SUNATULLAH KEMENANGAN
Jika si A bekerja selama delapan jam, dan si B ingin mengalahkan prestasi si A, maka si B harus bersungguh-sungguh dalam bekerja, bahkan lebih daripada itu dia harus dapat berkorban waktu dimana jika si A bekerja 8 jam, maka dia harus bekerja lebih lama satu atau dua jam, sehingga prestasi kerja si B akan lebnih unggul daripada prestasi si A. Ini merupakan sunnatullah dalam setiap kemenangan. Kunci kemenangan adalah bekerja dengan kesungguhan, dan berani berkorban. Dengan kesungguhan dan kesediaan diri berkorban itulah seseorang dapat mengalahkan musuh, lawan, godaan dan tantangan, sehingga dia dapat mencapai prestasi khalifah di muka bumi. Inilah sebenarnya pesan yang tersirat daripada ayat-ayat dalam surah Al kaustar : ” Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al kautsar, maka dirikanlah shalat kepada Tuhanmu, dan berkorbanlah. Sesungguhnya dengan hal demikian musuh engkau akan hancur binasa ” ( QS. Al kautsar : 1-3).
” Inna A’thainaaka Kal Kausar ” diartikan ” Sesuungguhnya Kami ( Allah ) telah memberikan kepadamu al Kausar”. Dalam kitab tafsir ” Durarur mansur ” karangan Imam Suyuthi dinyatakan bahwa makna al Kausar ada dua arti. Pertama bermakna telaga Kausar di akhirat kelak. Kedua, alKausar juga bermakna nikmat dan kebaikan banyak yang didapat oleh seseorang di dalam hidupnya di dunia ini ( al Khairul Kasir ) , baik itu nikmat harta, nikmat kesehatan, nikmat ilmu, nikmat kekuasaan dan lain sebagainya. Nikmat tersebut merupakan modal bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Barangsiapa yang dapat memakai dan mempergunakan nikmat kesehatan, nikmat waktu, nikmat tenaga, nikmat harta, nikmat ilmu , nikmat kekuasaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah dia akan mendapat kejayaan di dunia dan juga mendapatkan minum dari sungai al kausar di akhirfat nanti.
Mempergunakan nikmat dengan cara yang baik, berguna, bermanfaat bagi kehidupan diri dan manusia merupakan sikap mensyukuri nikmat. Tetapi jika nikmat disia-siakan, waktu dibuang-buang, harta dihambur-hamburkan untuk hiburan, kekuasaan hanya untuk mencari populeritas dan kekayaan, maka seseorang itu tidak bersyukur kepada nikmat. Untuk itulah ayat selanjutnya memerintahkan manusia untuk memakai nikmat dengan cara yang baik, efektif, bermanfaat dunia dan akhirta. Perintah tersebut dinyatakan dalam ayat ” Fa Shalli li rabbika ”, maka dirikanlah shalat kepada Tuhanmu. Cara bersyukur nikmat adalah dengan mendirikan shalat ritual kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat, dilanjutkan dengan ”shalat sosial ”dengan cara mempergunakan harta kekayaan untuk keperluan hidup diri dan manolong manusia yang lain, mempergunakan tenaga dan badan untuk bersikap mulia, , mempergunakan waktu dengan positip, mempergunakan kekuasaan untuk kemaslahatan rakyat, dan lain sebagainya. Dengan pemakaian nikmat sesuai dengan perintah Allah, dan menghindarkan diri dari segala yang tidak berguna barulah seseorang itu menjadi manusia yang berkualitas, dan menjadi umat yang berprestasi. Sebagai contoh, umat islam zaman dahulu jika memiliki kekayaan maka mereka mempergunakan kekayaan untuk membangun sekolah, universitas, perpustakaan, rumah sakit, dan segala seuaatu yang bermanfaat bagi manusia yang lain.
