MENGHADAPI KEHIDUPAN
DENGAN PRIBADI TAQWA DAN FITRAH YANG SUCI
(Khutbah Idul Fitri 1431 Hijrah di Wisma Duta , Kuala Lumpur )
Oleh : Muhammad Arifin Ismail.
Allahu Akbar, Allahu Akbar..Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillaahilhamd.
Pada pagi hari ini, di hari Idul Fitri ini, berjuta-juta umat Islam mengucapkan syukur ke hadirat Allah atas segala nikmat yang telah diberikan, khususnya nikmat bulan Ramadhan bulan yang khusus diciptakan untuk mendidik umat Islam agar mencapai kedudukan yang tertinggi dan mulia yaitu menjadi manusia taqwa.
“ Hai orang-orang yang beriman kamu diwajibkan untuk berpuasa di bulan ramadhan sebagaimana umat yang datang sebelummu, sehingga kamu dapat menjadi manusia yang bertaqwa “ ( QS. Al Baqarah : 183 )
Alhammdulillah kita telah dapat menyelesaikan puasa di bulan ramadhan yang penuh berkah dan merayakan Idul Fitri hari kemenangan sehingga ramadhan dapat membentuk ketahanan diri, anti body, antivirus dari segala virus dan penyakit kehidupan dan dengan idul fitri kita dapat kembali kepada fitrah yang suci.
Alhamdulillah kita telah dapat menjadikan sepuluh akhir ramadhan sebagai hari-hari I’tikaf, sebagai muhasabah diri, refleksi kehidupan tahun yang lalu dan bermunajat , merancang kehidupan setahun mendataang diantara malam-malam lailatul qadar, sebagai hari penentuan qadha dan qadhar bagi seluruh makhluk di alam semesta.
Alhamdulillah kta telah dapat melaksanakan tadarus al Quran, diantara malam-malam ramadhan, sebagai sarana untuk mengkaji, mempelajari, memahami petunjuk Ilahi bagi meniti kehidupan dan meraih kebahagian di dunia dan di hari kemudian nanti.
Alhamdulillah kita telah melaksanakan shalat tarawih berjamaah, untuk memperkokoh hubungan kepada Tuhan dan mempererat rasa persaudaraan sesama insan, sehingga dapat menghilangkan pperpedaan pendapat, perselisihan dan pertikaian. Shalat taraweh juga sebagai lambang persatuan umat, persaudaraan dan kedamaian
Alhamdulillah, kita telah dapat menghadapi kehidupan siang dengan pekerjaan yang terbaik, melaksanakan tugas khalifah di dunia, tanpa hasad, dan dengki, tanpa tiya dan sombong, sebab kita melaksanakan tugas dan pekerjaan masing-masing di tengah menjalanai puasa ramadhan. Inilah hari-hari teladan dalam kehidupan, hari yang penuh dengan ibadah ritual, dan amal shaleh.
Alhamdulillah kita telah dapat mengisi ramadhan dengan hari-hari yang penuh dengan sedekah, zakat maal dan zakat fitrah, untuk mendidik pribadi peduli kepada orang lain, dan pribadi selalu mensucikan profesi dan harta kekayaannya dengan mengeluarkan kewajiban zakat, sedekah, wakaf, hibah, demi menegakkan kalimatullah di atas bumi Allah. Pribadi sedekah adalah peribadi siap mengorbankan harta dan diri untuk perjuangan menegakkan kebenaran, mempertahankan agama, bangsa dan negara.
Alhamdulillah, kita telah menahan lapar dan dahaga selama sebulan penuh, sebagai sarana pembersihan jiwa, pembersihan toksin dari badan, sehingga kita memiliki jiwa yang kuat, badan yang sehat, hati yang ikhlas, pikiran yang suci, sebagai modal menghadapi segala peroslan hidup di masa depan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar , Walillahil hamd.
Tujuan puasa ramadhan adalah menjadikan orang – orang yang beriman menjadi manusia yang bertaqwa, manusia yang termulia sebagaimana tertulis di akhir ayat perpuasa “ la’allakum tattaqun “, semoga kamu menjadi orang yang bertaqwa. Mengapa bertaqwa menjadi tujuan puasa ? Sebab predikat taqwa, gelar taqwa adalah pangkat tertinggi disisi Alllah, sebagaimana dinyatakan dalam al Quran :
“ Sesungguhnya manusia di antara kamu yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang bertaqwa” ( QS. Al Hujurat : 13 )
Siapakah manusia taqwa ? Bagaimanakah ramadhan memproses dan mentransformasi seorang manusia menjadi manusia taqwa?
