Imsak, sebab imsak berasal dari
kata-kata “ am-sa-ka” yang mernakna memegang dan menahan dari sesuatu. Imsak
berarti proses menahan nafsu dalam melakukan perbuatan ang tidak baik, tetapi
disisi lain dengan imsak berarti kita akan melakukan segala kebaikan dengan
semaksimal mungkin sebab segala kegiatan yang positip yang dilakukan di bulan
ramadhan akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dibandingkan dengan
bulan yang lain.
Ulama membagi puasa kepada tiga kelompok, puasa orang awam, puasa orang
husus dan puasa orang yang lebih khusus, atau dapat dikatakan bahwa imsak
terbagi tiga, imsak kelas ekonomi, imsak kelas eksekutif dan imsak kelas super
eksekutif. Imsak kelas ekonomi, adalah menahan diri daripada makan dan minum
dan yang membatalkan puasa. Imsak kelas eksekutif adalah bukan sahaja menahan
diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan pandangan, penglihatan,
perkatan, tangan dan kaki dari segala tindakan tercela. Imsak kelas super
eksekutif adalah menahan diri dari makan dan minum, dari perbuatan terscela dan
juga menahan fokus perhatian dari segala sesuatu yang dapat melupakan Tuhan,
sehinnga fokus segala perbuatan dan kehidupan adalah zkrullah, ibadah kepada Allah.
Proses imsak dengan menahan diri dari segala keinginan nafsu makan dan
minum, dan nafsu syahwat, disamping juga menahan diri dari segala sifat yang
tidak baik,merupakan benteng kehidupan, sebagaimana dinyatakan dalam hadis
bahwa “ puasa itu adalah benteng “. Manusia imsak adalah manusia yang dapat
menahan dan mengawal serta mengontrol dirinya dari segala nafsu yang negatif
tetapi pada saat yang sama segala nafsu yang baik seperti nafsu bekerja, nafsuu
beribadah, nafsu berjihad akan ditingkatkan selama bulan ramadhan. Sejarah
membuktikan bahwa nabi dan masyarakat terdahulu menjadikan ramadhan adalah
bulan berprestasi. Ini terbukti bahwa segala pekerjaan besar seperti perang
Badar, fathu Makkah, dan lain sebagainya dilakukan dalamb ulan ramadhan. Imsak berati
proses untuk menyucikan nafsu sehingga tidak melakukan perkara yang burk, dan
juga proses menguatkan nafsu positip untuk berbuat baik, sehinga hari-hari
tersebut menjadi hari yang suci dan penuh prestasi. Inilah tujuan imsak di buan
ramadhan, proses penyucian, dan menguatkan nafsu dalam menjalani kehidupan.
Menyucikan dan Menguatkan badan dengan Iftar
Iftar berasal dari kata-kata “ fa-ta-ra”, yang bermakna kembalikepada
fitrah. Iftar juga bermakna makan sesuatu. Oleh sebab itu iftar dalam bulan
puasa dimaksudkan adalah makan sesuatu yang baik waktu setelah terbenam matahari. Dengan iftar
kita memakan sesuatu untuk menyehatkan badan dan jasad. Puasa di siang hari itu
dapat membuang penakit dari dalam badan.Hal ini terbukti dari kajian seorang
pakar kesehatan dari Amerika dalam buku " The Miracle of Fasting " yang
berkata bahwa puasa tiga puluh hari dalam setahun itu dapat menghilangkan
toksid yang terdapat di dalam tubuh manusia. Demikian juga dalam sebuah hadis
disebutkan " , berpuasalah kamu
maka kamu akan sehat " ( Hadis Riwayat Thabrani ) berati dengan puasa kita
sedang memperbaiki kesehatan badan kita sehingga kita dapat berjalan dengan
baik pada kehidupan mendatang. Dengan imsak, puasa di siang hari itu, berarti
manusia sedang membersihkan badannya dari penyakit, dan denan iftar berarti
memasukkan ke dalm badan makananyang bergizi dan sehat. Oleh sebab itu sejarah
mencatat bahwa nabi Muhammad melakukan iftar dengan tiga biji kurma, sehingga
makanan yang masuk dalam badannya yang telah dibersihkan itu merupakan makanan
yang sehat.
