Perbedaan yangutama antara keyakinan kelompok Ahlussunnah wal Jamaah ( sunni ) dengan kelompok Syiah adalah masalah Imam. Bagi Syiah Imam itu tidak berdosa ( maksum ) dan merupakan pewaris risalah agama, yang berhak menggantikan nabi Muhammad setelah beliau meninggal dunia. Menurut Syiah Imamiyah ( syiah yang berkembang pada saat ini ), setelah nabi Muhammad meninggal dunia, maka risalah agama, dan pemerintahan dipegang oleh keluarga nabi yang dua belas dari (1)Ali bin Abi Thalib, (2) Hasan bin Ali- (3) Husen bin Ali (4)Ali Zainal Abidin bin Husen (5) Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin (6) Ja’far Shadiq bin Muhamad Baqir (7) Musa al Kazim bin Ja’far Shadiq, (8) Hasan Ridha bin Musa Kadzim (9) Muhammad Jawab bin Hasan Ridha (10) Ali al Hadi bin Muhammad Jawad (11) Hasan al Askari bin Ali alHadi (12 ) Muhammad Mahdi alMuztadzar ( hilang pada tahun 260 Masehi dan diyakini akan muncul kembali pada akhir zaman nanti ). Inilah nama-nama yang berhak menjadi Imam menurut Syiah Imamiyah atau disebut juga dengan syiah Istna Asyariya (syiah dua belas ) hsebab meyakini dua belas imam. Oleh sebab itu mereka menganggap Khalifah Abubakar as Shiddiq dan Khalifah Umar bin Khattab adalah dzalim, karena telah merampas kekuasaan setelah meninggal nabi Muhammad saw. Padahal dalam kitab sejarah al Bidayah wan Nihayah saja tertulis bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib mengakui kekkhalifahan Abubakar shiddiq.
Dalam riwayat yang disampaikan oleh Said al Khudri menyatakan bahwa : “Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin berhimpun di rumah Sa’ad ibnu Ubaidah. Juru bicara kaum Anshar berkata : Bukankah kamu mengetahui semua bahwa orang anshar adalah penolong Rasulullah. Oleh karena itu, kamu juga adalah penolong khalifah (pengganti ) Rasululah. Sebagaimana kamu pernah menjadi penolong Rasulullah. “. Umar bin Khatab berdiri dan berkata : Benar apa yang dikatakan oleh wakil kamu tadi, setelah itu Umar bin Khatab memegang tangan Abubakar dan berkata : Inilah yang paling layak dipilih sebagai penganti (khalifah ), maka berbai’atlah kepadanya. “. Umar merupakan orang yang pertama berbaiat (janji setia), kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir baik dari kaum muhajirin dan Anshar. Abubakar segera naik ke mimbar dan melihat kepada semua yang hadir, maka dia merasa bahwa Zubair tidak terlihat. Maka beliau menyuruh memanggil Zubair datang dan berfkata kepadanya: Wahai anak paman Rasulullah apakah engkau hendak mengingkari keputusan kaum muslimin ? Zubair menjawab : Tidak demikian wahai Khalifah, dia terus berdiri dan berbaiat”. Abubakar melihat lagi kesekeliling dan tidak terlihat Ali bin Abi Thalib, maka Ali segera dipanggil datang., dan tak lama Ali bin Abu Thalib datang dan berbaiat dengan Abubakar. Kemudian Abubakar berkata : “ Demi Allah aku tidak pernah cenderung dan berminat kepada soal kekuasaan baik siang maupun malam “. Aku tidak pernah memohon (mendambakan ) kekuasaan kepada Allah sama ada dengan diam-diam atau terang-terangan.Mendengar ucapan itu kaum muslimin semua setuju. Malahan Ali bin Abu Thalib dan zubair yang terlambat datang berkata : “ Kami minta maaf karena kami tidak dapat menghadiri majelis yang penting ini. Keterlambatan kami bukan kami sengaja. Kami berpendapat bahwa Abu Bakar merupakan orang yang paling layak untuk memegang tampuk pemerintahan ini. Hal ini disebabkan beberapa perkara yaitu beliau pernah menjadi teman Rasulullah saw semasa mereka berdua bersembunyi di dalam Gua Tsur (sewaktu dlaam perjalanan hijrah dari makkah ke madinah ). Kami sangat mengetahui tentang kebaikan kemuliaan dirinyan dan keluhuran budinya. Rasulullah saw juga pernah menjadikan dia sebagai pengganti imam shalat berjamaah sewaktu Rasulullah padahal rasulullah pada waktu itu masih hidup “.