Pribadi taqwa yang dibentuk oleh ramadhan, dan pribadi fitrah, pribadi yang suci, pribadi yang dapat mengendalikan diri, pribadi yang siang hari bekerja dengan penuh semangat ibadah, dan malam hari beribadah dengan penuh khusyuk. Pribadi taqwa adalah pribadi khalifah dan ibadah, sebagaimana pribadi generasi sahabat “ Kami adalah generasi yang menjadi singa di siang hari, dan menjadi rahib di malam hari “. Karena hanya pribadi beriman, taqwa dan suci yang dapat menjadi khalifah Allah di muka bumi, penguasa dunia yang tabah dan tahan menghadapi segala cobaan dan tantangan kehidupan, dan dapat mengalahkan segala godaan dan nafsu syetan. Pribadi yang selalu menghadapi kehidupan dengan petunjuk al Quran, dan mengkonsultasikan segala persoalan kehidupan dengan menegakkan shalat. Inilah pribadi sahur, pribadi yang selalu siap sedia menghadapi segala tantangan kehidupan dengan iman dan amal.
Manusia taqwa adalah manusia suci. Manusia yang mempunyai jiwa yang suci, yaitu jiwa yang selalu taqarrub dan berhubungan dengan Dzat Allah subhana wa taala melalui shalat dan qiyamullail.
Manusia taqwa adalah manusia yang memiliki pikiran yang suci, pikiran yang berpandukan pada ayat-ayat suci Al Quranul karim yang dikaji dan dipelajari melalui tadarus setiap hari.
Manusia taqwa adalah manusia yang mempunyai pribadi yang suci, pribadi yang dapat mengendalikan hawa nafsu, dapat menjaga nafsu makan dan nafsu syahwat sesuai dengan hukum Ilahi. Pribadi yang dapat mengendalikan diri dalam kehidupan dunia, sehingga dapat menjadikan dirinya sebagai penguasa kehidupan dunia bukan dikuasai oleh kehidupan dunia. Menjadikan dunia sebagai sarana untuk kebahagian akhirat, bukan menjual akhirat untuk kebahagiaan dunia.Inilah pribadi shiyam di siang hari selama bulan ramadhan yang suci.
Manusia taqwa adalah manusia yang mempunyai harta kekayaan dari sumber yang halal melalui pekerjaan dan perbuatan yang suci, bukan dari uang riba, bukan dari uang korupsi, atau dari pekerjaan yang diperoleh dengan cara-cara yang bersih dan suci. Inilah pribadi berbuka ( Iftar ) dan dan pribadi sahur ( sahr ), pribadi yang mencari makanan dari makanan yang halal dan suci.
Pribadi taqwa adalah pribadi yang selalu merasa bahwa harta kekayaan yang telah diperolehnya bukanlah miliknya sendiri tetapi merupakan milik Allah yang diamanahkan kepadanya , untuk dipergunakan seperlunya sedangkan selebihnya harus dikeluarkan untuk paqir miskin, untuk anak-anak yatim, untuk para musafir, untuk orang yang susah karena hutang, untuk segala sesuatu yang diperlukan demi menegakkan kalimatullah, demi jihad fi sabilillah. Inilah maksud daripada zakat fitrah yang diwajibkan sewaktu kita mengakhiri ramadhan.
Pribadi taqwa adalah pribadi yang mencari harta dengan jalan yang suci, dan dapat mensucikan pendapatan serta harta kekayaan tersebut melalui sedekah, zakat harta dan zakat fitrah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Ramadhan membentuk kita menjadi manusia taqwa yaitu manusia yang mempunyai jiwa yang suci, pikiran yang suci, pribadi yang suci, harta dan pekerjaan yang suci. Manusia taqwa harus memiliki seluruh dimensi kehidupan tersebut, mengamalkan Islam secara kaaffah, secara total. Islam dalam kepribadian, Islam dalam harta kekayaan, Islam dalam mencari pekerjaan, Islam dalam kehidupan budaya ,sosial, ekonomi dan politik Islam dalam pemikiran, Islam dalam seluruh dimensi kehidupan. Inilah tujuan ramadhan. Membentuk manusia dalam suasana keislaman dalam seluruh sisi kehidupan.