Kata-kata “Iftar” juga bermakna proses mengembalikan diri kepada fitrah
yang suci, sehingga jika manusia menjalani proses ramadan dengan tetap menjaga
kualitas taraweh, kualitas tadarus, kualitas sahur dan kualitas imsak, maka dia
telah melakuakn sebuah proses penyucian diri sehari demi sehari sampai satu
bulan. Iftar pada hari pertama ramadhan berarti orang yang berpuasa telah
melakukan proses penyucian dan penguatan ruh, akal,hati, nafsu dan jasad
sepertiga puluh bagian. Jika proses taraweh, tadarus, sahur, imsak, dan iftar
itu dilakukan selama sebulan, berati manusia telah melakukan
proses menyucikan dan menguatkan ruh,pikiran,
hati, emosi, dan badannya secara menyeluruh,
sehingga pada akhir ramadhan kita akan menjadi manusia yang berpuasa tersebut
telah kembali kepada fitrah yang suci baik ruh,pikiran, hati dan emosi. Itulah
sebabnya di akhir ramadhan umat islam akan kembali kepada fitrah semula, dan
proses kembali kepada fitrah semua secara menyeluruh ini disebut dengan Idul
Fitri ( kembali kepada fitrah ), sehingga diharapkan dengan proses tersebut
manusia kembali menjadi lebih suci, kuat dan tangguh dlam menghadapi kehidupan.
Penyucian lingkungan dengan beri’tikaf di akhir Ramadhan.
I’tikaf adalah “ duduk dan berada dimasjid”. I’tikaf ini merupakan salah
satu ibadah dengan cara duduk dan berada di masjid, dengan niat mendekatkan
diri kepada Allah Taala. Pada sepuluh hari di akhir bulan ramadhan, umat Islam
dianjurkan untuk melakukan i’tikaf di masjid, mengikutiperbuatan yang dilakukan
oleh Rasulullah, sebagaimana dinyatakan dalam hadis yang disampaikan oleh
sahabat Ibnu Umar, Anas dan Aisyah menceritakan bahwa : “ Sesungguhnya Nabi
Muhammad sallahu alaihi wasallam melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir
bulan ramadhan. Baginda melakukan demikian sejak baginda datang ke Madinah
sampai beliau meningal dunia “ ( hadis sahid riwayat Bukhari dan Muslim ).
Dengan melakukan I’tikaf di masjid sepuluh hari di akhir ramadhan
diharapkan seorang muslim dapat merenungi dan membuat kilas balik atas segala
amal dan perbuatannya selama setahun ini. Sejak awal puasa dia telah membaca,
memahami ayat-ayat al Quran, dan di akhir ramadhan ini dia seharusnya dapat
melihat kembali seluruh kehidupannya selama setahn ini apakah telah sesuai
dengan petunjuk al Quran yang baru dibacanya sejak awal ramadhan. Dalam
I’tikah, seorang muslim yang sudah tadarus al Quran akan bertanya, apakah pemikiran, perkataan dan perbuatannya saya
selama ini sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam al Quran? Apakah saya
telah melakukan semua petunjuk al Quran dan mencegah diri dari perkara yang
dilarang al Quran? Manakah yang lebih
banyak dalam hidupnya selama ini, apakah perbuatan yang baik dan positif atau
pemikiran, perkataan dan perbuatan yang buruk dan negatif.? Sudahkah selama ini
dia dapat mengendalikan hawa nafsunya dalam ucapan dan tindakan, ataukah selama
ni dia telah dikuasai oleh hawa nafsu
baik dalam sehari-hari..?
Proses muhasabah hidup dengan bertanya kepada diri sendiri atas apa yang
dilakukan dalam setahun inilah yang
dilakukan dalam beri’tikaf di masjid di akhir sepuluh ramadhan. Muhasabah ini
diharapkan dapat memberikan kesadaran atas perbuatan yang salah, sehingga kita
dapat dengan segera meminta ampun, beristighfar kepada Allah atas perbuatan
tersebut, dan berjanji untuk segera memperbaiki diri di tahun depan, sehingga
hidup setelah ramadhan akan lebih baik daripada sebelum ramadhan. Dengan
muhasabah, hidup manusia akan lebih baik, dari tahun ke tahun, sebelum kita
nanti di muhasabah oleh Allah di hari akhirat kelak. Khalifah Umar bin Khattab ra. Berkata,”
Hasibu Anfusakum qablan tuhasabu” ( hitunglah dirimu sendiri sebelum datang
hari perhitungan kepadamu).