Itulah yang terjadi pada zaman kegemilangan Bagdad, Andalusia, Turki Usmaniyah, dan lain sebagainya. Tetapi jika kekayaan itu hanya dipakai untuk mencari kesenangan hidup, untuk bermewah-mewah maka umat tersebut tidak mempunyai kulitas dan prestasi. Lihat pada hari ini, sebagian umat islam memiliki kekayaan berlimpah-limpah tetapi kekayaan tersebut bukan dipakai untuk mendirikan sekolah, dan universitas yang bermutu, bukan untuk riset dan teknologi, bukan untuk membangun pusat peradaban bagi masyarakat; tetapi hanya dipergunakan untuk membangun dan mendirikan hotel-hotel mewah seperti al Buruj di Dubai, atau dipakai untuk bersenang-senang seperti membuat bunga api dalam pembukaan sebuah hotel di Dubai baru-baru ini dengan biaya 27 juta dolar amerika melebihi bunga api dalam pembukaan Olimpiade Beijing, dan lain sebagainya; maka akibatnya kekayaan umat islam yang begitu hebat tidak ada manfaat bagi kemajuan umat. Pada waktu yang sama orang kafir , negara bukan islam memiliki universitas yang bermutu, pusat riset sehingga dapat mengeluarkan teknologi yang canggih , menguasai pusat media, informasi, persenjataan yang berkualitas, padahal kekayaan mereka kalah dibandingkan kekayaan negara-negara petrodollar.. Dengan demikian kita dapat katakan mengapa umat islam kalah, sebab mereka baru melakukan shalat ritual, tetapi belum melakukan shalat sosial dalam mempergunakan nikmat yang Allah berikan kepada mereka.
Syarat kedua dalam mencapai kemenangan adalah pengorbanan. Inilah maksud ayat al Quran Wanhar ”, dan berkorbanlah. Berkorban disini bukan hanya berkorban menyembelih kambing, tetapi jika umat islam ingin mengalahkan musuh, ingin mencapai kemenangan maka ada kewajiban untuik mengorbankan harta kekayaan, ilmu pengetahuan, kekuasaan, waktu dan kesehatan, semuanya harus dipergunakan untuk mencapai kejayaan umat secara bersama, bukan untuk kepentingan diri sendiri, bukan untuk kelompok dan partai, bukan untuk kesenangan diri sendiri, tetapi untuk kemaslahan umat islam secara jamaah, semuanya. Jika orang kaya telah mengorbankan kekayaannya untuk dana pendidikan, ekonomi, teknologi umat, jika penguasa mengorbankan kekuasaannya untuk menegakkan hukum yang menguntungkan umat, jika profesor dan ilmuwan mempergunakan ilmunya untuk membangun teknologi dan inovasi umat, dan jika orang awam mempergunakan waktunya untuk menolong umat, barulah umat islam dapat mengalahkan musuh dan orang kafir. Itulah sebabnya ayat tersebut dilanjutkan dengan ayat ” Inna syani’aka huwal abtar ”, sesungguhnya musuh-musuh engkau akan hancur. Inilah syarat dan sunatullah dalam mencapai kemenangan.
Dari keterangan diatas mari kita teliti mengapa umat islam belum menang, belum dapat mengalahkan musuh ? Sebab umat Islam belum melakukan pengorbanan untuk perjuangan dan kemajuan umat. Umat islam belum berkorban waktu dengan cara mempergunakan waktu kepada hal yang positip lebih daripada pemakaian waktu orang kafir. Umat islam belum berkorban ilmu, dimana melakukan riset dan pengkajian lebih daripada yang dilakukan oleh orang kafir. Umat islam belum mengorbankan kekayaan yang dimiliki untuk kepentingan umat islam yang lain. Malahan kekayaan umat islam dikeruk habis oleh orang kafir untuk keuntungan mereka. Perpustakaan kongres Amerika yang sangat terkenal itu hanya dibiayai oleh seorang konglomerat yang merupakan donatur tetap. Starbuck coffe yang tersebar di seluruh dunia mempergunakan sebagian besar keuntungannya untuk sumbangan kepada negara israel. Pada waktu yang sama umat Islam hanya sibuk korban kambing yang seharga lima ratus ribu, atau sebagian sapi setiap tahun. Sedangkan dana untuik pendidikan umat, membangun ekonomi umat, membangun madrasah, universitas, perpustakaan, pusat riset dan teknologi, bea siswa bagi pelajar dan mahasiswa cemerlang tidak pernah mendapat perhatian dari umat islam. Mana pengorbanan kita untuk membantu kemisikinan umat? Mana pengorbanan kita untuk mereka yang putus sekolah ? mana pengorbanan kita untuk pelajar muslim dan mahasiswa muslim yang berotak cemerlang tetapi tidak mempunyai biaya untuk pendidikan. ? Mana pengorbanan kita untuk mendirikan pusat pelayanan kesehatan dengan membangun rumah sakit gratis, sekolah gratis, seperti yang dilakukan oleh orang kafir. ? Padahal Allah telah memberikan kita pedoman bahwa kemenangan hanya dapat dicapai jika umat Islam melakukan pengorbanan yang lebih besar daripada orang lain. Semoga Idul Adha kali ini bukan hanya sekadar melakukan shalat id dan menyembelih hewan qurban tetapi memberikan kesadaran kepada kita untuk melakukan sesuatu pengorbanan dalam membangun kejayaan umat di masa depan.