Bukanlah manusia taqwa jika sibuk dengan shalat, umrah dan haji sahaja tanpa mengeluarkan zakat harta sedangkan hartanya telah sampai pada nisab. Dia tidak pernah peduli dengan nasib faqir miskin, tidak peduli dengan keadaan orang Islam yang lain, tidak peduli dengan keadaan madrasah, pesantren, masjid, perpustakaan Islam, rumah sakit Islam, surat kabar Islam, sarana – sarana dakwah dan perjuangan umat Islam yang masih memerlukan bantuan serta uluran tangan para aghniya.
Al Quran menyatakan : “ Tidaklah kamu sekali-kali dapat mencapai kebaikan yang sempurna sebelum kamu menginfaqkan sebagian dari harta kekayaan yang kamu miliki dan cintai “ ( QS. Ali Imran : 92 ).
Rasulullah juga bersabda : “ Bukanlah termasuk umatku mereka yang tidak pernah peduli dengan keadaan umat Islam yang lain “ Bukan manusia taqwa jika dia sibuk berzikir saja , sibuk membaca Al Quran sedangkan perbuatannya masih dipenuhi oleh hawa nafsu, oleh rasa sombong, tamak, angkuh, sehingga dia merasa hanya dirinya, kelompoknya, golongannya saja yang suci dan islami sedangkan yang lain semuanya salah. Manusia taqwa adalah manusia ukhuwah, dan tawadhu’, bukan manusia sombong dan angkuh.
Manusia taqwa adalah manusia yang mempunyai sikap, tingkah laku dan berbuatannya sehari-hari dapat menjadi rahmat bagi manusia yang lain sehingga dapat mengajak manusia kepada nilai-nilai Islam. Inilah manusia “ rahmatan lil alamin “.
Bukan manusia taqwa mereka yang dalam sehidupan sehari-hari selalu berbuat baik kepada manusia yang lain, tetapi dia lupa untuk baik kepada Allah melalui shalat dan qiyamullail. Bukan juga manusia taqwa mereka yang mempunyai kehebatan luar biasa seperti terbang di atas angin, sehingga sampai ke tingkat keramat , wali , setengah nabi , tetapi shalat dan pelaksanaan syariat Islam tidak pernah terbukti.
Pribadi taqwa adalah pribadi yang sempurna. Pribadi yang mempunyai jiwa dan nafsu terkendali dengan syariat agama. Pribadi yang selalu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan petunjuk Tuhan. Pribadi yang memiliki harta kekayaan yang dipergunakan untuk membantu makhluk yang membutuhkan. Pribadi taqwa yang dibentuk oleh Ramadhan seperti inilah pribadi yang dapat kembali kepada fitrah kemanusiaan, fitrah hamba Allah yang suci. Inilah pribadi Idul Fitri.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamd.
Pribadi taqwa dan pribadi fitrah yang suci seperti inilah yang dibentuk oleh Allah sekarang ini untuk dapat menguasai dunia. Dibentuk untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi, membawa manusia dan kehidupan kepada kehidupan yang lebih cemerlang dengan tamadun bagi kemanusiaan.
Tokoh Sosiologi Dunia, Ibnu Khaldun telah menyatakan bahwa pergantian kejayaan umat manusia menurut tinjauan sejarah berganti setiap tujuh abad. Pada abad pertama sampai abad ke tujuh dunia di kuasai oleh bangsa Yunani dan Romawi. Dari abad ke tujuh sampai abad ke empat belas, dunia dikuasai oleh ummat Islam , terbukti sejak zaman nabi dan sahabat dengan kecemerlangan akhlak dalam masyarakat Madinah, dilanjutkan dengan zaman keemasan ilmu pengetahuan, dan peradaban seperti di Baghdad, Cordova, di Andalusia sampai kepada kejayaan Dinasti Usmaniyah di Turki. Sejak abad ke-empat belas sampai abad sekarang, dunia di kuasai oleh budaya dan peradaban Barat. Akhir-akhir ini telah Nampak mulai keruntuhan barat yang ditandai dengan keruintuhan rezim Komunisme, disusul dengan kehancuran ekonomi kapitalisme, bergeser sedikit demi sedikit digantikan oleh sistem skonomi syariah. Pada saat yang sama di negeri Barat, setiap hari Islam tambah diminati, sehingga masyarakat mulai mencari kebenaran dari ayat-ayat Al Quran, sistem kehduan Islam, dari pribadi Rasulullah. Inilah yang menyebabkan bertanbah hari bertambah banyak masyarakat barat yang memeluk agama Islam, sebab setelah melakukan pencarian dan pengkajian ternyata sistem Islam merupakan solusi kehidupan di masa depan.
“ Demikianlah hari-hari itu ( masa kejayaan dan masa kehancuran ) Kami pergilirkan di antara manusia agar Allah dapat membedakan orang yang beriman daripada orang yang kafir dan supaya sebagian dari mereka menjadi syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim “ ( QS. Ali Imran : 140 ).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Ini semua bukan kebetulan. Tetapi taqdir Allah yang telah direncanakan dan ditentukannya dengan Qadha dan Qadar-Nya. Berarti di dalam al Quran, di dalam pribadi kehidupan rasulullah, di dalam system Islam terdapat nilai-nilai yang harus kita kaji untuk menjadi pelajaran dan pedoman bagi umat manusia khususnya bagi umat islam.
“ Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah..dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatkan untuk menghadapi hari esok dan bertaqwalah kepada Allah . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan .Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq . Tidaklah sama penghuni neraka dengan penghuni syurga. Penghuni syurga itulah mereka yang menang dan beruntung “. ( QS. Al Hasyr : 18 - 20 )
Dari ayat ini Allah menyuruh kita umat Islam, untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi abad mendatang , menghadapi problematikan kehoidupan yang bersifat individual, bersifat sosial, dan global dengan penuh ketaqwaan. Kita tidak boleh seperti mereka yang selama ini memerintah di masa-masa yang lalu dengan sikap melupakan Tuhan sehingga Allah melupakan diri mereka sendiri, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Itulah sikap orang yang fasiq. Dunia pada saat sekarang ini telah hancur karena diperintah oleh mereka yang fasiq. Maka kita sebagai umat yang ditempa oleh ramadhan harus mempersiapkan diri untuk menggantikan kedudukan mereka tersebut.
Kita harus dapat mengambil kepemimpinan di abad mendatang dengan pribadi beriman, pribadi yang suci, pribadi taqwa. Inilah pribadi “ minal Aidin wal faizin “, pribadi yang kembali kepada fitrah ” Minal Aidin ” untuk meraih kemenangan ” Wal Faizin ”. Pribadi ” Minal Aidin ” adalah pribadi yang kembali kepada fitrah iman, fitrah kesucian, fitrah menjadi manusia yang bertaqwa. ” Wal Faizin ” adalah pribadi yang dapat meraih kemenangan, pribadi yang berprestasi, pribadi yang tangguh dalam menghadapi setiap tantangan dan poblematika kehidupoan, pribadi khalifah Allah di muka bumi.
Semoga kita dapat memasuki kehidupan di tahun-tahun mendatang dengan jiwa yang suci, jiwa yang selalu bertaqarrub kepada Allah, jiwa yang dibentuk oleh shalat dan qiyamullail, bukan jiwa yang hampa dan lepas dari bimbingan Allah Taala.
Semoga kita dapat menghadapi setiap tantangan masa depan dengan pribadi yang suci, pribadi yang dapat mengendalikan nafsu dan emosi, pribadi shiyam, bukan pribadi yang tamak akan kekayan dan kedudukan, bukan pribadi yang sibuk dengan kehidupan materialime, hedonisme, pribadi foya-foya, pribadi bebas merdeka tetapi menjadi budak hawa nafsu dan tunduk di bawah rayuan syetan dan godaan dunia.
Semoga kita dapat memasuki kehidupan mendatang dengan pedoman Al Quran dan mencontoh kehudpna Rasul sehingga menjadi masyarakat yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Masyarakat yang suka kerja keras untuk mengolah sumber daya alam, sebagai bukti kekhalifahan manusia di muka bumi. Berusaha mencari kekayaan dari sumber yang halal, menjadi masyarakat yang berprestasi , masyarakat produktif, masyarakat yang berakhlak mulia, masyarakat yang peduli dengan yang lain, dan siap berbagi dalam setiap kehidupan, sehingga masyarakat muslim merupakan masyarakat teladan sebagaimana yang telah dilakukan oleh masyarakat-masyarakat muslim terdahulu.
Masyarakat muslim adalah masyarakat yang aktif, produktif, bukan masyarakat yang malan dan konsumtif. Masyarakat muslim adalah masyarakat berilmu, berwawasan, berpikir untuk masa depan bukan masyarakat yang jahil, statis, fanatik, dan jumud. Masyarakat muslim adalah masyarakat yang membina akhlak mulia, persaudaraan sesama manusia, dan siap memberikan pelayanan terbaik kepada mereka yang memerlukan, bukan masyarakat individualis, egois, tertutup dan mementingkan kepentingan diri dan hawa nafsu. Inilah masyarakat ramadhan, masyarakat fitrah, masyarakat rtakbir, tahlil dan tahmid, masyarakat yang bertaqwa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar , Allahu Akbar walillahilhamd.
Kita harus waspada bahwa setelah ramadhan berlalu ,syetan akan menggoda kita sehingga jiwa, pikiran dan hati kita kembali kotor, nafsu kita kembali tak terkendali, budaya berfoya-foya, budaya miras dan narkoba, budaya korupsi dan nepotisme, budaya pub dan diskotik, budaya berbusana modern tanpa menutup aurat, budaya hura-hura, akan menjerat kita kembali menjadi manusia yang nista.
Wahab bin Munabbih menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadis pernah bersabda : “ Jika tiba hari raya Idul fitri maka Iblis berteriak memanggil seluruh pasukan dan anakbuahnya. Seluruh anak buah dan pasukan Iblis bertanya : Wahai pemimpin kami, apakah yan telah terjadi..sehingga engkau memanggil kami semua berkumpul disini..?
Maka berkata iblis : “ Aku kumpulkan kalian karena ada sesuatu yang penting. Ketahuilah bahwa pada hari ini , hari raya Idul Fitri, Allah Taala telah memberikan ampunan-Nya kepada umat Muhammad. Maka sekarang tugas kalian semua adalah menggoda mereka semua sehingga mereka kembali sibuk dengan kehidupan yang berfoya-foya, berpesta pora dengan segala kesenangan dunia, sehingga mereka tenggelam dalam nafsu birahi serta minuman yang memabukkan sehingga akhirnya Allah Taala kembali marah terhadap keadaan mereka yang sedemikian rupa”.
Orang mukmin yang sadar dan berakal, akan berusaha agar dirinya setelah ramadhan ini tetap dalam keadaan kesucian diri, hidup dengan penuh ketaatan dan ketaqwaan, dan mencegah dirinya dari kehidupan pesta pora, kehidupan hura-hura, kehidupan yang penuh dengan nafsu dan mencari kesenangan semata.
Rasulullah saw bersabda : “ Jika datang kepadamu hari raya Idul fitri, maka bersungguh-sungguhlah kamu pada hari itu untuk memberikan sedekah , dan melakukan perbuatan yang baik, seperti mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, membaca tasbih, membaca tahlil, karena pada hari itu Allah akan memberikan ampunan-Nya atas dosa-dosamu , dan menerima setiap doa – doa kamu, serta melihat kamu sekalian dengan pandangan penuh rahmat “.
Itulah sebabnya Anas bin Malik berkata bahwa ada lima Hari Raya bagi seorang muslim. Hari Raya pertama jika seseorang itu dapat melalui hari-harinya tanpa melakukan suatu dosa. Maka hari yang suci itu menjadi hari raya baginya.
Hari Raya kedua jika seseorang itu meninggalkan dunia dengan keimanan dan mati syahid, serta terlepas dari godaan syetan. Maka hari itu menjadi hari raya kedua baginya.
Hari Raya ketiga jika seseorang itu nanti di hari akhirat dapat melintas di atas shirat atau jembatan di akhirat dengan selamat dari api neraka dan terhindar dari siksaan kiamat. Itu merupakan hari raya ketiga baginya.
Hari raya ke-empat adalah hari dia akan masuk ke dalam syurga.
Sedangkan hari raya ke-lima adalah hari dia dapat melihat Tuhannya Allah subhana wataala di hari akhirat kelak.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd.
Semoga kita dapat memasuki kehidupan mendatang dengan pribadi taqwa dan suci, pribadi yang mengamalkan Islam dalam seluruh dimensi, sehingga kita menjadi pribadi yang suci , pribadi Minal Aidin..( pribadi yang kembali kepada fitrah yang suci ) sehingga kita menjadi pribadi “ Faizin “ pribadi yang dapat meraih kemenangan di masa-masa mendatang.
Semoga Allah menerima ibadah kita selama bulan ramadhan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri….Mohon Maaf lahir dan Batin..
Taqabalallahu minnaa wa minkum….Minal Aidin wal Faizin
Kuala lumpur, 1 Syawal 1431/10 September 2010
MUHAMMAD ARIFIN ISMAIL
No comments:
Post a Comment