Thursday, November 28, 2013
GHADIR KHUM
Dalam pelaksanaan haji wada’, Rasulullah berada di Makkah selama sepuluh hari sahaja. Dalam perjalanan menuju Madinah, nabi berhenti di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum. Di tempat ini Rasulullah mengumpulkan sahabat dan berkhutbah. Dalam khutbah Nabi menerangkan tentang kelebihan Sayidina Ali bin Abi Thalib yang sedang bertugas di Yaman. Di dalam khutbah itu Rasulullah menyatakan : “ Siapa yang mengakui aku adalah maulanya (tuannya ) maka Aku adalah maulanya, kemudian nabi berdoa : “ Ya Allah tolonglah orang yang menolong Ali, musuhilah orang yang menolong Ali, kasihanilah orang yang mengasihani Ali, bencilah orang yang membenci Ali, tolonglah orang yang menolong Ali, dan hinakan orang yang menghina Ali, dan berilah kebenaran kepada Ali kemana saja dia pergi “.
Sejarah mencatat bahwa khutbah nabi tersebut berkaitan dengan seseorang yang mengadukan kepemimpinan Ali di Yaman. Nabi mengutus Ali ke Yaman untuk menghadapi kabilah Najran di Yaman yang masih tidak patuh kepada kepemimpinan Rasulullah, tetapi Ali mengetahui tentang rencana nabi untuk pergi haji, sehingga dia telah mengatur perjalanan dari yaman untuk dapat haji bersama Rasulullah. Sewaktu nabi berada di makkah, ada seorang sahabat bernama Buraidah datang menghadap Rasulullah mengadukan tentang sikap Ali bin Abi Thalib menjadi utusan khusus Rasulullah dalam menghadapi kabilah Najran di Yaman. Rasulullah saw kemudian berkata : “ Hai Buraidah, janganlah engkau menyebut tentang perlakuan Ali, sebab Ali dari saya dan saya bagian daripada Ali. Bukankah saya harus diutamakan oleh orang beriman daripada diri mereka sendiri ? Benar, ya Rasulullah jawab Buraidah. Kemudian nabi berkata : “ Siapa yang menjadi tuannya, maka Ali adalah tuannya “ . Sabda nabi tersebut sebenarnya di khususkan kepada sahabat Buraidah agar dia percaya sepenuhnya kepada kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Ada juga riwayat yang mengatakan bahwa Usamah bin Zaid berkata kepada Ali bin Abi Thalib : “ Wahai Ali, anda bukanlah tuan saya “. Mendengar itu maka nabi bersabda kepada sahabatnya : “ Siapa yang bertuan kepada saya, maka Ali juga adalah tuannya “.
Setelah sampai di Ghadir Khum, Nabi Muhammad saw kembali menceritakan hal tersebut, agar isu negatif kepada kepemimpinan Ali harus diluruskan kepada semua orang. Semua sahabat mengakui tentang kelebihan Ali dan yakin dengan kepemimpinan Ali, tetapi tidak berarti bahwa pernyataan nabi tersebut tentang Ali sebagai tuan, menjadi wasiat kepemimpinan Ali setelah nabi meninggal dunia. Jika kita perhatikan bahwa pada waktu itu Ali bin Abi Thalib adalah diutus nabi ke Yaman. Oleh sebab itu nabi berkata : “ Ali itu adalah dariku, dan aku adalah daripada Ali “. Artinya Ali diutus nabi ke Yaman, dan dia adalah wakil nabi di kawasan yaman. Oleh sebab itu kepemimpinan Ali di yaman juga bagian dari kepemimpinan nabi. Untuk menguatkan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib tersebut maka nabi berdoa : Ya Allah tolonglah orang yang menolong Ali, hinakan orang yang menghina Ali, dan seterusnya sebagaimana doa nabi diatas.
Sangat disayangkan kelompok Rafidhah menyatakan bahwa peristiwa di Ghadir Khum itu merupakan dalil bahwa Ali adalah pemegang wasiat kepemimpinan setelah Rasulullah, dan menyatakan bahwa kepemimpinan Abubakar, Umar bin Khatab serta Usman bin Affan adalah tidak sah. Padahal jika kita teliti sejarah, bahwa pernyataan Rasulullah tersebut bukan berkaitan dengan kesibnambungan kekhalifahan setelah nabi meninggal tetapi berkaitan dengan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib di intik mengatur dan menghadapi kabilah Najran di kawasan yaman, sebagaimana nabi juga mengutus sahabat-sahabat lain untuk menjadi gubernur di negeri-negeri yang lain seperti negeri Bahrain dan lain sebagainya. Sejarah mencatat bahwa Rasulullah pernah melantik beberapa sahabat beliau untuk memimpin negeri tersebut dan juga kadang kala melantik sahabat tertentu untuk tugas-tugas khusus kepada kabilah tertentu.
Jika benar dakwaan kelompok Rafidhah bahwa itu merupakan wasiat Rasulullah untuk kepemimpinan umat setelah nabi meninggal, maka mustahil sahabat berani melantik Abubakar sebagai pengganti kepemimpinan nabi. Ali sendiri ikut menyetujui kekhalifahan Abubakar, dan juga kemepimpinan kedua kepada Umar bin Khattab dan seterusnya juga setuju dengan kepemimpinan Usman bin Affan. Ada orang yang bertanya kepada Ali mengapa beliau tidak mengambil kekhalifahan Abubakar, maka Ali bin Abi Thalib menjawab : “ Jika memang ada wasiat dari Rasul tentang hal tersebut, maka tidak mungkin saya tidak mengambilnya, dan saya akan berperang untuk itu “ ( Kitab Insanul Uyum, jilid 3, hal. 309 ).