Inilah pelajaran dan maksud daripada Hari Raya idul Adha, Hari raya Qurban. Seakan-akan Allah bertanya kepada kita semua : ” wahai hambaKu..wahai umat muhammad, wahai manusia, dalam tahun ini, Aku telah memberikan kepadamu nikmat kekayaan, nikmat kesehatan, nikmat kekuasaan, nikmat ilmu yang banyak.....wahai hambaku, sudahkah engkau pergunakan nikmat tersebut dengan baik, sebagai sarana ibadah kepadaku,...Sudahkah engkau pergunakan nikmat tersebut untuk sarana pengorbanan demi kejayaan dan perjuangan umat melawan musuh-musuh kekafiran..? Jika engkau belum melakukannya, bagaimanakah engkau dapat menang melawan musuh-musuh Allah...? Maka lakukanlah shalat Id dan semebeli8hlah qurban tanda kesediaan dirimu untuk melakukan shalat-shalat sosial, dan pengorbanan untuk hari-hari mendatang, sebab itu merupakan syarat bagi suatu kemenangan. Selamat Hari Raya Idul Adha.( MuhammadArifin ismail /Kuala lumpur 2 Desember2008).
Jika si A bekerja selama delapan jam, dan si B ingin mengalahkan prestasi si A, maka si B harus bersungguh-sungguh dalam bekerja, bahkan lebih daripada itu dia harus dapat berkorban waktu dimana jika si A bekerja 8 jam, maka dia harus bekerja lebih lama satu atau dua jam, sehingga prestasi kerja si B akan lebnih unggul daripada prestasi si A. Ini merupakan sunnatullah dalam setiap kemenangan. Kunci kemenangan adalah bekerja dengan kesungguhan, dan berani berkorban. Dengan kesungguhan dan kesediaan diri berkorban itulah seseorang dapat mengalahkan musuh, lawan, godaan dan tantangan, sehingga dia dapat mencapai prestasi khalifah di muka bumi. Inilah sebenarnya pesan yang tersirat daripada ayat-ayat dalam surah Al kaustar : ” Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al kautsar, maka dirikanlah shalat kepada Tuhanmu, dan berkorbanlah. Sesungguhnya dengan hal demikian musuh engkau akan hancur binasa ” ( QS. Al kautsar : 1-3).
” Inna A’thainaaka Kal Kausar ” diartikan ” Sesuungguhnya Kami ( Allah ) telah memberikan kepadamu al Kausar”. Dalam kitab tafsir ” Durarur mansur ” karangan Imam Suyuthi dinyatakan bahwa makna al Kausar ada dua arti. Pertama bermakna telaga Kausar di akhirat kelak. Kedua, alKausar juga bermakna nikmat dan kebaikan banyak yang didapat oleh seseorang di dalam hidupnya di dunia ini ( al Khairul Kasir ) , baik itu nikmat harta, nikmat kesehatan, nikmat ilmu, nikmat kekuasaan dan lain sebagainya. Nikmat tersebut merupakan modal bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Barangsiapa yang dapat memakai dan mempergunakan nikmat kesehatan, nikmat waktu, nikmat tenaga, nikmat harta, nikmat ilmu , nikmat kekuasaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah dia akan mendapat kejayaan di dunia dan juga mendapatkan minum dari sungai al kausar di akhirfat nanti.
Mempergunakan nikmat dengan cara yang baik, berguna, bermanfaat bagi kehidupan diri dan manusia merupakan sikap mensyukuri nikmat. Tetapi jika nikmat disia-siakan, waktu dibuang-buang, harta dihambur-hamburkan untuk hiburan, kekuasaan hanya untuk mencari populeritas dan kekayaan, maka seseorang itu tidak bersyukur kepada nikmat. Untuk itulah ayat selanjutnya memerintahkan manusia untuk memakai nikmat dengan cara yang baik, efektif, bermanfaat dunia dan akhirta. Perintah tersebut dinyatakan dalam ayat ” Fa Shalli li rabbika ”, maka dirikanlah shalat kepada Tuhanmu. Cara bersyukur nikmat adalah dengan mendirikan shalat ritual kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat, dilanjutkan dengan ”shalat sosial ”dengan cara mempergunakan harta kekayaan untuk keperluan hidup diri dan manolong manusia yang lain, mempergunakan tenaga dan badan untuk bersikap mulia, , mempergunakan waktu dengan positip, mempergunakan kekuasaan untuk kemaslahatan rakyat, dan lain sebagainya. Dengan pemakaian nikmat sesuai dengan perintah Allah, dan menghindarkan diri dari segala yang tidak berguna barulah seseorang itu menjadi manusia yang berkualitas, dan menjadi umat yang berprestasi. Sebagai contoh, umat islam zaman dahulu jika memiliki kekayaan maka mereka mempergunakan kekayaan untuk membangun sekolah, universitas, perpustakaan, rumah sakit, dan segala seuaatu yang bermanfaat bagi manusia yang lain.
Itulah yang terjadi pada zaman kegemilangan Bagdad, Andalusia, Turki Usmaniyah, dan lain sebagainya. Tetapi jika kekayaan itu hanya dipakai untuk mencari kesenangan hidup, untuk bermewah-mewah maka umat tersebut tidak mempunyai kulitas dan prestasi. Lihat pada hari ini, sebagian umat islam memiliki kekayaan berlimpah-limpah tetapi kekayaan tersebut bukan dipakai untuk mendirikan sekolah, dan universitas yang bermutu, bukan untuk riset dan teknologi, bukan untuk membangun pusat peradaban bagi masyarakat; tetapi hanya dipergunakan untuk membangun dan mendirikan hotel-hotel mewah seperti al Buruj di Dubai, atau dipakai untuk bersenang-senang seperti membuat bunga api dalam pembukaan sebuah hotel di Dubai baru-baru ini dengan biaya 27 juta dolar amerika melebihi bunga api dalam pembukaan Olimpiade Beijing, dan lain sebagainya; maka akibatnya kekayaan umat islam yang begitu hebat tidak ada manfaat bagi kemajuan umat. Pada waktu yang sama orang kafir , negara bukan islam memiliki universitas yang bermutu, pusat riset sehingga dapat mengeluarkan teknologi yang canggih , menguasai pusat media, informasi, persenjataan yang berkualitas, padahal kekayaan mereka kalah dibandingkan kekayaan negara-negara petrodollar.. Dengan demikian kita dapat katakan mengapa umat islam kalah, sebab mereka baru melakukan shalat ritual, tetapi belum melakukan shalat sosial dalam mempergunakan nikmat yang Allah berikan kepada mereka.
Syarat kedua dalam mencapai kemenangan adalah pengorbanan. Inilah maksud ayat al Quran Wanhar ”, dan berkorbanlah. Berkorban disini bukan hanya berkorban menyembelih kambing, tetapi jika umat islam ingin mengalahkan musuh, ingin mencapai kemenangan maka ada kewajiban untuik mengorbankan harta kekayaan, ilmu pengetahuan, kekuasaan, waktu dan kesehatan, semuanya harus dipergunakan untuk mencapai kejayaan umat secara bersama, bukan untuk kepentingan diri sendiri, bukan untuk kelompok dan partai, bukan untuk kesenangan diri sendiri, tetapi untuk kemaslahan umat islam secara jamaah, semuanya. Jika orang kaya telah mengorbankan kekayaannya untuk dana pendidikan, ekonomi, teknologi umat, jika penguasa mengorbankan kekuasaannya untuk menegakkan hukum yang menguntungkan umat, jika profesor dan ilmuwan mempergunakan ilmunya untuk membangun teknologi dan inovasi umat, dan jika orang awam mempergunakan waktunya untuk menolong umat, barulah umat islam dapat mengalahkan musuh dan orang kafir. Itulah sebabnya ayat tersebut dilanjutkan dengan ayat ” Inna syani’aka huwal abtar ”, sesungguhnya musuh-musuh engkau akan hancur. Inilah syarat dan sunatullah dalam mencapai kemenangan.
Dari keterangan diatas mari kita teliti mengapa umat islam belum menang, belum dapat mengalahkan musuh ? Sebab umat Islam belum melakukan pengorbanan untuk perjuangan dan kemajuan umat. Umat islam belum berkorban waktu dengan cara mempergunakan waktu kepada hal yang positip lebih daripada pemakaian waktu orang kafir. Umat islam belum berkorban ilmu, dimana melakukan riset dan pengkajian lebih daripada yang dilakukan oleh orang kafir. Umat islam belum mengorbankan kekayaan yang dimiliki untuk kepentingan umat islam yang lain. Malahan kekayaan umat islam dikeruk habis oleh orang kafir untuk keuntungan mereka. Perpustakaan kongres Amerika yang sangat terkenal itu hanya dibiayai oleh seorang konglomerat yang merupakan donatur tetap. Starbuck coffe yang tersebar di seluruh dunia mempergunakan sebagian besar keuntungannya untuk sumbangan kepada negara israel. Pada waktu yang sama umat Islam hanya sibuk korban kambing yang seharga lima ratus ribu, atau sebagian sapi setiap tahun. Sedangkan dana untuik pendidikan umat, membangun ekonomi umat, membangun madrasah, universitas, perpustakaan, pusat riset dan teknologi, bea siswa bagi pelajar dan mahasiswa cemerlang tidak pernah mendapat perhatian dari umat islam. Mana pengorbanan kita untuk membantu kemisikinan umat? Mana pengorbanan kita untuk mereka yang putus sekolah ? mana pengorbanan kita untuk pelajar muslim dan mahasiswa muslim yang berotak cemerlang tetapi tidak mempunyai biaya untuk pendidikan. ? Mana pengorbanan kita untuk mendirikan pusat pelayanan kesehatan dengan membangun rumah sakit gratis, sekolah gratis, seperti yang dilakukan oleh orang kafir. ? Padahal Allah telah memberikan kita pedoman bahwa kemenangan hanya dapat dicapai jika umat Islam melakukan pengorbanan yang lebih besar daripada orang lain. Semoga Idul Adha kali ini bukan hanya sekadar melakukan shalat id dan menyembelih hewan qurban tetapi memberikan kesadaran kepada kita untuk melakukan sesuatu pengorbanan dalam membangun kejayaan umat di masa depan.
Inilah pelajaran dan maksud daripada Hari Raya idul Adha, Hari raya Qurban. Seakan-akan Allah bertanya kepada kita semua : ” wahai hambaKu..wahai umat muhammad, wahai manusia, dalam tahun ini, Aku telah memberikan kepadamu nikmat kekayaan, nikmat kesehatan, nikmat kekuasaan, nikmat ilmu yang banyak.....wahai hambaku, sudahkah engkau pergunakan nikmat tersebut dengan baik, sebagai sarana ibadah kepadaku,...Sudahkah engkau pergunakan nikmat tersebut untuk sarana pengorbanan demi kejayaan dan perjuangan umat melawan musuh-musuh kekafiran..? Jika engkau belum melakukannya, bagaimanakah engkau dapat menang melawan musuh-musuh Allah...? Maka lakukanlah shalat Id dan semebeli8hlah qurban tanda kesediaan dirimu untuk melakukan shalat-shalat sosial, dan pengorbanan untuk hari-hari mendatang, sebab itu merupakan syarat bagi suatu kemenangan. Selamat Hari Raya Idul Adha.( MuhammadArifin ismail /Kuala lumpur 2 Desember2008).