Ada juga riwayat lain yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib berbaiat kepada Abu bakar setelah enam bulan kemudian. Padahal sejarah telah mencatat bahwa Ali telah berbaiat kepada Abubakar bersamaan dengan baiat kaum muslimin, hanya saja Ali datang terlambat. Jika ada riwayat yang menyatakan bahwa Ali berbaiat kepada Abu bakar setelah enam bulan kemudian, itu adalah untuk menghilangkan keraguan umat, disebabkan adanya [perselisihan antara Abubakar dengan Fatimah putrid Rasulullah. Setelah Rasul meninggal, Fatimah datang kepada Abubakar untuk meminta bagian daripada harta warisan Rasulullah. Khalifah Abubakar sebagai pemimpin, menyatakan bahwa dia dan seluruh sahabat mendengatr ada hadis nabi yang menyatakan bahwa keluarga Raululah tidak dapat menerima warisan. Abubakar berkata :bahwa Rasulullah perbah bersabda : “ Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Segala yang kami tinggalkan diperuntukkan sebagai sedekah “. Kemudian Abubakar berkata : Saya akan menaggung siapa saja dahulu yang ditanggung oleh Rasulullah (maksudnya biaya kehidupan nabi akan ditanggung oleh khalifah ) Maka jika aku memberikan warisan, aku khawatir nanti termasuk orang yang sesat, sebab telah meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah”. Oleh sebab itu Abubakar tidak memberikan warisan tersebut kepada keluarga Rasulullah, tetapi dimasukkan ke dalam Baitul Mal. Pernyataan Abubakar tersebut membuat Fatimah agak bersedih, tetapi kejadian ini menunjukkan bagaimana ujian bagi seorang khalifah dalam menegakkan keadilan, walaupun kepada keluarga Rasulullah, sebab Khalifah Abubakar akan memutuskan hukum sesuai dengan amanah dari Rasulullah.
Kejadian tersebut memicu isu di masyarakat bahwa keluarga Ali dan Fatimah tidak setuju dengan pemerintahan Abubakar, padahal seebnarnya tidak terjadi apa yang disangkakan. Malahan pada waktu Fatimah sakit, maka Abubakar datang melawat Fatimah dan berkata : “ Demi Allah, aku tidak meningalkan rumah, harta serta kaum keluargaku semata-mata untuk mencapai keredhaan Allah, keredhaan RasulNya dan keredhaan ahli keluarga Rasulullah saw “. Setelah mendengar itu Fatimah memaafkan Abubakar dan merasa gembira dengan kedatangannya. Hal ini diriwayatkan oleh Baihaqi. Malahan sejarah mencatat bahwa Fatimah mewasiatkan agar setelah kematiannya nanti, maka dia ingin agar yang memandikan mayatnya adalah Asma binti Uways, (istri khalifah Abubakar ).
Riwayat mengatakan bahwa Ali Bin Abi Thalib setelah kepergian Fatimah, kembali berbaiat kepada Khalifah Abubakar. Hal ini dilakukan untuk menghapuskan sangkaan dan isu di tengah masyarakat yang disebabkan persoalan harta warisan keluarga nabi tersebut. Dengan kedatangan Abubakar ke rumah Fatimah, dan istri Abubakar memandikan mayat Fatimah, serta baiat Ali bin Abi Thalib yang kedua kalinya merupakan bukti bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib mengakui kekhalifahan Abubakar dan bukan merupakan taqiyah sebagaimana yang disebutkan oleh orang syiah Imamiyah.
Dari catatan sejarah diatas dapat dilihat bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib sejak dari awal sudah setuju dengan pemerintahan Abubakar Shiddiq, sebab memang semua sahabat telah sepakah bahwa kepribadian, akhlak dan jasa Abubakar dalam Islam lebih utama daripada sahabat-sahabat yang lain, terlebih lagi umur Abubakar merupakan lebih tua dari umur sahabat-sahabat nabi yang lain, sebab Abubakar dan rasulullah hanya berselisih umur dalam 2 tahun saja. Hanya saja, setelah beberapa tahun kemudian sebab timbulnya peperangan antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib, sehingga muncul kelompok penyokong Ali ( syiah Ali ) dan penyokong Muawiyah. Syiah makna asal dalam bahasa arab adalah penyokong. Pada awalnya pengikut Ali hanya menyokong Ali dalam politik dan pembelaan, tetapi lama-kelamaan sokongan terhadap Ali bin Abi Thalib berubah menjadi pemahaman agama dan ajaran yang mendakwa Ali bin Abi Thalib yang patut menjadi imam dan khalifah, sedangkan ketiga khalifah yang lain adalah dianggap sebagai orang yang merampas kekuasaan tersebut. Pemahaman ini adalah pemahaman yang datang dalam kuruin masa akhir dan didakwa dibuat oleh oknum yahudi yang masuk Islam dengan nama Abdullah bin Saba’. Dari saat ini kita lihat adanya perbedaan antara pengikut Syiah (pengikut ) Ali bin Abi Thalib yang sebenarnya tetap dalam keyakinan yang sama dengan Ahlussunnah waljamah dan semua sahabat yang lain, dan keyakinan kelompok Syiah yang telah direkayasa menjadi ajaran yang fanatic kepada Ali dan membenci sahabat yang lain. Tapi disayangkan banyak umat islam menyangka bahwa keyakinan dan pahaman Islam Syiah(pengikut ) Ali bin Abi Thalib adalah sama seperti keyakinan kelompok Syiah Imamiyah sekarang ini, sehingga banyak yang mengatakan Syiah itu sama dengan kita, padahal kenyataannya ajaran mereka berbeda dengan akidah dan ajaran Ahlussunnah waljamaah, yang berasal dari Rasulullah, Sahabat , tabiin, Salafussaleh, dan sampai sekarang kepada kita semua. Fa’tabiru Ya Ulil albab.
No comments:
Post a Comment