Dalam ber’tikaf di akhir ramadhan tersebut, diharapkan seorang muslim
harus selalu mengadakan muhasabah dalam setiap langkah dan tindakannya baik
yang berhubungan dengan kegiatan ibadah, rumah tangga, sosial, ekonomi dan
seluruh kegiatan kehidupan. Oleh sebab itu muhasabah total tersebut memerlukan
waktu sepuluh hari, sehingga muhasabah dapat sempurna dan meliputi semua amal
ibadah, keluarga, hubungan sosial, pekerjaan, pergaulan, kedudukan, harta
kekayaan, hubungan dengan anak dan istri, serta keluarga, dan masyarakat, dan
lain sebagainya, sebab segala yang kita dengar, pikirkan, ucapkan, tindakan
semuanya akan disoal oleh Allah pada hari akhirat kelak.
Dalam al Quran dinyatakan : “
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan diminta pertanggung
jawaban” (QS. Al Isra : 36). Dalam ayat yang lain juga dinyatakan bahwa semua
nikmat baik itu kesehatan, makanan, minuman, pakaian, anggota badan, kedudukan,
pangkat, dan lain sebagainya semuanya akan ditanya pada hari akhirat kelak “
Kemudian pada hari itu kamu akan ditanya tentang segala nikmat yang telah kamu
dapatkan” ( QS. At-Takatsur : 8 ). Sebelum kit ditanya di hari akhirat,
sebaikna kita tanya diri kita dulu pada setiap tahun sehingga kita sadar dan
mengetahui dimana kekurangan dan kesalahan kita. Sebagai contoh untuk
mempermudah proses muhasabah diri, disini kami sertakan beberapa pertanyaan
yang dapat diajukan pada diri sendiri :
Muhasaah Ibadah
1.
Sudahkah
engkau melaksanakan sholat pada waktunya?
2.
Apakah
sholat tersebut dilaksanakan dengan berjamaah?
3.
Sudahkah
sholat tersebut dilaksanakan dengan khusyu’dan thu’maninah.
4.
Sudahkah
engkau melaksanakan puasa di bulan Ramadhan?
5. Apakah
engkau mengikuti telah sunnah rasulullah puasa Senin dan Kamis dan puasa sunat
pada hari 13,14,15 dari setiap bulan hijriyah?
6. Apakah
engkau sudah membayar zakat dari hartamu? Tahukah kamu itu merupakan hak para
mustahiq zakat yang harus engkau pertanggungjawabkan di hari kiamat nanti?
7. Sudahkah
engkau melaksanakan haji padahal hartamu sudah mencukupi untuk melaksanakannya?
Apakah hajimu benar-benar karena Allah dan niat yang suci?
Muhasabah Sosial
1. Sudahkah
engkau berbuat baik pada kedua orangtuamu? Ingatkah engkau akan firman Allah “
Berbuat baiklah kamu pada kedua orangtuamu “( QS. Al Isra : 23)
2. Sudahkah
engkau berbuat baik pada tetangga dan masyarakat di sekitarmu? Ingatkah engkau
bahwa Rasulullah telah bersabda, “ Barangsiapa yang menyakiti tetangganya
berarti telah menyakitiku”.
( riwayat Ibnu Hibban )
3. Sudahkah
hatimu bersih dari sombong, riya, takabbur, iri dan dengki ? Bukankah
Rasulullah telah bersabda,” Tidaklah masuk ke dalam surga seseorang yang dalam
hatinya masih ada rasa sombong walaupun sebesar biji sawi”( riwayat Ahmad )
4. Sudahkah
lidahmu bersih dari ucapan kotor, dusta, khianat, ghibah, fitnah, tengkar dan
ucapan yang sia-sia?.Padahal Allah telah berfirman : “ Dan janganlah kamu menggunjing sebagian
yang lain, ” (QS. Al Hujurat : 12) dan “ Murka Allah atas mereka yang berdusta,
“ ( Ali Imran : 61) . Rasulullah juga telah bersabda ,” Tidak luruslah iman
seorang hamba selagi belum lurus hatinya dan tidak luruslah hatinya sebelum
lurus ucapannya.”(
riwayat Ahmad )
Muhasabah ekonomi
1. Sudahkah
pekerjaan dan harta penghasilanmu bersih dari riba dan hal-hal yang diharamkan
Allah? Ingatkah kamu akan peringatan Allah, “ Hai Orang-orang yang beriman
bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan riba, jika kamu benar-benar orang yang
beriman. Mka jika kamu tidak meninggalkan riba tersebut ketahuilah bahwa Allah
dan RasulNya akan memerangimu (QS Al Baqarah : 278-279). Rasulullah juga telah bersabda, “ Barangsiapa
yang dalam dagingnya terdapat yang haram maka api nerakalah yang lebih baik
baginya.”( riwayat Tirmidzi )
2. Apakah
harta penghasilanmu telah engkau pergunakan sesuai dengan perintah Allah?