Kaum Rafidhah Syiah juga menyatakan bahwa sahabat yang mendengar khutbah nabi tersebut sengaja menyembunyikan isi khutbah, padahal tidak mungkin ada sahabat yang berani menyembunyikan isi khutbah tersebut apalagi dalam sejarah tercatat bahwa Zaid bin Arqam bercerita : “ Saya adalah salah seorang diantara tiga puluh orang sahabat yang turut mendengar khutbah Rasulullah tentang kelebihan Ali bin Abi Thalib tersebut tetapi saya tidak sebarkan, maka Allah menjadikan saya buta “. Oleh sebab itu sahabat mengakui kelebihan Ali diantara yang lain, tetapi juga mengakui kelebihan sahabat lain seperti Abubakar Shiddiq, malahan Ali bin Abu Thalib sendiri mengakui kelebihan Abubakar sebagaimana dalam kitab Nahjul Balaghah yang berisi ucapan Ali menyatakan bahwa setelah Abubakar menyampaikan pidato pelantikan sebagai kekhalifah, Ali menyahut : “ Kami menyaksikan kepribadian bahwa pribadi AbuBakar paling pantas dan lebih berhak daripada sahabat yang lain..Abubakar juga paling tua dan Rasulullah telah memintanya menjadi imam shalat sedangkan beliau masih hidup “. Lebih lanjut Ali bin Abi Thalib berkata : “ Aku telah dibaiat oleh umat yang pernah membai’at Abubakar, Umar dan Usman dan tidak seorangpun diantara yang hadir mempunyai pilihan lain atau sengaja tidak hadir karena tidak setuju. Semua merupakan hasil musyawarah antara Muhajirin dan Anshar “ ( Nahjul Balaghah, 366-367 )
Bani Hasyim juga menyetujui kekhalifahan Abubakar sebagaimana dinyatakan dalam satu riwayat bahwa Khalid bin Saad ibn As, sahabat nabi dari yaman mendatangi Bani Hasyim dan bertanya : “ Apakah kalian membaiat Abubakar dengan rela dan ikhlas ? Mereka menjawab : “ Benar demikian “.
Ali bin Abi Thalib juga menerima pepemimpinan Umar dan memuji Umar atas keberanian, dan kepemimpinannya malah sewaktu Umar ingin berangkat memimpin perang melawan Romawi, Ali mencegahnya dan berkata : “ Jika umar gugur di medan perang maka umat akan kehilangan pemimpin yang handal “. Ali menyerankan agar Umar mengutus seorang yang ahli perang “. Ali juga berkata : “ Sekiranya aku dapat menangkap orang yang mengatakan aku lebih utama daripada Abubakar dan Umar, niscaya aku akan menghukumnya dengan hukuman orang yang membuat pendustaan “ ( Ibnu Taimyah, Manhaj Sunnah, 219-220). Malahan pada suatu hari, Ali bin Abi Thalib berpidato di mimbar Kufah : “ Sebaik-baik umat ini slepas nabinya adalah Abubakar dan Umar “ ( alQafari, Masalah taqrib baina ahlusunah wa syiah, hal.134).
Sejarah juga mencatat bahwa hari khutbah nabi tersebut yaitu pada tanggal 18 Dzulhijah telah dijadikan oleh kelompok Rafidhah menjadi hari raya mereka dan mereka namakan dengan “Ied Ghadir “, untuk menampakkan seakan-akan mereka adalah kelompok yang mencintai Ali bin Abi Thalib. Cinta Ali dan keluarga nabi merupakan keharusan bagi umat Muhammad, tetapi jangan sampai cinta Ali dan keluarag nabi tersebut menjadi motivasi untuk mencaci maki sahabat nabi yang lain, apalagi mencaci maki sahabat dan khalifah Abubakar, Umar dan Usman.
Munculnya kaum seperti ini telah digambarkan oleh Rasulullah sebagaimana diceritakan Ali bin Abi Talib bahwa Rasulullah saw pernah bersabda "Akan muncul satu golongan di akhir zaman yang dipanggil Rafidhah. Mereka menolak Islam" (Ahmad, al-Musnad, j.1, hal.103). Demikian juga Imam az-Zahabi telah mengemukakan satu riwayat daripada Ali bin Abi Thalib sebagaimana dinukilkan oleh Ibnu Hajar al-Haithami bahawa Saidina Ali berkata Rasulullah saw bersabda "Akan muncul didalam umatku di akhir zaman nanti satu golongan yang dinamakan Rafidhah. Mereka menolak Islam". Imam ad-Daraqutni mengemukakan hadis ini dengan sedikit tambahan iaitu Rasulullah saw berkata kepada Ali "Sekiranya kamu menemui mereka hendaklah kamu bunuh mereka kerana mereka adalah golongan musyrikun. Ali berkata "Aku bertanya Rasulullah saw "Apakah tanda yang ada pada mereka? Baginda bersabda "Mereka terlalu memuji-muji engkau dengan sesuatu yang tidak ada pada engkau dan mereka memburuk-burukkan para Sahabat" (Imam Ibnu Hajar al-Haithami, as-Sawa'iqu al-Muhriqah, hal 102). Semoga umat Islam tidak terpengaruh dengan hakwaan mereka, dan tetap mencintai nabi, keluarga nabi dan juga sahabat-sahabat beliau sebagaimana Rasulullah bersabda : “ Ikutilah sunahku dan sunah khulafa Rasyidin setelahku nanti “. Fa’tabiru Ya Ilil Albab.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment