CARA RASULULAH MENYAMBUT HARI RAYA
“ Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan puasa ramadhan , kemudian bertakbir mengagungkan Allah “ ( QS. AlBaqarah : 185 )
Biasanya menjelang hari raya Idul Fitrie , masyarakat kita membuat sekian banyak persiapan. Ada yang sibuk membeli baju baru, sepatu baru, celana baru, dan segala perlengkapan diri lainnya. Ada lagi yang sibuk mengganti perabot rumah dari kursi sampai tempat tidur yang baru, dan ada yang sibuk mengecat rumah. Ada lagi kelompok yang sibuk dengan membuat kue , dan membeli segala persiapan makanan dan minuman yang beraneka ragam dengan alasan menghadapi lebaran. Tanpa disadari kesibukan itu semua kadang-kadang menganggu kekhusyukan suasana bulan ramadhan. Sepatutnya di hari-hari terakhir bulan ramadhan kita lebih bergiat dalam beribadah, bertadarus, beri’tikaf, dan lain sebagainya; ternyata di saat akhir itulah kita bergiat dalam berbelanja dan menghabiskan uang yang kadang-kadang terkesan mubazir.
Puasa sepatutnya membentuk kita menjadi manusia yang sederhana, ternyata di akhir puasa kita bersiap-siap menjadi manusia yang mempamerkan kekayaan melalui pakaian, perabot rumah tangga dan lain sebagainya. Dengan puasa kita dibentuk menjadi manusia pemurah, manusia pemberi, bukan manusia yang rakus, yang hanya memikirkan perut dan diri sendiri. Ternyata suasana hari raya sering membuat kita lupa diri, sehingga kita hanya sibuk membeli makanan dan minuman dan segala sesuatu hanya untuk diri sendiri, sementara disana masih sekian banyak orang yang memerlukan bantuan. Kita beranggapan sudah ada yang mengurus keperluan hidup mereka , dan kita beranggapan bahwa mereka itu sudah cukup diberi zakat fitrah yang hanya berjumlah lima ringgit, sementara kita dapat menghabiskan uang sebanyak lima puluh atau seratus ringgit dalam sekejap mata. Inikah sikap manusia ramadhan..?
Tanpa terasa persiapan menghadapi hari raya yang seharusnya lebih banyak bersifat ibadah, ternyata telah berubah menjadi budaya dan tradisi yang bersifat foya-foya, pamer kekayaan materi, dan hanya memikirkan diri sendiri. Dalam sebuah hadis , rasulullah menganjurkan kita agar mempersiapkan diri pada waktu hari raya dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan sabda beliau : “ Zayyinu A’yaadakum bittakbiir “, hiasilah hari rayamu dengan mengagungkan nama Allah “. Dalam hadis lain beliau juga menyatakan : “ Layyinu al I’daini bittahlil, wattaqdis, wattahmid, wattakbir “, Lunakkanlah dua hari raya idul fitri dan idul Adha dengan banyak membaca ucapan tahlil , tahmid ( memuji Allah ) dan taqdis ( mensucikan nama Allah )”. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan diri menjelang hari raya :
1. Memperbanyak takbir di malam hari raya. Setelah terbenam matahari di akhir bulan ramadhan, kita dianjurkan untuk memperbanyak mengucapkan takbir “ Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar....Laa ilaaha illallah wallahu Akbar ..Allahu Akbar walillahilhamd “, dengan penuh penghayatan akan makna yang terkandung di dalamnya. Sepatutnya setiap individu pada malam hari raya tersebut selalu mengumandangkan ucapan takbir ini, baik di rumah, di atas kenderaan, di masjid, dan dimana saja . Takbir ini dibaca dengan penuh perasaan mengangungkan nama Allah, bukan asal teriak memakai pengeras suara. Ucapan takbir tersebut juga tidak boleh dikotori oleh perbuatan yang tidak baik, seperti sambil duduk-duduk lepak, tetapi harus dilakukan dengan penuh ketenangan dan kesyahduan. Sehingga yang membaca dan yang mendengar benar-benar merasakan kebesaran Allah subhana wataala. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda : “ Barangsiapa yang menghidupkan malam yang lima maka wajiblah baginya surga : Malam tarwih ( malam 8 Dzulhijjah ), malam hari Arafah ( malam 9 Dzulhijjah ), malam Hari Qurban ( malam 10 Dzul hijjah ) , malam hari raya Idul Fitri, dan malam nisfu sya’ban. ( Hadis riwayat Asfahani / kitab Targhib wa t tarhib , jilid 2 , ms 152 ).
2. Pada malam hari raya diharapkan kita semua dapat menjaga diri agar kita semua tidak terjebak oleh bisikan dan rayuan syetan yang akan menyuruh kita berbelanja tanpa mengenal batas, atau membeli sesuatu yang kurang bermanfaat seperti lilin, mercon, dan lain sebagainya. Ini semua bukan tradisi Islam. Tradisi Islam adalah kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah kepada Allah, seperti melakukan shalat tasbih, shalat tahajjud , berdoa, membaca Al Quran, bertakbir, bertahmid, membaca tahlil dan lain sebagainya. Jika di zaman dahulu, masyarakat kita selalu berkumpul di masjid untuk bertakbir atau shalat tasbih di malam hari raya, ternyata saat sekarang kita lihat lebih banyak masyarakat kita berkumpul di plaza, di pasar, di shoping centre daripada di masjid. Rasulullah saw bersabda : “ Barangsiapa melaksnakan qiyamullail ( beribadah ) di malam hari raya idul fitri dan idul adha denghan penuh muhasabah diri, maka hatinya tidak akan mati di saat hati semua orang akan mati “ ( hadis riwayat Ibnu Majah ).
3. Di mulai dari malam hari sampai pagi hari raya kita dianjurkan bersegera untuk mengeluarkan zakat fitrah, sebagai simbol agar kita peduli dengan nasib orang lain , para faqir miskin yang ada di samping kita. Rasulullah saw bersabda : “ Diwajibkan zakat fitrah sebagai pembersihan bagi yang berpuasa, daripada sikap sia-sia ( lagha ) dan perkataan yang tidak berguna ( faras ), dan merupakan pemberian kepada faqir miskin, maka barangsiapa yang melaksanakannya sebelum menunaikan shalat idul fitri maka dia menjadi zakat yang akan diterima, tetapi jika dikeluarkan setelah shalat maka dia menjadi sedekah biasa “ ( riwayat Abu daud , Ibnu Majah, dan Hakim ). “ Satu sha’ daripada biji-bijian dan gandum wajib bagi setiap orang yang kecil, besar, merdeka, hamba sahaya, lelaki , perempuan, kaya dan miskin, jika kamu kaya maka Allah akan membersihkan kamu, dan jika kamu faqir maka Allah akan mengembalikan kepadamu lebih daripada apa yang kamu berikan “ ( riwayat Ahmad dan Abu daud ). “ Puasa ramadhan yang tidak dilanjutkan dengan membayar zakat fitrah maka puasanya tidak akan diangkat ke langit, tergantung antara bumi dan langit “ ( riwayat Abu hafas ).
Alhamdulillah kita telah menunaikan kewajiban zakat fitrah tersebut tetapi kadang-kadang sangat disayangkan jika hati kita belum tersentuh untuk peduli dengan nasib mereka. Hal ini terbukti dimana kita masih dengan seenaknya berbelanja sepuas hati , membeli pakaian yang mahal tanpa memikirkan disana masih ada orang yang tidak punya pakaian, kita masih dapat menikmati makanan yang mahal dan lezat di restoran dan café tanpa memikirkan bahwa disana masih ada orang yang sedang kelaparan. Memang kita telah menunaikan zakat fitrah, tapi sayangnya hati kita belum juga tersentuh.
Bandingkan dengan sikap nabi muhammad saw dipagi hari raya, di saat keluar dari rumahnya, beliau melihat ada seorang anak yang menangis , maka beliau segera bertanya kepada anak tersebut: “ Mengapa engkau menagis..?”. Dia menjawab : “ saya menangis sebab semua kawannya berbaju baru sedangkan dia tidak mempunyai apapun “? Setelah diselidik ternyata dia itu adalah seorang anak yatim. Nabi berkata : “ Maukah kamu jika Muhammad menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu.? Nabi segera membawa anak itu ke rumah, di mandikan, diberi pakaian dan diberi makanan, sehingga hati si anak terhibur karena mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad. Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa yang utama di pagi hari raya adalah adanya perhatian dari mereka yang memiliki kaya kepada mereka yang miskin, perhatian dari atasan kepada bawahan, perhatian dari pihak yang berkuasa kepada rakyat biasa, bukan sebaliknya.
4. Di pagi hari raya, sebaiknya kita bersiap-siap untuk menunaikan shalat hari raya dengan penuh khidmat. Disunatkan memakai pakaian yang baik, memakai wangi-wangian. Ini sebagai pendidikan agar kita selalu menghormati ibadah shalat, menghormati masjid . Kalau memang mempunyai pakaian yang baru, maka pakailah pertama kali untuk pakaian shalat. Sangat disayangkan kadang-kadang masih ada dalam masyarakat muslim yang tidak pernah peduli dengan pakaian shalat. Sewaktu shalat hari raya dia memakai pakaian yang biasa saja, tetapi setelah pulang shalat mulailah segala pakaian kebesaran dipakai. Sepatutnya waktu shalat itulah dia disunatkan untuk memakai pakaian yang baik.
Rasulullah saw bersabda : “ Pada pagi hari Idul Fitri, malaikat akan berdiri di setiap jalan-jalan dan menyerui : Wahai kaum muslimin, segeralah kamu keluar dari rumahmu menuju kepada Tuhanmu yang akan memberikan kepadamu nikmat sebanyak-banyaknya dan memberikan pahala kepadamu sekalian. Kamu telah diperintahkan untuk qiyamullail, dan kamu telah mengerjakannya. Kamu diarahkan untuk berpuasa di siang hari, dan kamu telah melaksanakannya, dan kamu telah mentaati tuhanmu maka kamu berhak untuk mendapat hadiah”. Apabila umat muslimin tersebut berdiri melaksanakan shalat idul fitri, maka berserulah malaikat tersebut : “ Ketahuilah bahwa sesungguhnya Tuhan kamu relah memberikan ampunanNya kepada kamu sekalian, maka kembalilah kamu dengan penuh petunjuk dariKu ke rumah-rumah kamu karena hari ini adalah hari pemberian hadiah, dan pada hari raya Idul Fitri bagi penduduk langit disebut dengan hari pemberian hadiah “ ( riwayat Thabrani ).
5. Setelah selesai melaksanakan shalat , kita juga dianjurkan untuk mendengarkan khutbah hari raya, sehingga kita dapat menilai bagaimanakah hasil pelaksanaan puasa selama bulan ramadhan yang baru saja berlalu. Kemudian dengan khutbah tersebut diharapkan kita dapat mempunyai semangat baru untuk memulai hidup sebelas bulan mendatang. Dengan khutbah tersebut diharapkan kita dapat merenungkan diri kita, apakah saya telah lulus dengan keputusan yang memuaskan dari ujian bulan ramadhan..? Atau hanya lulus dengan keputusan cukup, sedang atau kurang. Hanya diri kita sendiri yang dapat menilai hasil dari puasa kita sendiri.
6. Selesai proses pelaksanaan shalat dan khutah, kita segera bersalam-salaman. Dengan berpuasa kita berharap agar dosa kita kepada Allah telah diampuni, tetapi bagaimana dengan dosa dan kesalahan kita dengan sesama manuisa..? Maka untuk menjadi manusia yang suci, lahir dan bathin, kita harus bersegera saling bermaaf-maafan., Dalam hadis disebutkan bahwa “ Setiap anak Adam mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertobat , memohon ampun dan memohon maaf “ Budaya saling kunjung-mengunjungi antar keluarga, antar tetangga, antar kawan sekerja, antar jamaah, perlu ditingkatkan lagi. Budaya ini telah hampir punah dan telah berganti dengan mengunjungi tempat hiburan, mengunjungi plaza, shoping center, mengunjungi objek wisata dan tempat rekreasi. Dahulu, kita selalu mengenang dan melihat baik anak-anak kecil maupun orang dewasa semuanya berlomba untuk saling mengunjungi, dan malu rasanya kalau ada rumah yang belum terkunjungi di saat hariraya seperti ini.
7. Dalam bulan syawal nanti, kita juga disunatkan untuk berpuasa enam hari di antara hari-hari bulan syawal. Orang yang sukses dalam berpuasa adalah mereka yang dapat melaksanakan nilai-nilai puasa dalam bulan-bulan setelah ramadhan. Jangan sampai dengan berlalunya ramadhan kita segera melupakan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Agar kita tidak lupa , maka dalam bulan syawal tersebut kita disunatkan untuk melaksanakan puasa sunat syawal selama enam hari. Dalam hadis disebutkan bahwa barangsiapa berpuasa ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari dalam bulan syawal, maka pahalanya bagaikan berpuasa selama satu tahun penuh.
Dengan berakhirnya bulan ramadhan bukanlah berarti telah berakhir pula tradisi ramadhan , tetapi diharapkan kita dapat meneruskannya tradisi ramadhan dalam sepanjang tahun. Tradisi tarawih dalam ramadhan kita lanjutkan dengan tradisi shalat jamaah setiap waktu. Tradisi tadarus al quran dilanjutkan dengan tradisi membaca Al Qur an setiap hari. Tradisi bangun sahur diteruskan dengan tradisi bangun sebelum subuh, untuk melakukan shalat malam, shalat tahajjud dan qiamullail atau membaca Al Quran dan beristighfar. Tradisi puasa di siang hari, kita teruskan dengan tradisi menjaga diri dari segala hawa nafsu dan memelihara diri dari berbuat dosa. Tradisi-tradisi ramadhan tersebut perlu kita budayakan sepanjang tahun, sehingga di siang hari, kita beraktifitas dan bekerja dengan penuh kesucian diri, terhindar dari noda dan dosa; dan di malam hari kita selalu bermunajat kepada-Nya.
Dengan tradisi ramadhan kita berharap di siang hari menjadi pemimpin , menjadi khalifah Allah; dan di malam hari menjadi ahli ibadat, hamba yang selalu bermunajat kepada-Nya. Inilah profil seorang muslim sebagaimana digambarkan dalam ucapan Rasulullah sawmenerangkan cara hidup yang dilakukan oleh beliau dan sahabatnya “ Nahnu Asadan finnahari wa ruhbaanan fillail “, kami ini laksana singa padang pasir ( panglima perang ) di siang hari, dan menjadi rahib yang selalu beribadat di malam hari “. Semoga pendidikan ramadhan memberi kesan dalam kehidupan kita, sehingga kita menjadi manusia yang kembali kepada fitrah yang suci, fitrah sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
8. Wasapada terhadap gangguan syetan setelah berakhirnya puasa ramadhan. Wahab bin Munabbih menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadis pernah bersabda : “ Jika tiba hari raya Idul fitri maka Iblis, si raja jin akan berteriak memanggil seluruh pasukan dan anakbuahnya. Seluruh anak buah dan pasukan Iblis bertanya : Wahai pemimpin kami, apakah yan telah terjadi..sehingga engkau memanggil kami semua berkumpul disini..? Iblis berkata : “ Aku kumpulkan kalian karena ada sesuatu yang penting. Ketahuilah bahwa pada hari ini , hari raya Idul Fitri, Allah Taala telah memberikan ampunan-Nya kepada umat Muhammad. Maka sekarang tugas kalian semua adalah menggoda mereka semua sehingga mereka kembali sibuk dengan kehidupan yang berfoya-foya, berpesta pora dengan segala kesenangan dunia, sehingga mereka tenggelam dalam nafsu birahi serta minuman yang memabukkan sehingga akhirnya Allah Taala kembali marah terhadap keadaan mereka yang sedemikian rupa”.
Rasulullah saw bersabda : “ Jika datang kepadamu hari raya Idul fitri, maka bersungguh-sungguhlah kamu pada hari itu untuk memberikan sedekah , dan melakukan perbuatan yang baik, seperti mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, membaca tasbih, membaca tahlil, karena pada hari itu Allah akan memberikan ampunan-Nya atas dosa-dosamu , dan menerima setiap doa – doa kamu, serta melihat kamu sekalian dengan pandangan penuh rahmat “.
Itulah sebabnya seorang sahabat Nabi bernama Anas bin Malik berkata bahwa ada lima Hari Raya bagi seorang muslim : Hari Raya pertama jika seseorang itu dapat melalui hari-harinya tanpa melakukan suatu dosa. Maka hari yang suci itu menjadi hari raya baginya. Hari Raya kedua jika seseorang itu meninggalkan dunia dengan keimanan dan mati syahid, serta terlepas dari godaan syetan. Maka hari itu menjadi hari raya kedua baginya. Hari Raya ketiga jika seseorang itu nanti di hari akhirat dapat melintas di atas shirat atau jembatan di akhirat dengan selamat dari api neraka dan terhindar dari siksaan kiamat. Itu merupakan hari raya ketiga baginya. Hari raya ke-empat adalah hari dia akan masuk ke dalam syurga. Sedangkan hari raya ke-lima adalah hari dia dapat melihat Tuhannya Allah subhana wataala di hari akhirat kelak.
Semoga setelah ramadhan berlalu kita dapat menghadapi kehidupan di masa mendatang dengan pribadi taqwa dan suci, pribadi yang mengamalkan Islam dalam seluruh dimensi, sehingga kita menjadi pribadi yang suci , pribadi Minal Aidin..( pribadi yang kembali kepada fitrah yang suci ) sehingga kita menjadi pribadi “ Faizin “ pribadi yang dapat meraih kemenangan di masa-masa mendatang. Amien Amien Ya rabbal Alamin.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus
Selamat Hari Raya Idul Fitri….Mohon Maaf lahir dan Batin..
Taqabalallahu minnaa wa minkum….Minal Aidin wal Faizin
No comments:
Post a Comment