Sudahkah engkau menolong orang yang susah, fakir dan miskin, dari keluargamu,
kawan-kawanmu, dan saudaramu yang lain ?
3. Apakah kau pergunakan harta
penghasilanmu secara boros ?, mubazir, foya-foya dan berlebih-lebihan? Tidakkah
engkau ingat akan firman Allah, “ sesungguhnya orang yang memboroskan harta itu
adalah saudara-sauara syetan “, ( QS. Al Isra : 27) Ingatlah sabda Rasulullah,”
Tidak akan tergeraklah kedua kaki anak Adam di hari kiamat nanti sehingga ia
akan ditanya empat perkara, untuk apakah umurmu
dipergunakan…? Apakah yang dilakukannya dengan anggota badannya….?
Apakah amal perbuatannya selama hidupnya…? Dan darimanakah harta penghasilan
hidupnya dan dipergunakan untuk apa sajakah harta kekayaan tersebut dikeluarkan? ( riwayat Ahmad )
Setelah semua pertanyaan itu kita jawab, maka segeralah kita melihat
sekian banyak dosa dan kesalahan serta kelalaian kita dalam setahun yang lalu,
dan segera kita beristighfar , meminta ampunan atas kesalahan , dosa, dan
kelalaian tersebut, sehingga kita terlepas dari azab dan siksa api neraka. Oleh
sebab itu sebabnya dalam hadis disebutkan bahwa sepuluh terakhir ramadhan itu
adalah merupakan hari-hari mendapat keselaatan dari siksa dari api neraka.
Muhasabah tersebut dilakukan di masjid, di dalam rumah Allah dan bersama
orang-orang yang saleh yang datang ke masjid. Ini juga merupakan penyucian
lingkungan tempat tinggal yang suci, untuk kita mengambil pengajaran sudahkan
selama ini rumah kita, kantor tempat kerja kita, kedai tempat niaga kita,
lingkungan kita merupakan lingkungan yang suci bebas dari segala bentuk dosa ,
ataukah selama ini kita hidup dengan lingkungan yang memudahkan kita dalam
berbuat dosa?. Dengan beri’tikaf kita melihat kembalikeadaan lingkungan kita
apakah sudah merupakan lingkugan yang dapat mengantarkan kita menuju keridhaan
Allah?
Demikian juga dengan kawan-kawan kita selama ini, apakah kawan kerja
kita, sahabat pergaulan kita dapat menolong kita untuk mendekatkan diri kepada
Allah, sebagaimana kawan-kawan yang ada di dalam masjid dalam sepuluh akhir
ramadhan ini. Sebab keadaan rumah, kerja, dan kawan kita kadangkala dapat
membuat kita terlena oleh kesibukan dunia dan melupakan kehidupan akhirat.
Dengan duduk beri’tikaf sepuluh hari ini kita berusaha untuk menjadikan lingkungan
tempat dan kawan yang dapat mendekatkan kita kepada Allah, sebagaimana
lingkungan dan kawan yang ada di dalam masjid.
Munajat di malam Lailatul Qadar
Setelah meminta ampun atas dosa dan kesalahan, maka tugas selanjutnya
adalah merencanakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki diri setelah ramadhan
nanti. Sebagai contoh, jika kita selama setahun ini kurang bersilaturahmi
dengan keluarga, maka kita akan memperbaiki untuk mengadakan silaturahmi dengan
keluarga, dan begitu seterusnya. Cari kekurangan apa yang kita lakukan, dan
rencanakan bagaimana tindakan untuk menutupi kekurangan tersebut dengan
perbuatan yang baik. Catatlah tindakan apa saja yang akan kita lakukan untuk
memperbaiki diri, baik dalam ibadah, hubungan kekeluargaan, ekonomi, hubungan
sosial kemasyarakatan, kemudian berdoalah kepada Allah di malam-malam akhir
ramadhan munajat agar rencana perbaikan itu ditetapkanNya menjadi taqdir akan
akan diputuskan pada malam Lailatul Qadar, sebab malam Lailatul Qadar adalah
malam penentuan takdir atas kehidupan setiap manusia untuk setahun mendatang,
sehingga diharapkan hidup kita di tahun mendatang lebih baik dari tahun lalu,
bahkan dapat bernilai seperti hidup seribu bulan. Sahabat Nabi, bernama Ibnu
Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ayat 4 dari surah ad Dukhan : “ Pada malam Lailatul Qadar
tersebut diputuskan segala urusan dengan bijaksana “ pada malam Lailatul Qadar
itu akan diputuskan segala urusan manusia untuk setahun yang akan datang, baik
yang berkaitan dengan rezeki, kelahiran, kematian, turun hujan, sampai siapa
yang akan mnenunaikan iabadah haji, dan lain sebagaina ( Jalaluddin as Suyuthi,
Tafsir Durarur Mansur fit tafsir bil Ma’sur , jilid 5 hal. 738).
Dalam kajian sejarah, Malam Lailatul Qadar itu, adalah malamnya turun al Quran sebagaimana
dinyatakan dalam al Quran : “ Sesungguhnya Kami turunkan al Quran itu pada malam Lailatul Qadar “ ( QS. Al Qadar: 1
). Agar manusia tidak lupa peristiwa yang mulia tersebut, maka Allah jadikan
peringatan malam tersebut pada setiap tahun, hanya saja malam Lailatul Qadar
yang terjadi di setiap tahun bukan lagi untuk menurunkan al Quran, tetapi untuk
menentukan keadaan manusia untuk tahun selanjutnya. Rbiah bin Kalsum bertanya kepada Hasan : Apakah malam
Lailatul Qadar itu terjadi di stiap tahun ? Ya, malam itu akan terjadi di
setiap tahun dalam bulan ramadhan dan itulah malam dimana segala urusan manusia
diputuskan denan bijaksana baik urusan amal, rezeki, dan kematian, dan
lain-lain sebagainya ( Jalaudiin as Suyuthi, Durarur Mansur, jilid 5, hal, 739 ).
Penyucian Harta dengan Zakat di Hari Raya Idul Fitri.
Di akhir ramadhan, setelah terbenam matahari dan sebelum ditunaikan
shalat Idul Fitri di pagi hari raya, umat Islam diwajibkan mengeluarkan zakat
fitra. Malahan sebagian umat Islam juga mengeluarkan zakat harta kekayaan di
dalam bulan ramadhan. Pengeluaran zakat fitrah dan zakat harta ini merupakan
penyucian terhadap harta kekayaan, sebab makna zakat secara bahasa adalah
penyucian dan pertumbuhan, sehingga diharapkan dengan mengeluarkan zakat, maka
harta itu bersih dan bertambah banyak. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa
mengeluarkan zakat di akhir ramadhan merupakan penyucian harta kekayaan,
sehingga dengan berakhirnya ramadhan, dan dikeluarkannya zakat, berarti proses
penyucian diri manusia telah meliputi setiap yang dimiliki oleh manusia seperti
ruh, akal, hati, hawanafsu, tempat tinggal, lingkungan pergaulan dan harta
kekayaan yang dimiliki, sehingga sewaktu berakhir ramadhan, berarti diri
manusia telah suci secara keseluruhannya. Inilah sebabnya orang yang telah
selesai menjalani proses penyucian diri secara menyeluruh, merupakan manusia “
Idul Fitri “, manusia yang telah kembali kepada fitrah semula, sehingga
kehidupan di bulan akan datang merupakan kehidupan yang meningkat dan lebih
baik. Itulah sebabnya bulan setelah bulan ramadhan disebut dengan bulan Syawal,
sebab dalam bahasa arab makna syawal adalah sesuatu yang naik dan meningkat.
Selamat Memasuki bulan Ramadhan, dan Selamat kembali kepada fitrah, Selamat
Idul Fitri. Hari itulah hari kemenangan bagi kehidupan manusia, sebab padawaktu
itu manusia yang berpuasa telah kembali kepada kesucian diri, manusia yang
memiliki ruh yang suci, pikiran yang suci, hati yang suci, hawanafsu, keinginan
dan emosi yang terpelihara, badan yang sehat. Ramadhan merupakan bulan yang
dapat memproes manusia menjadi manusia yang kembali kepada fitrah memiliki
kesucin ruh, pikiran Qurani, hati berzikir, nafsu yang terkendali, semangat
berprestsi, dngan jasad yang kuat dan
sehat, untuk menjadi hamba dan khalifah Allah. Fa’tabiru Ya Ulil albab.